ch. 12

50 3 4
                                    


.

.

.

Eren duduk di kursi. Menundukkan wajah. Mereka ulang ingatannya di saat-saat terakhir kematiannya.

Ia berbicara kepada ymir. Dan meminta sebuah permintaan konyol yang saat itu hanya menjadi keinginannya saja. Siapa sangka permintaan itu terwujud.

Tapi, apa semuanya terjadi hanya karena permintaannya itu?

Eren menghembuskan napas.

"Tidak mungkin" Gumamnya pada diri sendiri.

"Apa yang tidak mungkin?" Hange tiba-tiba sudah ada di depan wajah eren dengan mata bulat menegikannya.

Eren sempat kaget. Tapi tiba-tiba saja ia merasa djavu. Hange dulu sering melakukan itu padanya.

"Beritahu kami apa yang kau tahu eren. Tak usah ragu. Sekarang sudah berbeda" Erwin mendekati eren dan sekerumunan teman-temannya. Menatap dalam mata hijau eren, namun hangat.

Eren paham sekali dengan apa yang baru saja Erwin katakan. Tapi ini masalahnya seorang. Dialah dalang di balik ini semua.

Mikasa yang berdiri di belakang eren mengelus pundak eren lembut. Eren menoleh, melihat mikasa tersenyum padanya, melihat armin yang berada di samping mikasa tersenyum padanya. Seakan meyakinkan nya bahwa jawaban apapun yang ia pilih tak akan berpengaruh terhadap dunia.

Ya, masa ini berbeda.

"Aku memiliki permintaan terhadap ymir.. Yang tak pernah ku sangka akan terwujud..."

.

.

.

"Eemm.. permisi.." suara ringan yang sedikit serak membuat Anni dan Rainer menoleh.

Kedua orang itu dikagetkan dengan kehadiran sosok yang menyapa mereka baru saja dengan senyum kikuknya.

"Maaf, apa.. kalian kebetulan kenal perempuan yang...

"Jean.." desiran halus keluar dari mulut Rainer begitu saja. Matanya menatap dalam pria beramput coklat pudar di depannya.

Ingatan-ingatan ribuan tahun silam saat-saat mereka bersatu untuk bekerja sama mengalahkan yeagatist, dan juga perasaan bersalah yang tak pernah pudar atas keserakahannya yang secara tak langsung telah membunuh Marco.

Dan Jean bersumpah tak akan pernah memaafkannya.

"Maaf? Kau..mengenalku?"

Rainer mundur selangkah, mengalihkan pandangan, menyembunyikan binar penyesalannya di wajah tajamnya.

Annie menghembuskan napas.

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

Jean beralih menatap Annie dengan memilih melupakan tingkah aneh pria bertubuh besar itu.

"Ah ya, apa kalian kenal dengan Mikasa? Gadis Asia. Apa kalian sefakultas?"

Annie diam sesaat.

Dalam sesaat itu ia mengagumi tingkat chemistry yang di miliki Jean pada Mikasa.

"Entahlah~aku belum melihatnya" desir Annie dengan maksud bahwa dia belum pernah bertemu Mikasa di kehidupan masa kini.

Angin sore meniup rambut pendeknya. Menerbangkan dedaunan kering di sekitar mereka.

"Aku penasaran seperti apa dia sekarang" lanjut annie menerawang.

Detik setelahnya suara gaduh seperti segerombolan remaja dengan obrolan antusias mereka terdengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Syal Merah | Aot | SnkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang