김독자 : Percentage

940 91 9
                                    

Dimana tubuh dibagi, cinta bukanlah hal yang bisa dibagi

Top – Young Jaehwan
Bot – 49% Kim Dokja

This works is my belongings, don't copy in another platform if u have attiude.

Sincerely,

Nathan

Sebagai pecahan tubuh utama, Kim Dokja 49% tidak mengerti apapun selain 'Ways Of Survival'. Tidak mengerti mengapa Han Sooyoung berteriak atau Yoo Joonghyuck yang mencekiknya. Tidak mengerti mengapa ribuan halaman cerita berputar dibenaknya. Dirinya tidak mengerti.

Maka, saat regresi bersama, ia mengerti. Ia pengganti tubuh utama. Hanya selingan sejenak dikala tubuh aslinya diinginkan. Tubuhnya ditarik, fabel dengan untaian kalimat terbentang menggantikan darah, hanya untuk disodorkan ke arah dinding.

Kereta itu selalu dingin atau mungkin kulit pucatnya yang semakin menggigil. Ia tidak tahu. Diciptakan sebagai pengganti dengan instruksi bukanlah hal yang aneh, awalnya. Sekarang, itu terasa berbeda.

Tidak ada yang menatapnya saat tungkainya tidak bisa menyangga beban tubuhnya sendiri, tidak ada yang benar-benar peduli. Tentu, mereka peduli dengan dirinya yang asli, tapi apakah dengan dirinya? Tidaklah adil menurutnya, mereka berbagi kemiripan yang hanya dibedakan melalui persentase nilai kehidupan.

Saat tubuh aslinya dibawa pergi, ia sendiri di ujung kereta. Duduk dan menatap mata dirinya satu sama lain. Ia tersenyum, menganggukkan kepalanya saat persentase yang lebih besar terlelap sebelum bisa mengatakan apapun. Lalu, pintu itu tertutup.

Sendiri lagi, seperti kesehariannya yang bisa ia ingat. Ada sedikit perasaan iri saat melihat dirinya yang lain. Kim Dokja memiliki kawannya, Mimpi Tertua memiliki Secretive Plotter, sedang dirinya hanya memiliki pemikiran yang tersesat dialam semesta.

"Sampai saat nanti," bisiknya menatap keramaian yang menghilang. Ucapannya terdengar melankolis, tetapi tidak ada harapan saat nadanya meringis.

Suasana lengang terasa menghanyutkan, jendela yang terbentang dengan ratusan jalur paralel ke arah garis dunia lain atau tanah tandus akibat skenario terakhir.

Tidak ada dinding keempat, tidak ada Raja Dokkaebi, tidak ada Dewa Luar. Hanya, dirinya. Tanpa kawan atau kenalan. Rasanya familier. Ia, selalu sendiri. Bahkan jika suatu kebiasaan menjadi hal yang terasa akrab, direlung hatinya ada keengganan saat menatap Kim Dokja 51% kembali bersama.

Ada mengi akibat tangisnya yang teredam, kemeja kusutnya hanya menjadi sanggan semata, tidak benar-benar menghangatkan tubuhnya, tidak berguna. Sama seperti dirinya, tidak diinginkan.

Gesekan rel imajiner terasa menghanyutkan, membawa satu penumpang dengan jutaan pesakitan.

"They treat me like shit. Like I'm worthless." lirihnya pelan, mata dengan air mata mengalir hanya termenung menatap hamparan tandus. Gerbong itu bergerak, melewati lintasan ruang dan waktu, bahkan garis semesta serta dunia lain.

"Familiar, right? Isn't that how you treat yourself?" nada suara mencela itu terdengar diujung, tetapi lelahnya terdengar, seakan mengerti sakitnya.

All Hail Dokja Kim - 김독자Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang