Pulang bareng gebetan

779 167 6
                                    

Pagi yang cerah bukannya dinikmati dengan suasana yang tenang. Jam istirahat adalah jam yang paling dinanti-nanti seluruh siswa yang bosan karena pelajaran, ada juga yang selalu ke kantin untuk mengisi perut, termasuk saya.

"Ini tuh jawabannya 25!"

"Ngga, jawabannya itu 24."

Jam istirahat ruangan klub diributkan dengan (Name) dan Geonyeob yang berbeda pendapat.

"Kamu pake rumus yang mana coba? Aku pake rumus yang ini ketemu 25, kamu dapet 24 darimana? salah itung itu. Try it again!"(Name) menarik sebuah kertas kosong lantas menuliskan jawabannya disana tak lupa dengan keringat membanjiri pelipis tokoh utama kita.

Geonyeob memijit pangkal hidungnya pening. Gadis dihadapannya ini tidak mau kalah debat sama sekali, padahal menurut dia jawabannya itu udah bener. (Name) aja yang salah hitung.

"Denger ya (Name), kalau kamu pake rumus yang ini ketemunya pasti 24." Geonyeob ikut mentorehkan tinta polpennya pada kertas yang diambil (Name) tadi, berfikir sejenak lalu melanjutkan kembali orek-orekannya.

Gamin dan Jiwoo saling pandang. Apa kabar dengan jawaban mereka yang 73? Sangat melenceng dari opsional soal. Itupun mereka berdua ngerjain bareng. Andai Jun, Heewon, dan bu guru ada disini, mereka pasti tidak perlu melihat pertengkaran anak pintar itu yang membuat otak keduanya insecure.

"Kita pake rumus beda, kalaupun beda tetep aja hasilnya bakal sama.. Lah ini kok beda?" (Name) menyangga wajahnya dengan tangannya. Memikirkan mengapa jawabannya bisa berbeda dengan Geonyeob, padahal cuman beda satu angka.

"Gatau, kamu sih. Ngapain coba otak-atik rumusnya."

"Terserahku lah.. If there is an easy way why should I choose the hard one?"

Nah mulai sudah keluar bahasa setengah-tengahnya. (Name) suka gini kalo dia lagi kesel banget.

Geonyeob memandang (Name) serius. Kedua tangannya bertumpu di atas meja.

"Coba kamu kerjain pake rumus yang sama denganku."

"Gamau, itu rumit buat aku yang mageran." (Name) memutar bola matanya malas, tangannya bersedekap di dada.

Geonyeob menghela nafas lelah.
"Kalo kamu kerjain pake rumus yang aku pake, nanti pas pulang kita bareng deh."

Tawaran yang menarik, buktinya manik (Name) langsung berbinar senang.

"Serius?!"

"Iya, makanya cepetan kerjain."

"Oke ayang~ Janji dulu sini!" (Name) menjulurkan jari kelingkingnya yang dibalas oleh pemuda bersurai cokelat itu dengan tatapan malas.

"Kalian pacaran?" Jiwoo bertanya karena dia tau kalo keduanya itu saling suka.

"Iyaaa!"

"engga."

(Name) dan Geonyeob saling pandang. Jiwoo nampak bingung dengan jawaban berbeda dari keduanya.

"Ekhem.. Bentar lagi." (Name) berdehem, mengedipkan sebelah matanya pada Geonyeob.

Ikatan rambutnya terlepas, Geonyeob sang pelaku hanya memasang wajah datar.
"Cepet kerjain punyamu, ini aku sita sampe pulang."

"Lah?" (Name) cengo, heran dengan perbuatan Geonyeob. Tak mau membuat pemuda bersurai cokelat itu membatalkan perjanjian mereka, jemari (Name) lantas bergerak menyusun deret angka dengan rumus yang digunakan Geonyeob.

Jiwoo mengangkat bahu tak peduli.
"Kita ke kantin aja yok, Gamin.. Daripada ngeliat yang dua ini debat lagi karena beda hasil nanti."

Gamin bergidik ngeri, dia yang tak berdebat aja pusing. Lantas bakalan terulang lagi? Big no baginya menjadi pendengar perdebatan Geonyeob dan (Name) yang tak usai-usai.

𝐊𝐀𝐌𝐀𝐋𝐀 [𝐇𝐚𝐧𝐰𝐨𝐨𝐥𝐱𝐘𝐨𝐮𝐱𝐆𝐞𝐨𝐧𝐲𝐞𝐨𝐛]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang