ch. 5

30 7 8
                                    

"Elly Serah"

Serah berdiri begitu namanya disebutkan oleh prof tersebut.

"Hai perkenalkan. Namaku elly serah, aku berasal dari xxx. Hobbyku... Eeeh... Aku memiliki banyak hobby hahhaa... Dan yah, aku memilih masuk Kedokteran karena aku suka dengan hal yang menantang... "

Eren menerawang. Selanjutnya adalah gilirannya. Entah mengapa ia merasa sesuatu akan terjadi. Gelora yang saat ini ia rasakan sama seperti perasaan kemarin saat ia melihat cowok berambut kuning cerah itu.

Apa sebenarnya yang terjadi? Siapa cowok itu? Siapa profesor itu? Mereka tak pernah bertemu sebelumnya. Lantas perasaan apa ini?. Perasaan bagai ikatan erat seperti menyapanya. Bagai teman yang terpisah begitu lama dan akhirnya dipertemukan.

Eren cukup bergidik. Bukankah itu aneh?

"Hahaha.. Sepertinya kau orang yang periang. Aku suka kepercayaan dirimu, miss elly"

Serah kembali duduk dengan senyum lebar yang sudah ia tebarkan di sepenjuru kelas.

"Baik... Selanjutnya... " Prof itu membaca nama selanjutnya setelah serah.

Namun suaranya terhenti disitu. Wajahnya berubah. Senyumnya memudar. Para mahasiswa saling pandang.

"Ah... Maaf.. " Bukan hanya senyumnya, bahkan suara lantangnya ikut memudar.

Ia kembali menyunggingkan senyum. Namun kali ini berbeda.

"Baik... Selanjutnya,, Eren...Yeager"

Eren berdiri.

Mata mereka bertemu. Eren mendapati mata Profesor itu yang membola di balik kacamata tebalnya. Ajaibnya, eren melemparkan tatapan yang sama.

Atmosfer kelas berubah suram.

"Namaku, eren Yeager"







.
.
.





"Armin, mengapa kau memilih jurusan sejarah? Dengan otak cerdas cemerlang yang kau punya, kau bisa membuat emmm.. Misalnya pesawat model baru, kucing bertelur..bahkan mesin waktu. Dengan teknologi canggih masa kini tak ada yang mustahil"

Armin si cowok berambut kuning cerah tetap menyantap makanannya.

Kantin terlihat tak begitu ramai. Mungkin kebanyakan mahasiswa tak mengambil kelas siang.

"Aku tahu.. Tapi aku masuk fakultas ini dengan suatu tujuan. Lagipula aku sedikit tertarik pada sejarah"

Temannya geleng-geleng khidmat.

"Lihat, para gadis itu tadinya ingin mengobrol denganmu. Tapi saat tahu kau adalah anak sejarah, mereka putar haluan ke meja lain, memilih cowok yang lebih maskulin dan kharismatik"

Armin berdiri dengan mengangkat nampannya yang sudah kosong.

"Aku duluan, sebentar lagi kelasku dimulai"

Temannya mengangguk. "Jangan lupa pesanku. Cari perempuan cantik di Fakultasmu oke? "

Armin tak memedulikan dan sudah berjalan menjauh. Temannya memang sangat sering mengoloknya soal wanita. Padahal yang butuh belaian wanita adalah temannya seorang.

Armin berjalan keluar kantin, dan berhenti ketika mendapati tali sepatunya sebelah kiri terlepas. Ia berjongkok di samping pintu kantin untuk mengikat kembali tali sepatunya.

Tuntas, ia beranjak berdiri dari jongkoknya namun seseorang menyerempet bahunya dari belakang. Armin hampir hilang keseimbangan namun ia dengan tangkas memosisikan kakinya untuk berdiri sempurna.

Syal Merah | Aot | SnkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang