S1E2 - Sebelum Puasa

527 41 0
                                    

Lanjut? Lanjut!

Happy reading!

----------------------------

Wajah Lily sumringah tidak terkira. Ia resmi dinyatakan naik kelas hari ini. Rapor di tangan Ginny memang sederhana, namun sesuatu yang tertulis di sana membuatnya bangga luar biasa. Lily mendapat nilai yang sangat baik. Namanya ada di peringkat 2 terbaik dalam satu angkatan sekolahnya. Ada dua kelas untuk tingkat 4 di sekolah Muggle tempat Lily belajar dan ia berada terbaik ke dua setelah seorang murid laki-laki dari kelas berbeda menempati peringkat tertinggi.

Kalau disesuaikan dengan kelasnya, otomatis Lily mendapat peringkat 1. Sayangnya, nilai diakumulasi dari kedua kelas menjadi satu.

"Tak masalah, sayang. Nilaimu sudah sangat baik. Kita semua tak salah, kan. Kau memang naik kelas, Lily Luna Potter!"

"Thanks, Mum! Akhirnya aku bisa makan es krim! Hari ini, ya, Mum. Aku mohon! Kan, besok sudah puasa. Boleh, ya?"

Ginny memiliki peraturan di keluarga kecilnya untuk mengurangi makanan manis. Mereka cukup mengkonsumsi gula sebatas kebutuhan sehari-hari saja. Tidak lebih. Apalagi untuk camilan. Ginny sangat memperhatikan kesehatan seluruh anggota keluarganya. Terutama Harry. Semakin bertambahnya usia, ditambah pula aktifitasnya yang sangat padat—kesehatan Harry menjadi prioritas utamanya.

"Hubungi Dad. Kalau pulang dari Kementerian nanti beli es krim di Diagon Alley. Yang strowberry vanilla, ya. Ayo, Mum!" Lily terus memohon sepanjang perjalanan menuju salah satu halte di dekat sekolahnya. "Bilang juga, nilaiku bagus. Biar Dad belikan yang porsi besar."

"Ah—tidak! Yang biasa saja, ya."

"Ayolah, Mummy! Sekali-kali saja. Please!" Mata Lily menyipit dibuat-buat. Kebiasaannya jika keinginannya sangat besar. "Mummy!" rengeknya.

"Ya sudah. Nanti Mum hubungi Daddy kalau sudah di rumah Uncle Ron."

Sebuah taksi berhenti segera setelah Ginny mengangkat tangannya.

***

"Belikan yang ukuran sedang saja. Yang biasa dibelinya. Saat kau kasih ke Lily, bilang kalau porsi besar sudah habis."

Pelan-pelan Ginny menyampaikan permintaan putrinya pada Harry melalui perapian di rumah Ron. Harry masih di kantornya dengan beberapa berkas laporan yang terlihat menumpuk di atas mejanya.

"Iya, iya.. nanti aku belikan. Anak-anak yang lain ada, kan?" tanya Harry.

"Ada. Ini Al, Rose, Hugo, dengan Lily asik nonton. Sebentar lagi kita semua baru ke the Burrow."

"Loh," Harry merasa ada yang tidak beres di rumah kakak iparnya itu, "Ron kemana?"

"Itu dia! Saat aku sampai, di rumah hanya ada Rose, Hugo, dan Al. Kata mereka Ron kembali ke toko karena ada masalah. Bahaya sekali, dia meninggalkan anak-anak tanpa pengawasan."

Ron selalu saja ceroboh. Untung saja tidak terjadi apa-apa dengan anak-anak itu selama Ron pergi hampir satu jam. Ginny tidak banyak mengobrol dengan Harry. sebelum memutus komunikasi mereka dengan perapian, Ginny kembali mengingatkan tentang pesanan Lily.

"Jangan banyak-banyak. Awas, jangan makan di sana diam-diam. Aku akan tanya teman-temanku di Prophet kalau kau sudah datang ke kedai. Mereka akan mengawasimu."

Jarak kantor pemasaran Daily Prophet sangat dekat jika untuk sekadar melihat kedai es krim. Beberapa pegawai koran sihir terkemuka di Inggris itu telah mengenal baik Ginny sebagai salah satu editor senior di sana. jadi, Ginny bisa dengan mudah tahu jika suami atau anak-anaknya nakal untuk makan es krim tanpa sepengetahuannya.

Starving, Fasting (Fic Ramadhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang