S1E5 - Selamat Lebaran

403 29 0
                                    

Selamat Lebaran, semua!

Mohon Maaf lahir batin, ya! Maafin kalau selama ini tulisan-tulisan aku bikin nggak enak di hati! Kirim salam virtual untuk kalian semua! :)

Happy reading!

-----------------------

Satu loyang dialasi kertas keabu-abuan masih mengeluarkan asap hangat dengan aroma vanila yang harum. Kue kering resep buatan Molly Weasley yang melegenda dibuat sempurna oleh sang putri bungsu yang kini telah menjadi nyonya Potter. Hari ini adalah hari terakhir Ginny membuat kudapan lebaran. Sudah ada tujuh resep kue dari ibunya yang sudah ia buat untuk sajian lebaran esok lusa. Toples-toples kecil sudah terisi penuh. Tinggal cake dan kue-kue basah lainnya untuk di santap tepat di lebaran nanti yang akan ia buat sebelum subuh di hari lebaran.

Lily membawa satu stoples kosong menuju dapur di ikuti dengan Harry di belakangnya. "Mummy," teriak Lily sambil mengangkat toples kosongnya tinggi-tinggi.

"Hanya ini yang aku dan Dad temukan di lemari. Seingatku masih ada stoples yang ukuran sedang persegi di atas lemari. Ternyata tidak ada. Yang ada malah itu. Sudah aku bersihkan, kok. Iya kan, Dad?"

Harry menggangguk dengan tampang lemas kelelahan. "Kalau tahu mau buat kue sebanyak ini kita bisa beli stoples baru." Kursi tinggi di sisi coffe table jadi jujukannya pertama. Tenaganya sedikit bangkit ketika mencium aroma kue buatan sang istri yang diletakan di meja yang sama dengan ia bertopang dagu.

"Semoga muat kue-kue itu. Astaga.. istriku hebat sekali membuat kue-kue ini."

"Aku coba resep Mum ini berharap sama dengan yang biasa dibuat Mum. Tapi, kayaknya memang beda walaupun resepnya sama." Ungkap Ginny sambil memeriksa telapak tangannya.

Harry mengeluarkan tongkatnya untuk merapal mantera. Angin tak terlalu kencang keluar perlahan dari ujung tongkatnya. Ia pada permukaan kue yang masih hangat agar semakin cepat hilang uap panasnya. Lily ikut terkesima dengan ulah sihir ayahnya sambil membantu memindahkan kue-kue itu ke atas papan jaring-jaring agar cepat dingin.

"Ahh-" Harry menggerakkan semakin rata angin yang dibuat tongkatnya, "dari baunya saja enak. Rasanya juga pasti enak, Gin. Kan, kamu yang buat-"

"Aww.. terima kasih, Mr. Potter. Selalu saja kau merayuku. "

Harry dan Ginny asik saling pandang tanpa sadar Lily masih ada di antara mereka. Sejenak gadis cilik itu mengalihkan perhatiannya dari kue-kue ibunya menuju kedua orangtuanya bergantian. Seolah hapal dengan kelakuan mereka, Lily menutup matanya dengan jari-jari tangan mulai mengantisipasi.

"Loh, kamu kenapa, sayang?" tanya Ginny. Putrinya bertingkah aneh dengan mata ditutup kedua buah telapak tangannya.

"Em-takut muntah." Hening sejenak di antara mereka. Lily baru mengerti jika orangtuanya sebenarnya tidak paham apa maksudnya. "Kalian mau berciuman, kan?"

Kebiasaan. Baik Lily maupun kedua kakaknya jika melihat ayah dan ibu mereka saling rayu, biasanya akan berakhir dengan kecupan mesra pada bibir keduanya. Jika para anak jadi 'saksi mata' kejadian itu akan terdengar sorakan 'ew' atau 'hoek' menahan muntah. Sayang kalau harus batal puasa mereka hari ini.

"Nanti bisa batal puasaku." Lanjut Lily benar-benar polos.

Para orangtua itu hanya bisa terbahak mendengar penuturan Lily. Sampai-sampai Ginny mendekati putrinya lantas memeluk kepala berambut merah itu penuh sayang-lebih tepatnya gemas. Saking malunya pada Lily yang hapal dengan kebiasaan Harry dan Ginny, wajah keduanya pelan-pelan bersemu merah. "Dad juga takut batal puasanya." Diminta atau tidak, Harry seolah memaksa Ginny untuk melihatnya, "takut kebablasan." Lanjutnya.

Starving, Fasting (Fic Ramadhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang