Bab 1 - Terlambat

28.5K 644 9
                                    


Hay, author bakalan rajin up beberapa cerita lagi di sini, ya. Akan aktif lagi di wattpad. 
Jangan dicopas/plagiat, author nggak ikhlas. Nanti bisulan seumur hidup. 

Ini jangan lupa di follow dan tambahkan ke perpustakaan, ya. Author up tengah malam karena beberapa cerita akan mengandung adegan dewasa. Jangan lupa ramaikan di kolom komentar. 



"Besok persiapan untuk wawancara, Mama udah persiapkan untuk bajunya. Sudah Mama setrika juga."

Anjani mencoba untuk bersikap tenang pasalnya besok akan diwawancara di salah satu perusahaan yang cukup besar. Yang selalu mengingatkannya siapa lagi kalau bukan ibu tirinya yang sudah mengasuhnya sedari ia masih kecil.

Sementara ibunya Anjani telah tiada ketika dirinya berusia setengah tahun. Anjani yang sedang makan kemudian mengiyakan. "Thanks, Ma."

"Papa kamu pulang lusa katanya. Maaf nggak bisa antarin kamu wawancara. Besok Mama yang nyetir. Mama yang antar kamu ke perusahaan itu."

"Ma, aku bisa pergi sendirian."

"Nggak bisa. Papa kamu sudah pesan ke Mama kalau kamu nggak boleh ke mana-mana sendirian."

Anjani sudah tahu bagaimana sikap dari ibu tirinya sedari dulu yang pasti akan posesif juga kepadanya. Tidak ada saudara perempuan yang membuatnya dijadikan anak perempuan tunggal yang paling dijaga. Apalagi adik-adiknya yang lain akan bersikap sama kalau mereka ada di sini.

"Aku besok pakai taksi online, aku kabari kalau aku sudah sampai. Mama nggak masalah?"

Dewi yang akhirnya mengalah kepada putrinya untuk pergi sendirian. "Ya udah, kamu langsung kabari Mama besok, ya!"

Sembari menghabiskan makan malamnya, Anjani pun mendapatkan persetujuan dari mamanya.

Besok adalah hari wawancara keduanya Anjani, setelah melewati wawancara tahap pertama dengan para perektrut, yang kedua ini adalah dengan bos besar mereka langsung. Tidak sabar untuk bisa bekerja sama dengan perusahaan itu. Sedangkan ia sudah tidak mau jadi pengangguran lagi.

Pagi-pagi sekali dia sudah bangun dan menyiapkan semuanya. Kedua adiknya juga ternyata ada di rumah. "Semangat wawancaranya, Kak."

"Pasti dong, biar nanti bantu kalian untuk biaya kuliah."

Sedangkan Dewi sudah menyiapkan sarapan di atas meja. "Ma, aku berangkat dulu, ya."

"Kan sarapannya."

"Aku bawa, Ma. Takutnya nanti macet. Mama kan tahu sendiri kayak apa."

Dewi akhirnya mengambilkan kotak nasi dan memasukkan dua potong roti ke dalam kotak itu yang sudah diolesi dengan selai. Kemudian mengambilkan susu kedelai dan air mineral kemasan kecil kepada Anjani. "Taksinya sudah kamu pesan?"

"Sudah, Ma."

"Ya sudah kamu berangkatnya hati-hati, ya!"

Anjani keluar dari ruang makan tapi tetap diantar oleh ibu tiri dan juga kedua adiknya yang cowok.

"Ayo semangat, kak. Mana tahu ketemu sama jodohnya di sana."

Anjani malah menertawakan kedua adiknya. "Pantang nikah kalau kalian belum bahagia, oke. Ingat tuh ucapan kakak."

Dia malah pergi ketika taksinya telah tiba. Wawancara di perusahaan itu sudah jadi incarannya sejak lama. Mendapatkan jenjang karier yang bagus pastinya sudah jadi incarannya Anjani.

Skandal Dengan Boss (Tersedia Di Google Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang