Tetanga | 03

5 3 0
                                    

Playist: Backsound OCEAN☁️

“Benny?” Gumam Serry.

“Serry, kenapa lampu kamarnya masih nyala? Kamu belum tidur? Cepet tidur ini udah malem,” Ujar Anya.

“I-iya mah, bentar lagi aku tidur kok,” Jawab Serry.

Iya menutup buku harian itu, lantas bersiap untuk tidur.

Esok paginya Anya berpamitan pada ibu dan anaknya untuk berangkat ke lokasi kegiatan sosial. Kebetulan pula libur akhir tahun pelajaran dimulai hari ini.

“Nek, Serry mau ngerjain tugas di kamar, kalau nenek nyari Serry ketuk pintu Serry aja,” Ujar Serry yang bersemangat melanjutkan cerita ibunya.

***

“Benar kata Sean, sampai malam begini hujannya belum berhenti juga,”

Aku bertanya-tanya kenapa dia bisa tahu hujan akan lama? Kenapa juga hujan sudah dimulai bulan ini? Tapi semua pertanyaanku seketika bunyar ketika ibu memanggilku turun untuk makan malam.

“Masih bulan september tapi kenapa hujan sudah turun?” Ucap Ayah sambil melahap makanannya.

“Iya, ibu nonton berita cuaca semalam, katanya hari ini bakal hujan cukum lama,” Ujar ibu.

“Padahal ibu udah bawain payung buat anya karena dia pulang sore. Eh dia malah pulang hujan-hujanan sama temennya,” Ujar ibu.

“Iya, Nya? Siapa temanmu? Laki-laki atau perempuan?” Kenapa Ayah tanya begitu, untung saja Aji sedang ke kamar mandi, kalau tidak dia akan menginterogasiku habis-habisan.

“Yah, rumah kosong di ujung jalan sana sekarang ada yang nempatin ya?” Tanyaku sekaligus mengganti topik pembicaraan.

“Iya, Pak I Made Asmajaya pindah ke situ tiga hari lalu. Ibu tahu kan pabrik garmen Asmajaya, itu punya dia,” Fiuhhh, sepertinya ini berhasil.

“Oh, yang katanya mau kerja sama dengan ayah?” Tanggap ibu.

“Iya. Mereka bilang mau mampir ke sini dalam waktu dekat” Ujar Ayah.

Uhuk uhuk

‘Anya kenapa harus kaget?’ omel batinku.
“Kenapa, Nya? Kok kaya kaget gitu? Minum terus buruan dilanjut makannya,” Ujar Ayah. Untung saja Ayah tidak kembali membahas topik tadi.

Setelah selesai makan malam, aku mencuci jaket Sean yang tadi dipinjamkannya padaku. Bukan karena apa-apa, tapi kalau tidak segera dicuci pasti akan berjamur dan rusak.

“Mencucikan jaketnya bukan berarti perhatian kok, lagi pula kan aku meminjamnya, jadi sudah sewajarnya,” ternyata gumamanku terdengar oleh nenek.

“Itu jaket Benny?” Kenapa nenek harus menyebut nama yang super menyebalkan itu sihh.

Keluargaku dan Benny memang sudah saling mengenal sejak lama, begitu pula aku dan Benny. Dulu aku cukup akrab dengannya, namun sejak dia menciptakan situasi menyebalkan ini aku sungguh membencinya.

“Bukan, Nek. Punya temen sekolah Anya,” Jawabku.

“Oh ya sudah, cepat diselesaikan, sudah malam,”

“Iya, Nek.”

***


Hari ini aku kembali diantar Ayah ke sekolah, lega rasanya aku setidaknya tidak harus bertemu Sean di bus. Seperti biasa kami sekeluarga sarapan Bersama sebelum memulai aktivitas.

Ibu pagi ini memasak nasi goreng kesukaanku dan Ayah.

Setelah sarapan aku dan Aji berpamitan dan menuju mobil. Baru saja beberapa meter aku keluar dari rumah, sosok Sean kini lewat depan rumahku.

OCEANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang