Wajahnya tampan, badannya ... cukup atletis, kulitnya ... putih, cuman gak mulus-mulus amat. Pokonya indah deh ciptaan Allah ini! Hanya saja, kelakuannya itu masya Allah sekali, besty! Seragamnya aut-autan, rambutnya berantakan, gak ada duit untuk beli pomed kah? Pomed? Dan wajah tanpa dosanya, membuat siapa saja ingin mencakarnya. Termasuk aku sendiri.
Sebelumnya, perkenalkan nama aku adalah Aneira Hazna Nalani, paling cantik, imut, sopan, rajin pangkal pandai, suka menabung, murah senyum, baik hati dan tidak sombong. Putri semata wayang dari pasangan Rijalul Kafi Al-Hakim yang paling ganteng sedunia dan Nikeisha Shofiyyah Ramadniya yang paling cerewet se-galaxy mirip punya Boboiboy. Canda Bun!
Dan dihadapanku ini adalah seorang murid yang setiap hari menjadi langganan amarahku. Yang setiap hari mengajakku dengan kalimat, 'Bu, nikah yuk!' atau enggak ... 'Bu, jadi istri saya, ya?'. Asem dah tu anak! Murid paling menyebalkan, dan sepertinya tidak bosan aku memarahinya. Nevan William Adiguna.
"Mau sampe kapan?" tanyaku, berusaha untuk meredam amarah yang sudah berada di ubun-ubun ini. Sabar, Ica cantik, sabar.
"Kapan apanya, Bu?" tanya dia balik, ogah-ogahan lagi. "Oh, sampe Ibu mau jadi istri saya aja."
Lah, asem ni anak!
Ya Allah, ada apa dengan ciptaan engkau yang satu ini? Ada saja tingkah lakunya. Ingin marah, buang-buang waktu saja, lagi pula dia pasti akan mengulangi perbuatannya. Cape deh!
"Keliling lapangan 10 kali, dan hormat bendera sampai jam istirahat!" perintahku tegas.
"Siap, demi Ibu apa sih yang enggak?" katanya sambil mengedipkan mata. Lah asem, gua digodain sama bocah tengil!
Huwa ... bunda, ayah, anak mu digodain sama bocah tengil!
Kayaknya, tu bocah suka dikasih hukuman. Buktinya dia semangat banget lari, biasanya murid lain akan takut, gak akan mengulangi perbuatannya, dan pastinya akan memperbaiki diri. Inimah boro-boro! Kalo bukan anak kepsek, udah dari dulu gua keluarin dah!
***
Seribu mata menatap tajam ke arahku, eak! Gua berasa kayak Bu Indah, salah satu senior guru Bahasa Indonesia seorang penulis yang jago banget bikin puisi, cerpen, dan novel. Mantep dah, Bu! Eh? Udah hampir 2 jam, itu bocah masih aman? Atau udah di UKS? Atau ... pingsan? Lah, bomat! Bapaknya juga bomat kalo itu anak gua kasih hukuman, mungkin karena saking bandelnya jadi udah gak peduli gitu, ya? Nah, buat para pembacaku yang cantik dan ganteng (mungkin) jadi anak yang baik ya, biar disayang ayang. Eh, maksudnya orang tua.
Baiklah, dengan sangat malas kaki ini melangkah menuju lapangan. Kebetulan, sekarang jam istirahat, jadi para siswa-siswi pada keluar. Semuanya nunduk pas gua lewat, bukan karena apanya ya guys! Gua disekolah dicap dengan sebutan, 'BUALER' awas, bukan buaya laler! Tapi, Bu Anei Kiler! Ada juga yang bilang, Bu Anei sombong, judes, galak, dingin kayak kamu! Eh, canda! Sebenarnya, kepribadian gua tuh bukan kayak gitu, tapi ya ... emang gua males ngomong, gua dingin sama orang yang gak terlalu akrab, tapi kalo lagi sama si besty, jangan ditanya! Bobrok ampun, dah!
Lapangan.
'Kuat juga tu bocah!' batin gua. Gua sampe bingung, itu anak makan apa, si?! Dan parahnya, mungkin dia sadar gua perhatiin. Dia malah lambai tangannya, buset! Gua malu, dah! (Emot nangis banyak!)
"Bu Nei," panggil dia ketika gua hampiri dia.
"Bu, udah ya? Saya cape loh, emang Ibu gak kasian? Nanti kalo saya sakit gimana? Udah ya Bu Nei yang cantik," pintanya memelas.
"Berisik!" Singkat, padat, jelas. Cocok kan buat gua yang guru matematika ini?
"Bu, jangan ketus gitu, entar saya jadi cintanya meletus-letus!"
"Cie ...!"
Si*l! Gua digodain sama diserokin sama murid lainnya! Lebih memalukan lagi ada guru yang lainnya ikut nyaksiin! Asem ni anak! Pengen deh gua gigit itu muka, dianya malah senyam-senyum kagak jelas lagi! Gua pasang ekspresi datar, ya ... meskipun jantung gua malah jedag-jedug gak karuan. Kenapa, ya?
"Bu, Ibu tau gak satu ditambah satu berapa?"
'Cobaan apa lagi ini?!'
"Dua."
"Salah!"
Lah, ko salah?
"Satu ditambah satu hasilnya tetep satu, Bu!" jawab dia, sebagai guru matematika yang cerdas ini (aamiin), auto bingung, dong! Dimana-mana satu ditambah satu ya hasilnya dua, kenapa jadi satu?! Beg* ni bocah? Dahi gua berkerut, pertanda gua jatuh cinta. Bingung maksudnya!
"Kenapa? Karena Ibu gak ada duanya dihati Nevan dan tidak bisa digantikan oleh siapapun!"
"Cie ... cie ... cie ...!"
Demi si plankton yang gak berhasil nyuri resep tuan Crab, dan demi kolornya Neptunus, sia***! Gua digombalin! Banyak yang liat lagi! Dia malah senyam-senyum, mungkin dia berfikir gua bakal luluh dengan gombalan dia? Tidak semudah itu Ferguson!
"Masuk ke kelas, dan jangan ulangi perbuatan kamu!" ucapku tegas.
"Saya bakalan ngulangin terus, Bu! Biar jadi kenangan indah yang akan selalu tumbuh menjadi cinta yang tidak akan hilang untuk selama-lamanya!"
"Cie ...!"
Huwa ... Bunda, ayah! Dengan kesal gua tinggalkan lapangan ini, kalo enggak, gua jadi bahan gombalannya itu bocah tengil! Baru beberapa langkah, gua dikejutkan dengan sebuah teriakan.
"Bu Nei, I love you!" Refleks gua berhenti dan balik menatap dia.
"Ibu Aneira Hazna Nalani aku, Nevan William Adiguna, ingin mengungkapkan bahwa aku telah lama mengagumimu."
Hening! Gua diam, itu bocah waras atau enggak si?
"I love you."
"I hate you."
"Gak papa kalo Ibu benci sama saya, kan dari benci lama-lama jadi cinta. Nanti Ibu pasti cinta sama saya!"
Pede kali kau, Nak!
Dengan cepat kutinggalkan lapangan, terdengar tawa ejekan untuk Nevan, mungkin juga memberi semangat. Bomat lah! Gua masuk ruangan gua, tutup pintu dan gua teguk segelas air yang sudah disediakan. Gua pegang tempat jantung berada.
Jedag-jedug, jedag-jedug, jedag-jedug, suaranya mirip grup kasidahannya emak-emak, eh, bukan-bukan! Marawis, iya, marawis!
Huwa ... Bunda ... Ayah ... tolongin Anei!
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Berondong Tampan
RomantiekHari-hati gua jadi suram gara-gara bocah tengil satu ini! Tapi ... ko dari hari ke hari, dia jadi cakep, ya? Eh, apaan si Nei!