12

1 1 0
                                    

Lambat laun perlahan, berita tentang hubungan keduanya menyebar. Shana-yang selama tiga tahun perkuliahan tidak pernah barang sekalipun terlihat menjalin hubungan dengan seorang laki-laki atau bahkan sekadar dekat, tiba-tiba saja dikabarkan menjalin hubungan dengan Atlan, seorang laki-laki dengan label player. Shana, seorang perempuan tertutup yang selalu memberi dinding pembatasnya sendiri terhadap siapa pun, tiba-tiba saja terlibat dengan seorang senior satu fakultas yang dikenal seru dan banyak bicara. Pun Atlan juga seorang demisioner eksekutif fakultas sekaligus senior di salah satu UKM tingkat kampus-yang membuatnya punya banyak relasi serta cukup dikenal di kalangan perempuan. Ditambah, Shana ialah seorang aktivis akademik sekaligus salah satu anggota legislatif fakultas, membuat kabar hubungan keduanya hanya perlu waktu singkat untuk diketahui paling tidak seluruh manusia dari jurusan Shana.

Maka satu per satu hal yang tidak pernah ia bayangkan mulai berdatangan sejak kabar tersebut tersebar, terlebih bagi seseorang semacam Shana-yang selalu tidak pernah terlibat dalam drama semacam ini di perkuliahan sebelumnya. Rasa-rasanya sejak kabar hubungan itu tidak sengaja terdengar, selalu ada kalimat tidak menyenangkan yang Shana terima, baik sengaja atau tidak sekalipun. Misalnya saja;
Aku yakin Shana hanya salah satu dari isi katalog milik Atlan.
Mau-maunya Shana dibodohi laki-laki seperti Atlan?
Sampai yang paling mencengangkan sekalipun; Kamu enggak curiga, Shana hanya dijadikan selingkuhan? Dia hanya salah satu perempuan yang Atlan punya, kan?

Ah, Shana tidak habis pikir kenapa ia harus terganggu oleh kalimat-kalimat semacam itu. Ia berusaha meredam seluruh perasaannya yang turut hanyut dalam satu per satu kalimat tidak menyenangkan yang merasuki pikirannya perlahan. Lantas meyakinkan diri dengan satu hal, ia hanya perlu percaya Atlan. Ia lebih tahu daripada mereka, dan Atlan di dunia nyata tidak seperti apa yang mereka katakan.

Sampai suatu waktu seusai Shana selesai dari kegiatannya di komunitas tari tepat pukul tujuh malam lebih sepertiga, ia didatangi seorang perempuan.

Karena mungkin terlalu malu untuk memulai pembicaraan di koridor, perempuan tersebut dengan seorang temannya turut serta di belakang Shana ke toilet kampus di lantai tiga, tepat di seberang dari ruang serbaguna milik komunitas tari malam itu. Selain kedap suara, ruang toilet kampus cukup luas dengan ruang kosong di depannya berisi cermin besar dan wastafel yang selalu terlihat bersih dan terkesan mewah. Sempurna untuk jadi ruang pembicaraan pribadi.

Dengan seorang temannya yang berjaga di depan, perempuan itu memandang dengan awas pantulan diri Shana pada cermin besar di depan mereka. Keduanya sejenak bertemu mata dan oleh karena merasa diperhatikan, Shana membalas tersenyum kecil melalui cermin lantas melanjutkan kegiatannya di wastafel.

"Benar, kamu yang namanya Shana?"

Sepintas mendengar kalimat pertama, Shana menatap pantulan mata perempuan di belakangnya melalui cermin, lantas membalikkan badan, "Iya. Kita pernah ketemu sebelumnya?"

Perempuan itu menggeleng, "Ini pertama kali."

"Aku mau kasih tahu beberapa hal. Dan santai saja, kita satu angkatan."

"Nama kamu?" Shana menatapnya bertanya.

Untuk kali pertama, perempuan itu tampak tak acuh, lantas terlihat merapikan rambutnya yang digerai sebahu serta sweater polos berwarna abu tua di tubuhnya. Kemudian menatap Shana datar, "Hubungan kamu dengan Atlan sudah berapa lama?"

Shana terkejut, tidak mengerti.

"Kamu yang sudah buat Atlan pergi dari aku."

Shana masih enggan menjawab. Ia bahkan baru bertemu perempuan itu malam ini, namun lihatlah bagaimana perempuan di hadapannya berbicara dengan kalimat yang terlampau sulit ia mengerti. Seolah-olah memang ada cerita yang belum pernah ia tahu dan sesungguhnya tidak akan ia pedulikan jika Atlan memang enggan bercerita terhadapnya.

"Kamu kasih sebanyak apa ke Atlan sampai dia enggak mengelak waktu hubungan kalian tersebar? Atau, pernah tidur juga?"

Shana mengerutkan dahi, "Maaf, tapi aku bukan perempuan serendah itu," balas Shana lantas hendak membuka pintu.

"Rendah?" Perempuan itu tertawa kecil.

"Kamu pikir bisa semudah itu pergi dari sini? Ah, kamu pikir bahkan bisa semudah itu punya hubungan dengan Atlan?" Ucap perempuan itu tepat ketika Shana meraih pintu yang tidak dapat dibukanya-sengaja ditahan dari sisi di seberang.

"Kamu yakin, tipe perempuan yang Atlan mau enggak jauh lebih sempurna daripada kamu?"

"Dan ingat ya, Shana! Kalau aku enggak bisa sama Atlan, aku enggak akan biarkan kamu atau siapa pun perempuan di dunia ini, akan tenang dan bahagia sama dia. Atau bahkan aku enggak perlu bertindak karena Atlan sendiri yang akan pergi. Kamu enggak tahu dia tipe laki-laki yang bisa melakukan itu bahkan ketika kamu kasih semuanya buat dia?" Perempuan itu tertawa kecil, menatap Shana sinis.

"Aku bahkan yakin, aku jauh lebih sayang sama dia daripada kamu. Pengorbananku buat dia aku yakin, jauh lebih besar daripada kamu."

Shana menggeleng, "Kalau yang kamu maksud adalah memberi semua yang laki-laki mau, itu enggak bisa dianggap pengorbanan. Dan yang kamu bilang menurutku bukan cinta. Itu obsesi."

Perempuan di hadapannya bungkam, menatap Shana tidak terima.

"Mungkin ada satu hal yang enggak kamu sadari, bahwa kalau kamu tahu Ka Atlan laki-laki yang seperti itu setelah dapat apa yang dia mau dari kamu, atau setelah dia bahkan menodai kehormatan kamu sebagai perempuan, itu artinya dia melakukan semuanya tanpa perasaan."

"Diam, ya! Kamu bahkan enggak tahu apa-apa soal aku sama Atlan! Dan aku enggak akan menarik kalimatku bahwa kamu enggak akan sebahagia itu. Enggak! Kamu bahkan enggak layak bahagia setelah apa yang harus aku terima, Shana!"

Shana bungkam, tersenyum getir. Ia perlahan mengerti bahwa sebanyak apa pun ia bicara, keadaannya justru akan semakin rumit. Dan ya, ia cukup lelah untuk peduli hal-hal semacam ini sehingga lagi-lagi harus dianggap serupa angin lalu baginya. Toh ia cukup tahu karena Atlan pernah bilang, seluruh perempuan yang mungkin nanti Shana temui dari masa lalu Atlan, pernah disentuhnya lebih dari batas antara laki-laki dan perempuan sewajarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Atlan & ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang