S4E2 - 4 4 3

140 13 0
                                    

Besok perkaranya adalah James harus selesai menjalankan detensi terakhirnya sebelum libur awal puasa tiba. Bukan, sebenarnya bukan detensi terakhir, tapi dibuat yang terakhir. Baru beberapa menit yang lalu, James sempat hampir mendapat detensi dari Prof. Longbottom akibat memasang jadwal sholat tepat di depan muka patung Gunhilda. Namun, James lebih dulu memelas, beralasan kalau detensinya dari Prof. McGonagall langsung karena menyebar ramuan kutu busuk ke rumput halaman belakang dengan alasan praktek herbologi.

"Kau lihat sendiri kan, Al. Pekerjaanku tinggal sedikit saja. Aku yakin, aku ikut pulang besok."

Albus hanya diam mengamati kakaknya yang menyirami rumput dengan cairan pembersih yang dilarutkan dengan ramuan racikan Prof. Sprout. "Ya, tapi aku tidak janji kalau seandainya besok masih belum selesai. Dan saat di rumah nanti, Daddy dan Mummy mempertanyakan tentang dirimu. Aku akan jawab apa adanya." Tukas Albus. Sajadah di tangannya hampir saja jatuh mengenai rumput. Bahaya kalau kena najis, ia malas kembali ke asramanya dan mengambil sajadah baru.

"Mereka sudah tahu, Al." James bersikap biasa saja. "Aku sendiri yang membaca surat balasan Dad dari pengaduan Prof. McGonagall, langsung di ruang kepala sekolah."

"Astagfirullah, James. Istigfar! Tobatlah, mumpung ramadhan." Pekik Albus.

James menuruti ucapan adiknya barang sejenak. Ia juga menghentikan tangannya menyirami rumput. "Mau mengeluh, ini kan sudah tugaku."

"Tugas yang datang karena perbuatanmu sendiri."

"Kan tidak sengaja." Seru James. "Aku tidak tahu kalau sampai seperti ini. Ya walaupun seru juga, sih." Lanjutnya sambil tertawa tak berdosa.

Lantunan suara Adzan mulai terdengar dari arah ruang sholat di latai dua. Albus memberikan isyarat kepada kakaknya untuk membersihkan diri dan bergabung. Setidaknya James bisa ikut dalam majelis kultum sebelum berbuka puasa nanti.

"Cepat bersihkan badanmu, sudah masuk Asar. Kau mau dapat hukuman lagi?"

Albus pun sebenarnya diminta oleh Prof. Flitwick untuk mengajak kakaknya menyudahi tugasnya dan bergegas menuju tempat sholat. "Hari ini imam tamunya adalah Abu Amar Jafar, loh." Teriak Albus. 

"Seperti tebakanku?" James luar biasa bersemangat.

"Iya, dan beliau sudah akan mengimami sejak sholat Ashar ini. Jadi, sampai tarawih pun sepertinya—"

"Aku berangkat! Tugasku akan aku selesaikan nanti setelah tarawih."

James memasukkan semua perkakasnya dan berlari menuju asrama. Meninggalkan Albus seorang diri dengan menyisakan begitu banyak pertanyaan.

"Apa spesialnya sih Abu Amar?"

Albus benar-benar tidak tahu. Bertahun-tahun Hogwarts tidak mengundang imam dari luar kastil. Yang Albus ingat hanya dulu, saat ia di tahun ke tiga, ayahnya datang dan didapuk sebagai imam tamu. Dan untuk Abu Amar, beliau pernah datang ke Hogwarts. Tepatnya tiga kali. Terakhir ia datang saat James di tahun pertamanya. James mengetahui betapa spesialnya Abu Amar itu.

Dan untuk tahun ini, setelah kondisi pandemi sudah mulai stabil. Abu Amar kembali datang.

"Hai, Scorp. Subhanallah! Ramai juga kali ini."

Albus mengambil shof di sebelah Scorpius.

"Ya karena imam tamu kita hari ini adalah Abu Amar. Sosok spesial yang sudah termasyur di kalangan anak-anak Hogwarts." Bisik Scorpius.

Rona bahagia memang sepertinya melingkupi semua jamaah kali ini. Tidak seperti biasanya. Untuk mengajak para murid beribadah saja, para professor sampai harus berjaga dan inspeksi ke seluruh lorong.

Bahkan, sekumpulan mutid perempuan yang sedang berhalangan pun tampak kecewa. "Mengapa Abu Amar datang saat kita menstruasi." Gerutu para gadis di luar area sholat.

"Apa spesialnya, sih? Yang itu, kan?" Tunjuk Albus pada sosok tua yang baru saja masuk.

Sungguh sangat tua. Seluruh rambutnya kelabu. Begitu juga jenggot panjangnya yang telah menjadi uban. Hanya memang pesona seorang Abu Amar tidak bisa dipungkiri. Sosok religius dan pembawaan yang tenang.

"Semoga suaranya seindah suara ayahmu saat menjadi imam dulu." Scorpius begitu ingat saat Harry Potter menjadi imam saat dirinya tahun pertama. Bahkan Scorpius memilih datang lebih dulu demi mendapat shof terdepan.

"Sepertinya Abu Amar juga mempunyai suara yang indah. Lihat saja, di sini banyak sekali yang mengidolakannya. Pasti karena kemampuan bacaannya yang bagus, kan?"

Scorpius mendelik. "Memangnya kau tak tahu kabar tentang keunggulan beliau, Al? Sampai masa pendukungnya sebanyak ini di kalangan murid Hogwarts?"

Albus hanya ber hah hah ria dan tidak tahu harus berkata apa. Albus hanya memilih diam dan fokus dengan ibadahnya.

Satu hal yang Albus tahu kini, Abu Amar memang sosok yang religius.

****

James membawa buku jurnal ramadhannya saat persiapan tarawih akan segera dimulai. Sholat Isya selanjutnya dilaksanakan lebih dulu. Dan memang benar apa yang dibicarakan oleh banyak murid, Abu Amar menjadi imam tarawih hari ini.

"Lihat, Al. Jurnalku malam ini berisi dengan sebuah kejujuran. Aku akan ikut sholat tarawih dengan senang dan bahagia."

Kebahagiaan James sempurna membuat Albus kebingungan. "Sebenarnya, apa spesialnya Abu Amar, sih? Kalian semua jadi sebahagia ini." Albus tidak kuat dengan rasa penasarannya.

"Abu Amar, Albus! Imam 4-4-3!"

Begitu ujar James. "Semoga selalu beliau yang jadi imam. Prof. Slughorn sudah terlalu tua untuk jadi imam."

"Abu Amar bahkan lebih tua, James!"

Albus sebal. "Lalu apa lagi itu, maksudmu tentang 4-4-3? Aku sempat dengar juga dari anak-anak lain."

Seruan sholat tarawih sudah berkumandang. Semua jamaah telah bersiap berdiri. Dengan senyum merekah, James berkata, "kau lihat saja sendiri." Bisiknya.

Tarawih berjalan dengan khitmat. Albus sempat belum kunjung paham. Namun saat menyelesaikan dua rakaat pertama, dan habis delapan rakaat, ia pun akhirnya dapat mengambil kesimpulan.

"4-4, Al! Tinggal 3. Witir, yuk!"

"Hah?" Albus syok. Ia melihat jam di tangannya. Baru berjalan 25 menit dan sekarang Tarawih mereka sudah akan ditutup.

Di Hogwarts sering bahkan setiap tahunnya memakai hitungan tarawih 20 rakaat dan 3 witir. Saat selesai pun hingga menjelang tengah malam. Hal itulah yang sering sekali menciutkan niat para murid untuk tarawih berjamaah.

"Lihat, Jurnalku terisi tanpa dosa. Aku beribadah dengan ikhlas, Al."

James menunjukkan buku jurnalnya yang kini secara otomatis bertuliskan keterangan mengikuti ibadah Tarawih.

"Itu dia, Albus. Abu Amar banyak penggemarnya karena ia secepat kilat!"

Astaga, Albus tidak habis pikir.

TBC

===========

Assalamualaikum, yo kalian tim 11 atau 23, nih? Kalau aku dua-duanya tergantung kondisi badan hehe... Ya, yang penting niatnya.

Semoga ibadah kita tahun ini semakin baik, ya. Selamat menunaikan ibadah puasa. Yuk jangan lupa komen dan votenya!

Salam,

Anne xoxo

Starving, Fasting (Fic Ramadhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang