1

21 10 0
                                    

Gizel merutuki dirinya keras-keras dalam hati. Sembari masih tersedu, ia berulang kali memukul kepalanya sendiri. Lantas melempar jauh-jauh ponselnya ke lantai setelah memblokir keseluruhan kontak seorang laki-laki yang terakhir kali ditemuinya seminggu yang lalu sebelum dua hari terakhir membuatnya menangis tersedu.

"Gue bodoh!" Begitulah kesekian kali kalimatnya merutuki diri sendiri.

Bagaimana tidak? Laki-laki itu mungkin tidak merenggut hal kasat mata apapun miliknya, namun berhasil membuatnya menghancurkan seluruh kepercayaannya terhadap laki-laki, dan bahkan yang terpenting, kesuciannya sendiri. Laki-laki itu berhasil menggenapkan luka paling besar di hati Gizel setelah kesekian kali ia menjalin hubungan dengan laki-laki sebelumnya. Dan bahkan yang paling parah, ia tidak pernah tahu harus menyebut hubungan mereka seperti apa karena keduanya berjalan tanpa kejelasan.

Seminggu yang lalu, kali kesekian setelah pertemuannya dengan laki-laki itu sebulan sebelumnya, Gizel ialah seorang perempuan ceria nun mungkin ribuan kali menuai pujian oleh karena parasnya yang menawan. Laki-laki itu juga berulang kali bilang jika Gizel ialah perempuan yang cantik dan terlebih, asik untuk dijadikan teman bicara maupun bercanda. Ia berulang kali memberikan perhatian lebih yang membuat Gizel sering tersenyum-senyum tanpa alasan, hingga tidak sabar bertemu dengannya setelah hanya saling berbalas pesan melalui layar ponsel keduanya.

Pada pertemuan seminggu yang lalu, awalnya semuanya berjalan seperti biasa. Gizel dan laki-laki itu menghabiskan satu jam pertama di pertemuan mereka untuk makan malam, lalu kira-kira setengah jam setelahnya untuk hanya mengelilingi jalanan Yogya malam hari tanpa tujuan. Ah, bahkan Gizel menyukai momen sederhana semacam hanya menghabiskan waktu tanpa tujuan asal dilakukannya berdua.

Dan laki-laki itu menciumnya, pada detik kesekian dari menit ke-tiga puluh tujuh lewat dari pukul satu pagi. Mengecup bibirnya pelan dan dunia seketika terasa tidak keruan. Perempuan itu dibuatnya berbunga dan merasakan seluruhnya dalam waktu satu malam.

Gizel memukul kepalanya lagi. Ingatan seminggu yang lalu rasanya sudah ratusan kali kembali menghujam hati serta pikirannya sejak pagi tadi tepat setelah ia membuka mata. Ia bahkan baru dapat tertidur setelah beberapa menit lewat dari pukul tiga, dengan kondisi kedua mata yang bengkak serta sembab, dan hatinya yang kacau serta parau.

Laki-laki itu bahkan melakukan semuanya tanpa menaruh perasaan. Gizel tahu oleh karena tepat setelah pagi itu seminggu yang lalu mengantarnya pulang, laki-laki yang baru saja menciumnya seketika seolah lenyap ditelan dunia. Tidak lagi mengirim pesan apa pun. Tidak lagi berbicara terlebih bertemu. Membuatnya dihujam penyesalan serta merasa bodoh setengah mati. Dan Gizel tahu pasti, ia hanya perempuan kesekian yang mengalami kejadian demikian oleh karena laki-laki itu, lantas ditinggalkan tepat setelah ia melempar penghargaan dirinya hingga jatuh dan hancur serta entah bagaimana dapat kembali nanti.

Ia Atlan. Dan perempuan yang tengah tersedu sendirian serta merutuki diri dibuatnya, berulang kali bersumpah dalam hati untuk tidak akan pernah bertemulaki-laki itu lagi.

Atlan & ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang