S4E4 - Boleh dan Tidak Boleh

113 11 3
                                    

Assalamualaikum, bagaimana puasanya! Semangat, ya!! Sebentar lagi lebaran!

Yuk kembali merapat. Kali ini pengen banget membuat karakter James lebih alim. Chapter ini juga terinspirasi dari banyaknya video orang-orang (para istri) yang mengangkat masalah ini sebagai bahan lucu-lucuan. Ya, walaupun rada geli karena masalah rumah tangga, tapi ya begitulah.. Namanya tren.

Bisa tebak apa? Langsung simak aja, deh.

Happy reading!

=======

"Memangnya boleh?"

James mengarahkan fokus pandangannya kepada ibu dan ayahnya di dapur.

"Boleh, memangnya ada yang salah?" Andy melanjutkan menyantap sup krim buatannya. Sedikit lebih pedas karena kebanyakan lada.

"Tapi, dulu di buku hukum agama dan amalannya, seingatku ada bunyi suami-istri dilarang—"

"Saat siang." Potong Teddy cepat. "Kalau sudah malam dan buka puasa, boleh. Begitu kan, Nana?"

"Kau sudah siap menikah ternyata, Ted." Puji sang nenek. Bahkan Teddy sampai diberikan rekomendasi dua buku sakti tuntunan calon pengantin menurut syariah.

James meledek. "Kalau masalah begitu saja paham betul." Tawa Teddy tertahan karena disindir. Mereka bertiga masih sibuk memperhatikan suami istri Potter yang sibuk mengambil makanan.

Tidak ada yang aneh memang. Hanya saja ulah Ginny yang terlambat keluar kamar sambil memainkan tongkatnya untuk mengeringkan rambut jadi perhatian James, Teddy, dan Andy. Sementara Albus dan Lily sudah asik menikmati acara televisi selepas makan sahur. Sampai tidak sadar dengan keterlambatan kedua orangtuanya.

"Lils, Al. Kalian sudah sahur? Ayo, makan." Ajak Ginny. Harry mengajak sejenak membaca doa sebelum akhirnya menyantap makan sahur mereka.

"Sudah, dong. Mummy saja yang terlambat. Pakai mandi keramas lagi. Apa nggak dingin, Mum?" Lily masih tidak berpaling. Acara tv dini hari lumayan menarik baginya. Albus pun begitu meski sesekali sibuk dengan ponselnya. Sejak bangun tadi Scorpius terus mengingatkan Albus untuk banyak makan sahur. Sahabatnya itu rupanya mengaku terlambat bangun juga.

Daddyku keramas, Al. Lama lama sekali keluarnya. Begitu isi pesan terakhir Scorpius.

Takut ketahuan, Harry dan Ginny membahas perselisihan mereka sambil menikmati ayam dan nasi biryani olahan Andromeda semalam.

"Aku kan sudah bilang, mandinya nanti saja kalau mau sholat subuh." Bisik Harry. Ia sadar kalau saat ini menjadi topik perbincangan diam-diam tiga orang di dekatnya.

"Gerah, Harry. Tak nyaman."

Harry yang hanya bermodal wudhu bersikap santai seolah sebelumnya tidak terjadi apa-apa.

James menyodorkan sepiring tumisan brokoli ke arah ibunya kasihan. "Terima kasih, James." Ujar Ginny.

"Letakkan tongkatmu, Mum. Makan dulu. Kalau perlu aku bantu mengeringkan rambutmu sekarang."

Cepat Ginny menggeleng. "Tidak perlu, James. Terima kasih."

Dan ya, sahur kali ini disuguhi oleh wajah pucat Ginny yang terus bergumam kedinginan. Sampai akhirnya Subuh pun tiba. Mereka kali ini yang harus dibuat menunggu karena Harry tentu saja harus mandi.

Tidak lama. Sekitar lima belas menit semuanya selesai dan kembali ke kamar masing-masing.

"James, kau sepertinya ada sesuatu yang ingin ditanyakan?" James dan Harry beriringan keluar dari ruang sholat. Keduanya berniat mengerjakan dokumen Harry yang cukup banyak. Saat ditawari untuk membantu, James menerima. Ya hitung-hitung menambah amalan.

Starving, Fasting (Fic Ramadhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang