Sinar mentari menembus kaca bening berbalut gorden coklat tepat disamping ranjang. Masih berbalut selimut, kedua anak adam itu bergelung. Bahkan salah satunya semakin menduselkan wajahnya ke dada sang dominan, mencari kenyamanan. Pergerakan kecil itu membuat salah satunya membuka obsidiannya. Menatap lembut laki laki dalam pelukannya. Ikut mengeratkan pelukan.
Kicauan burung gereja menganggu rungu si submissive.Ia sedikit mendogakkan kepalanya dan berhadapan langsung dengan senyum indah dari Mark Lee. Si pemilik senyum ikut menundudukkan kepalanya. Mengecup lembut kening Jeno. Menghadirkan kehangatan tersendiri di hatinya.
“good morning Jen.”
Jeno Kembali menenggelamkan wajahnya ke dada Mark. Tapi bibirnya menerbitkan lengkungan kurva indah yang tak luput dari perhatian Mark. Membuatnya terkekeh ringan.
“kak Mark! Malu tau.” Jeno menggembungkan kedua pipinya sembari menggeleng pelan, semakin mengeratkan pelukan.
“kamu lucu banget sih Jen, jadi istri kakak ya!”
Jeno sedikit melonggarkan pelukannya. Mendongak menatap Mark tepat di mata arangnya. Berusaha mencari keseriusan didalam kata katanya. Mark yang ditatap sedemikian rupa tersenyum, mengusap pipi Jeno dengan sayang. Wajahnya semakin ia dekatkan ke pada si April. Mengecup lembut bibir merah menggoda yang sempat ia cicipi sekilas tadi malam.
Jeno mengerjap cepat. Jantungnya berdegup tidak beraturan. Kecupan singkat Mark membuat otaknya tidak bisa berpikir jernih. Melihat Mark akan meciumnya lagi, kelopak matanya memaksa untuk menutup. Terlalu malu.
Selama beberapa detik Jeno menutup matanya, merasakan belah bibir yang lebih tua menempel diatas bibirnya. Kemudian yang ia rasakan adalah usapan pelan dipunggungnya ia memutuskan untuk membuka matanya.
“kakak gamau buang buang waktu lagi, udah cukup kamu nunggu selama lima tahun.”
Jeno menatap Mark. Bagaimana ini? Tak bisa dipungkiri, hatinya melompat lompat bahagia mendengar kalimat itu. Kemudian pikirannya berkelana kepada masa lalu mereka. Apa Mark benar benar sudah melupakan masa lalu nya dengan gadis itu? Bagaimana dengan perasaan Mark? Apa ia benar benar mencintai Jeno?
“Jeno. I’m serious. Aku juga tersiksa selama lima tahun ini.”
Jeno diam. Menyimak setiap kata yang terucap dari belah bibir Mark. Terlihat jelas matanya berkaca kaca. Mark tampak kacau dihadapannya.
“tapi kalau kamu gamau gapapa kok Jen.”
————
“LEE JENO!!”
Suara Taeyong meggema diantara dinding dinding kamarnya. Jeno menggeliat pelan, semakin mengeratkan selimut yang membungkus badannya. Menghiraukan calon kakak iparnya yang menggedor gedor pintu kamarnya.
“Lee Jeno. Bangun atau kakak yang nikah sama Mark!” Mendengar kalimat terakhir dari Taeyong membuat si sipit bergegas bangun.
“IYAA INI JENO BANGUN. JANGAN NIKAH SAMA MARK!”
Samar samar Jeno mendengar Taeyong tertawa. Mendengus pelan, Jeno membuka selimutnya, bergegas menuju kamar mandinya.
Satu bulan setelah Mark mengajukan proposalnya ke Jaehyun, Jeno memutuskan untuk berhenti menjadi salah satu pianis di London Orchestra Symphoni. Ia memutuskan untuk kembali ke Korean dan mencoba untuk menjadi salah satu pengajar di School Of Performing Art kota Seoul.
Mark tidak terlalu setuju akan keputusan Jeno meninggalkan London. Ia tau bahwa itu adalah impian Jeno sejak dulu. menjadi pemusik terkenal. Tapi Mark juga tidak menentangnya.
Sebulan yang lalu, Jeno semakin sibuk mempersiapkan kepindahannya, sedangkan Mark semakin sibuk dengan berbagai berkas menggunung yang harus ia selesaikan sebelum melakukan cuti panjang.
Jaehyun menemui adiknya yang sedang diberi riasan tipis oleh Taeyong. Adiknya terlihat manis dengan tuxedo putih yang membalut tubuhnya. Adik kecilnya yang sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.
“Adik abang cantik banget.” Jeno tersenyum lebar. Berjalan pelan menuju Jaehyun. Memeluk erat satu satu nya keluarga yang ia miliki. Jaehyun balas memeluk adiknya tak kalah erat.
“abang udah tua, cepet nikahin juga itu kak Taeyong. Kasian dia jadi perawan tua.” Jaehyun terkekeh mendengar penuturan sang adik. Berbanding terbalik dengan Taeyong yang misuh misuh menahan diri agar tidak melempar Jeno dengan brush yang digenggamnya.
“udah yuk, Mark udah nungguin kamu tuh.”
Jaehyun sempat tak merestui Mark menjadi adik iparnya. Tentu saja, abang mana yang akan merelkan adiknya menikah dengan orang yang pernah menyakitikinya. Tapi disisi lain Jaehyun juga menyadari hanya Mark lah orang yang paling tepat untuk menjaga adiknya.Jaehyun mengenal adik tingkatnya semasa berada dibangku kuliah itu dengan baik. Teramat baik hingga ia membiarkan Mark berhungan dengan Jeno padahal ia tau Mark belum sepenuhnya bisa melupakan mantan kekasihnya.
Tapi itu cerita lama. Mark membuktikan rasa cintanya kepada Jeno. Lima tahun tersiksa rasa rindu dan bersalahnya. Dan sekali lagi, Mark membuktikan bahwa ia benar benar akan melindungi Jeno. Dengan berjanji dihadapan Tuhan.
Pernikahan mereka dipersiapkan dengan cepat. digelar secara sederhana dan privat. Tanpa banyak tamu undangan yang datang. Diatas altar, Mark dengan tuxedo putih yang senada dengan milik Jeno, meremas tangannya pelan. Merasakan gugup saat calon istrinya mulai memasuki area altar dengan berada digandengan sang kakak.
Janji suci dihadapan Tuhan yang mengikat keduanya akhirnya terucap. Diiringi dengan tangis haru Jaehyun yang berada dipelukan sang kekasih. Jeno terus tersenyum lebar sampai acara selesai.
"janganlah kau tinggalkan diriku
takkan mampu menghadapi semua
hanya bersamamu ku akan bisa
kau adalah darah ku
kau adalah jantung ku
kau adalah hidup lengkapi diriku
oh sayang ku kau begitu
sempurna.."Ya. sesempurna itu hidup Jeno dengan Mark. begitu juga sebaliknya.