Sebuah ambisi

3.1K 348 15
                                    

"Benang wol."

"Woi kalo aku panggil itu noleh dong!"

Si empu nama terpaksa menoleh karena bahunya tertabok duluan. Berlatar taman belakang rumah Hanwool, keduanya terduduk diteras sembari menikmati beberapa cemilan dan minuman dingin sebagai perayaan kecil bahwa sahabatnya telah berpulang ke Jepang.

"Apaan sih?! Namaku Hanwool, panggil yang bener."

"Nimiki Hinwil pinggil ying binir."

Pemuda bersurai silver itu mengelus dadanya sembari menarik nafas dalam.
"Untung aku sabar."

(Name) hanya memandangnya datar.
"Sok banget ni anak minta ditonjok."

"Idih berani lo?" Tantang Hanwool.

"Eh, daripada itu kayaknya aku lagi jatuh cinta deh." (Name) mengubah topik pembicaraannya. Dia takut beneran dibogem sama Hanwool, kan ga lucu kalo si Hanwool bogem dia cuman gegara emosi sesaat. Yang ada hilang ntar wajah imut bak pahatan patungnya itu, eaaa.

"Hah?! Kamu? Jatuh cinta? Sama siapa n*jir?" Hanwool menaikkan nada bicaranya satu oktaf, terkejut mendengar pengakuan sang gadis sehingga lupa topik pembicaraan mereka sebelumnya. Bahkan sampe berkata kasar diakhir ucapannya.

"Iya tapi aku gatau namanya siapa, tapi kayaknya satu sekolah deh sama kamu."

Pemuda bersurai silver itu menopang wajahnya dengan tangan kanannya.
"Emang ciri-cirinya kayak gimana?"

"Mukanya jutek terus rambutnya cokelat."

Hanwool yang semua nampak serius berfikir tiba-tiba ngakak dengan penjabaran gadis itu.
"(Name), itu beneran anak SMA?"

"Iyalah, aku ngga mungkin salah liat, seragem sekolahnya mirip kamu."

"Ciri-ciri lainnya apa coba?"

"Kulitnya putih, tapi ga putih-putih amat.. Masuk kategori sedikit kecoklatan mungkin?" Netranya memejam mencoba mengingat-ingat perawakan pemuda yang membuatnya jatuh cinta.

Hanwool menepuk dahinya, pusing. Bagaimana gadis itu bisa menyebutnya cinta sedangkan wajah cowok yang ditaksirnya aja samar-samar diingatnya.

"Sudahlah, berhenti memikirkannya.. Kamu nikmati saja waktu liburmu bersamaku, jangan fikirkan dia, toh kalian cuman sekali ketemu. Kemungkinan ketemu lagi juga sedikit, (Name)."

"Ah? Siapa bilang? Aku udah pindah SMA kok."

"The Fu*ck?!" Hanwool yang semula sedang meneguk minuman kaleng bersoda seketika menyemburkannya langsung.

"Iya aku udah minta papi buat mindahin sekolah aku biar samaan sama kamu, hehe." Kekehnya.

"Kamu jadiin aku sebagai alasan?"

Gadis itu mengangguk tanpa ragu.

"Aku ga bisa biarin cintaku gugur begitu aja sebelum bersemi." Kedua tangannya ditautkan satu sama lain. Netranya berbinar menatap lurus ke depan.

Hanwool yang melihatnya bergidik ngeri, puitis sekali gadis itu hari ini.

"Terus barang-barangmu yang di Amerika?"

"Udah dipindahin sama papi."

"Persiapanmu mateng juga ya.."

"Iya dong! Demi cinta sejatiku!"

"Kamu yakin cinta sama dia?" Tanya Hanwool memastikan.

"Tentu saja!" Merasa tak dipercaya, gadis itu menaikkan nada bicaranya.

"Ga ada yang namanya cinta pandangan pertama, (Name)." Hanwool menghela nafas lelah.

"Ada ini buktinya aku!" (Name) menatapnya tajam.

"Kamu ga bisa baru sekali liat orang terus langsung bilang itu cinta." Ujar Hanwool masih mencoba mengubah keyakinan sang gadis. Sayangnya, (Name) itu orangnya keras kepala.

Hanwool sebenernya ga masalah kalo harus satu sekolah sama (Name), dia malah seneng bukan main. Tapi ini masalahnya (Name) mau satu sekolah sama dia cuman buat ngejer cintanya.

Bocah freak emang.

"Tau apa kamu yang jomblo ga pernah pacaran. Mainnya sama aku terus sih, coba sekali-kali cari cewek sana!" Roasting gadis itu yang berhasil membuat perempatan imajiner tercetak di dahi pemuda bersurai silver itu.

Gadis itu tak tau saja banyak siswi yang mengidolakannya disekolahnya. Tapi dia setia sama perasaannya buat cewek didepannya yang ga pernah peka sama perasaanya.

Poor Hanwool, always jadi babunya (Name). Mana dia sabar doang lagi anaknya.

Definisi ditakutin disekolah, tapi rela dibabuin sama ayang.

Bucin banget si abang.

"Nanti aku pacaran kamunya nangis."

Gadis itu nampak menimang ucapan sahabat masa kecilnya itu.
"Bener sih, nanti kalo kamu punya cewek aku ga bisa babuin kamu lagi."

"Sialan." Hanwool terkekeh sembari mengacak surai panjang milik (Name) gemas.

"Jadi kapan kamu mulai sekolah?"

"Besok."

Saat itu Hanwool cuman ngira kalo (Name) cuman suka sama paras cowok yang disukainya dan bakal ilang seiring berjalannya waktu, tanpa tau kisahnya bakal berlanjut sampe buat dadanya panas berdenyut nyeri tak karuan.

TBC♡

Hanya book pelarian pas sy depresot. Smoga klian suka😀.

𝐊𝐀𝐌𝐀𝐋𝐀 [𝐇𝐚𝐧𝐰𝐨𝐨𝐥𝐱𝐘𝐨𝐮𝐱𝐆𝐞𝐨𝐧𝐲𝐞𝐨𝐛]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang