ch. 8

31 7 8
                                    

Lampu tumbler berwarna warm white yang melilit di tiap pohon tanpa daun di sepanjang jalan kota itu membuat suasana malam terasa lebih indah. Memanjakan mata siapa saja yang yang sengaja berjalan kaki untuk merasakan suasana malam setelah beraktivitas sepanjang hari.

Malam yang indah diiringi musim gugur yang tenang.

.

Nama kafe itu erstes Café.

Kafe itu menjadi tempat andalan para mahasiswa dikarenakan furniture yang terkesan elegan namun pas dimata para remaja dan dewasa dini. Tentu saja, lokasinya yang dekat dengan kampus menjadi alasan utama mereka menyukai kafe itu. Tempat andalan mereka untuk beraktivitas seperti; kerja kelompok ataupun kerja tugas, nongkrong, dan mengisi perut.

Armin mempersilahkan eren duduk di depannya. Mereka memilih tempat duduk di dekat jendela. Melihat pemandangan malam di luar sana membuat perasaan lebih tenang.

Keduanya sudah memesan dan tinggal menunggu pesanan datang. Armin memanfaatkan waktu yang ada dengan membaca buku yang ia bawa.

Eren mengamati. Mau tak mau.

Semenit setelahnya Armin membuka suara lebih dulu.

"Kau tahu, eren. Entah mengapa menyebut namamu terasa sangat enteng. Rasanya seperti.. Aku sudah sangat sering mengucapkan nama itu. Entah mengapa rasanya sedikit menyenangkan"

Armin membalik halaman buku. Eren masih mengamati. Melihat tulisan dalam buku tebal tersebut_dalam keadaan terbalik_tentu saja ia tak sungguh-sungguh mengamati. Pikirannya dipenuhi oleh wujud, sosok, dan keberadaan orang di depannya tersebut.

"Aku tahu, pasti sangat aneh mengatakan ini kepada orang yang baru saja kau temui. Tapi kurasa aku tak bisa menyembunyikannya. Selagi kau disini, aku ingin jujur"

Cowok pintar itu terus berbicara. Namun matanya juga bekerja, membaca tiap huruf, tiap bait dalam buku itu.

"Eren... Aku yakin. Kamu adalah orang yang sering muncul dalam ingatanku, juga mimpiku. Ya, Kau lah orangnya. Tak salah lagi"

"Aku sudah mencarimu sejak lama. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku. Namun mungkin akan ada petunjuk jika kita bertemu. Oleh karena itu... " Armin mengangkat pandangannya. Menatap manik mata lelaki di depannya. Wajahnya serius.

"Eren.. Kumohon kau untuk terbuka kepadaku"

Mereka bertatapan. Suara-suara obrolan para remaja yang ada di kafe itu mengisi kekosongan di antara mereka.

"Kenapa... Kau beranggapan seperti itu?" Tanya eren dengan tone rendah miliknya.

Armin kembali menurunkan pandangannya.
Ia menarik napas, dan menghembuskan nya.

"Entahlah.. Mimpi-mimpi dan ingatan asing itu sangat menggangguku. Kau tak akan mengerti bagaimana rasanya"

Di tengah suasana aneh itu, pelayan datang membawakan pesanan mereka. Hidangan yang sangat menggugah selera dan siap disantap. Namun rupanya hanya menjadi pemandangan mata kedua lelaki itu.

"Dari mimpi dan ingatan asing itu aku membuat sebuah hipotesa mengenai biodata tiap orang yang kulihat. Mengenai bentuk wajahnya, rambutnya, dan namanya. Gambaran di dalam mimpi dan ingatan bukanlah bukti yang kuat. Tapi kurasa itu sudah cukup sebagai petunjuk"

"Ah... Tadi aku melihat dua orang yang juga bagian dari mimpi dan ingatan asing ku. Karna itu aku yakin. Suatu saat aku pasti akan bertemu denganmu, eren... "

Armin membuka jalanan selanjutnya.

"Sebenarnya.. aku mencari orang lain selain kau. Seseorang yang paling sering menampakkan dirinya setelah dirimu.."

Syal Merah | Aot | SnkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang