Waktu Yang Salah

949 85 0
                                    


"pergi saja engkau pergi dariku.
biar kubunuh perasaan untukmu.
meski berat, melangkah
hatiku hanya tak siap terluka"

Petikan gitar itu mengiringi senandungan lembut dari laki laki diatas panggung. matanya sedikit berkaca kaca jika diperhatikan lebih detail. tersenyum miris kala menyadari korelasi antara lagu dan kisah percintaannya.

selesai sudah pertunjukannya malam ini. maka selesai juga kisah cintanya. ia membungkukkan badannya dan bergegas turun dari panggung. menghilang diantara kerumunan massa. menghilang selamanya dari pandangan nya.


————



—sehari sebelumnya


"udah? itu aja?"

laki laki itu tersenyum. lembut sekali sampai membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona akan keindahannya. namun sebaliknya, senyuman itu membuat siapapun didepannya merasakan sesak. ia tau persis senyum itu bukan senyum kebahagiaan melainkan sebuah senyum kesakitan.

Lee Jeno. laki laki dengan surai hitam dan senyum bulan sabit yang cantik. ia tak mengerti. bagaimana bisa laki laki itu tetap tersenyum manis atas apa yang telah dialaminya.

"Jen—" Jeno menatap nya dengan mata cantiknya. menggigit bibir dalamnya agar tidak sampai meneteskan air mata.

"—maaf." ia kembali tersenyum. mengusap pelan lengan laki laki dihadapannya. mengangguk tanda ia telah memaafkan.

"gapapa Mark. dari awal kamu sama aku kan cuma coba coba. so, it's okay. aku ngerti kalo kamu masih cinta sama Yeji."

sosok yang dipanggil Mark itu sedikit kaget. tidak menyangka akan mendengar hal itu langsung dari mulut Jeno. mata bulatnya tersirat rasa bersalah. namun tak dapat dia pungkiri bahwa dihatinya masih tersimpan nama gadis kelahiran 2001 tersebut.

Jeno diam. matanya sekali lagi menelusuri paras rupawan si laki laki agustus. memindai dengan cermat raut mukanya. yang di tatap seolah ingin mengatakan sesuatu. tapi Jeno menggeleng maklum.

"kamu ngga perlu minta maaf Mark. ini bukan sepenuhnya salah kamu. lagipula—"

Jeno mengambil sesuatu dari dalam tas ranselnya. memperlihatkannya ke lawan bicaranya. Mark memperhatikan amplop cokelat ditangan Jeno.

BERKLEE COLLEGE OF MUSIC, BOSTON. MASSACHUSETTS.

dengan logo merah berstempel tertera di pojok atas amplop tersebut.

Mark menatap Jeno terkejut. sedangkan yang ditatap hanya menunjukkan eyes smile nya yang lucu.

"aku keterima disana. dan bang Jaehyun setuju buat pindah. Mark. i'm so sorry for being selfish. aku tau dari awal kamu gapernah suka aku, tapi aku malah maksa kamu dengan alasan coba coba. i'm sorry."

akhir dari pertemuan malam itu terasa menyesakkan untuk Jeno. bagaimanapun juga Mark adalah cinta pertamanya. tempat pertama kali Jeno merasakan kehangatan selain dari abangnya. tempat pertama kali Jeno belajar bahwa cinta tidak harus memiliki. dan ia belajar lagi untuk merelakan. karena sejak awal Mark bukanlah untuknya. Eksistensi nya hanya untuk menyadarkan Mark betapa ia mencintai Hwang Yeji —mantan kekasihnya.

Jeno berjalan gontai menyusuri jalanan ramai. surat dari sekolah musik terkenal tadi tidak lantas membuat ia merasa bahagia. sejujurnya ia berbohong. bahkan sang abang belum tau perihal surat tersebut. tapi ia yakin, Jaehyun akan selalu dengan senang hati menerima semua keputusan Jeno.


————


"beri kisah kita sedikit waktu
semesta mengirim dirimu untukku
kita adalah rasa yang tepat
diwaktu yang salah"


"ayo Jen!"

Jaehyun merangkul bahu adiknya, mengajaknya memasuki area check-in karena pesawat yang akan mereka tumpangi akan take-off lima belas menit lagi. Jeno mengangguk, berjalan pelan mengikuti langkah Jaehyun. Netra cokelat tuanya sekali lagi memindai seluruh bandara. berharap seseorang itu akan ada disalah satu sudut bandara. berlarian dilorong lorongnya untuk bertemu Jeno meskipun hanya untuk mengucapkan selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya—mungkin.

"Jeno."

suara berat Jaehyun menyadarkannya. ia menggeleng pelan. meremat tali ranselnya kuat kuat. ini pilihannya. yang ia yakini adalah yang paling tepat untuk keduanya.

langkah nya mantap. entah bagaimana kedepannya, ia yakin Mark akan bahagia tanpa Jeno. Yeji akan memperlakukannya sebaik Jeno.



mungkin.




Waktu Yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang