┊iii. A Long Dream.

346 45 0
                                    

》═══════~◈~═══════《

"In another time, in anotherplace, maybe I'll be there with you someday

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"In another time, in another
place, maybe I'll be
there with you someday."

-ˋˏ ༻✦༺ ˎˊ-


"Aku bermimpi tentang..
Syal merah, pohon, kabin kecil, dan... seorang gadis."


Mikasa terdiam, mendengarkan dengan seksama.
Memegang dahinya, sakit kepala nya mulai mereda.

"...Mimpi itu terjadi berkali-kali."

Mikasa mengangguk, menandakan bahwa ia mengerti situasi Eren.

"Ayo masuk. Ah, kau sudah membeli peralatan nya, ya?"
Eren bertanya, bergeser dari muka pintu, memberikan jalan bagi Mikasa untuk masuk.

"Ya, aku baru membelinya tadi."
Mikasa menyahut. Berjalan memasuki rumah, menatap interior perabotan yang tertata rapi. Rumah bercat putih dan aksen biru dengan gaya yang minimalis.

"Orang tuaku sedang pergi. Kita bisa mengerjakan proyek nya di ruang keluarga." Jelas Eren, menuntun Mikasa yang hanya mengekorinya ke ruang keluarga.

Duduk di sofa, menempatkan barang yang diperlukan, Eren membuka laptopnya.
"Eren, kau bisa mencari materinya, dan aku yang akan menggambar ilustrasi nya. Setuju?"

Eren mengangguk mantap,
bergegas membuka buku teks nya dan membuka aplikasi browser pada laptopnya, sedangkan Mikasa mengambil referensi gambar nya, menyiapkan kertas karton untuk digambar.

Guratan demi guratan Mikasa torehkan pada kertas. Membetuk sketsa sederhana.
"Mikasa, kau lihat penaku?"
Eren bertanya, memecah konsentrasi sang gadis.

"Tidak, mungkin terjatuh ke bawah sofa."
Mikasa bangkit, mencoba memasukkan tangannya ke kolong sofa, hasilnya nihil.
"Eren, bisa kau turun sebentar?"
Eren menurut, turun ke karpet.

Perlahan, Mikasa menaruh tangannya ke sofa, mengangkat sofa itu, seakan-akan itu adalah hal yang mudah.
"Ah, Eren, itu dia pena mu."
Mikasa berucap, menunjuk kearah pena Eren.
Eren ternganga, bergegas mengambil pena nya, lalu Mikasa kembali menurunkan sofa nya.

"Terima kasih."
Eren berucap, sedikit tersenyum ke arah gadis dihadapannya.
Mikasa hanya mengangguk kecil, sebelum akhirnya memfokuskan diri kembali pada pekerjaan nya.

Sesekali, Mikasa mencuri pandang ke arah pemuda di sampingnya, Eren tampak fokus mencatat. Sebenarnya, daritadi Mikasa ingin tahu soal perban yang menempel di wajah pemuda itu. Bibirnya serasa gatal ingin bertanya.

"Eren." Akhirnya Mikasa memutuskan untuk bertanya, memanggil nama sang pemuda.

"Hm?" Eren menoleh, menatap wajah Mikasa.

Until We Meet Again. // EreMika Reincarnation!AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang