Erwin
Hange
Dan...
Levi.
Ketiga petinggi universitas itu berkumpul di satu ruang yang tak begitu besar tak juga kecil. Ruang yang bisa dibilang bersih untuk banyaknya tumpukan kertas di sana. Yang pastinya kedap suara.
Ya, mereka sudah berkumpul di ruangan Levi.
"Lihat" Hange menunjuk-nunjuk layar proyektor yang sudah dipasang di kantor Levi sejak lima menit yang lalu. Sejak kedatangan Erwin dan hange dengan wajah tak bisa diijabahkan yang membuat Levi mengerutkan kening.
Layar proyektor menunjukkan file dengan data lengkap tiap mahasiswa baru tahun ini.
Hange ngengklik salah satu nama yang ada di sana. 'Eren yeager' dan biodata juga pass photo eren muncul di sana.
Erwin terdiam, Levi terperangah namun masih mencerna.
"Apa kalian lihat? Dia adalah eren!" Hange menatap kedua pria yang tak mengatakan sepatah katapun.
"Setelah aku melihat keberadaan eren, aku lantas tersadar akan suatu kemungkinan dan mencoba menemukan sesuatu" Jari hange meng-schrool ke bawah mouse yang terhubung dengan laptop, yang juga terhubung dengan proyektor.
Erwin dan Levi tak memindahkan penglihatan mereka sedikitpun dari layar proyektor tersebut yang dipasang di sisi ruangan.
Kedua pria itu menemukan hal tak terduga dari apa yang mereka lihat di sana mengenai biodata para mahasiswa baru yang tersusun beriringan.
Levi makin menautkan keningnya.
"Setelah aku melihat eren tadi, aku menyimpulkan bahwa bukan dialah satu-satunya yang ada. Dan dugaanku benar. Sama seperti kita bertiga..eren, Armin, mikasa, Jean, connie, Sasha, historia, anni, Rainer, pieck..." Hange mengambil napas dalam. Dan melanjutkan.
"Mereka semua.... Ada di sini... "
Wanita dengan wajah yang sedang sangat serius itu mengalihkan pandangannya dari layar laptop dan berbalik menatap kedua pria itu.
"Mereka juga bereinkarnasi"
.
.
.Seorang lelaki dengan rambut satu centi (nyaris botak) mendatangi seorang perempuan dengan rambut coklat gelap yang diikat tinggi.
Perempuan itu tampak sibuk dengan tugasnya yang harus ia selesaikan, membuatnya tak sadar dengan kedatangan si lelaki berambut satu centi itu.
Masalahnya, mereka sedang berada di ruang praktek masak. Jurusan tataboga bukanlah tempat untuk bersantai dan bergerak lamban. Si lelaki berambut nyaris botak tahu akan hal itu. Namun ada yang mengganggu pikirannya sejak tadi. Lantas ia meninggalkan tugasnya yang seharusnya mengaduk masakan tanpa henti selama 30 menit_mengecilkan frekuensi kompor_dan mendatangi perempuan itu yang sedang sibuk dengan bahan-bahan di etalase.
"Hei kau"
Perempuan itu tampak sedang kesusahan dan mengabaikan lelaki itu.
"Hei... Aku memanggilmu"
Perempuan itu menggerutu. Kesal. Karena bahan yang ia cari tak kunjung dapat, dan lelaki yang mendatanginya sangat mengganggu baginya.
"Aku sedang sangat sangat sibuk. Kalau ingin minta tolong silahkan pergi. Huh.. Mana sih bahan yang ini"
Si lelaki entah mengapa malah ikut naik pitam. Ia merasa datang dengan sopan santun namun dilempar dengan jawaban yang tak ia harapkan.
"Kalau kesal jangan dilampiaskan padaku dong!" Celetuk lelaki itu.
Menggeram, perempuan itu lantas menoleh dan menatap si lelaki yang sangat sangat mengganggu pekerjaannya yang tak kunjung usai.
Alih-alih melemparkan sumpah serapah, perempuan itu malah diam setelah matanya bertemu dengan lelaki yang berjarak satu meter di sampingnya.
Si lelaki mengambil tindakan gantle. Ia menarik napas dalam.
"Maaf kalau tidak sopan... A-aku hanya ingin bertanya... Eeeeeh... Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"
Terdengar awkward. Bahkan pipi lelaki itu merona. Ia pasti malu jika ternyata tanggapannya hanya sepihak.
"Namaku connie springer..." Ia tersenyum kikuk.
"Sebenarnya.. Sejak kelas pertama. aku...aku melihatmu... Dan,, entah mengapa rasanya aku seperti mengenalmu.. "
Perempuan itu tak menjawab.
"Haha.. Maaf .. Mungkin aku salah" Lelaki itu menggaruk-garuk tengkuknya salah tingkah.
Masih tak ada jawaban. Mata perempuan itu tak berkedip. Menatap manik mata lelaki itu yang sudah merasa sangat malu.
"Kalau begitu... Aku permisi.. Maaf mengganggumu"
Lelaki itu hendak pergi. Dalam hati ia merutuki dirinya karena sudah melakukan hal memalukan terhadap orang asing. Ia bersikeras bahwa perempuan itu mungkin hanya kebetulan mirip dengan orang yang ia kenal. Namun belum beberapa langkah, bahan-bahan dalam keranjang yang di tenteng perempuan itu jatuh ke lantai. Membuat suara yang sedikit gaduh.
Lelaki yang bernama connie itu dengan tangkas memungut bahan-bahan tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam keranjang yang juga tergeletak di lantai.
"Hei bahan-bahan ini mahal tahu.. Jangan sembarang menjatuhkannya" Omel connie di tengah ia membereskan barang-barang tersebut sambil jongkok.
Ia mendapati perempuan tersebut tak bergeming. Bahkan tak berpindah dari tempatnya sejak tadi.
'Ada apa dengannya? Apa dia terlalu syok ada orang asing yang mengatakan itu kepadanya? ' dialog connie dalam hati dengan nada mencibir.
"Kau.... " Pada akhirnya perempuan itu berbicara. Satu kata yang membuat connie mendongak dikarenakan ia masih berjongkok. Sekali lagi mata mereka bertemu. Namun kali ini berbeda.
"Apa kau... Sungguh mengenalku? " Ucap perempuan itu dengan ekspresi sedih, lirih.
Perempuan itu memegang dadanya "perasaan apa ini? Kenapa.. Aku merasa sedih? "
Connie berdiri dengan menggenggam keranjang yang sudah berisi bahan-bahan yang jatuh tadi. Kali ini wajahnya serius. Ia menatap perempuan di depannya yang sudah menunduk menatap lantai.
"Hei... Siapa namamu?..." Tanya lelaki itu.
Tak langsung dengan jawaban, perempuan itu bagai berada di pikirannya sendiri.
"Sasha braus" Jawabnya dengan suara kecil.
Lelaki itu ikut menunduk "bahkan namamu terdengar familiar" Gumamnya.
Sunyi. Atmosfer di sekitar mereka berubah. Perasaan mereka campur aduk.
"CONNIE!!! KENAPA KAU MENINGGALKAN MASAKANMU!!! "
Connie merutuk ingatan tololnya. Namun ia bersyukur. Teriakan senior itu memecah suasana aneh diantara mereka.
"A..aku pergi dulu... Haha..maaf mengganggumu...dan juga,,salam kenal Sasha...kalau begitu, aku permisi.." Sergah connie berusaha mengubah suasana aneh diantara mereka. Ia berbalik dan berlari kecil meninggalkan Sasha.
"CONNIE... "
Lelaki itu menoleh saat suara cempreng wanita itu memanggil namanya.
Sasha menarik napas. Jarak Connie sudah cukup jauh darinya.
"JIKA KAU ADA WAKTU, TEMUI AKU DI LUAR KAMPUS SETELAH INI"
Connie tersenyum, mengangguk. Lalu kembali berlari ke tempatnya.
Senyumnya melebar kian detik.
Perempuan aneh. Pikir Connie.
Tapi ia merasa dirinya lebih aneh. Mengapa ia merasa sangat senang? Bukankah mereka baru saling kenal?
"Siapa tadi? " Tanya senior tadi begitu Connie kembali.
"Hanya seseorang yang sering kulihat dalam mimpi" Celetuknya sembari mengaduk masakannya.
.
.
.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Syal Merah | Aot | Snk
Teen Fiction❗hanya illustrasi sebelum final aot 2023❗ just for healing:')