Hampa.
Alana telah terbiasa dengan perasaan itu, perasaan yang membuat dirinya sudah lelah dengan keadaan. Perasaan yang telah membuat dirinya lupa bagaimana mengeluh.
Selama 2 Minggu ia berada di dalam raga Alodya, dan raga ini adalah raga miliknya sekarang. Dia tidak peduli dengan pemilik raga yang asli, yang ia tahu dirinya sekarang telah hidup dengan raga yang baru. Terlihat gila, tapi Alana tidak mempermasalahkan hal tersebut. Dia tidak peduli, sekarang dia Alodya ataupun Alana, dia hanya berbeda raga saja.
Langit malam yang indah, membuat Alodya betah menatap nya sepanjang malam. Hal gila yang sedang terjadi ini, sedikitnya membuat perasaan Alodya lebih membaik. Dia melihat rasi bintang yang bertebaran begitu indah di banding dengan dunianya yang dulu.
Mengingat kehidupan nya yang dulu, membuat luka lama terbuka kembali. Benci, dia sudah lelah dengan perasaan itu.
Benci dimana dia tidak bisa bertindak apapun. Dia sampai mempertanyakan dirinya sendiri.
Takdir. Jangan melucu, dia sudah lelah dengan semuanya. Huh, dia lelah.
Tapi, kenapa tetap ada rasa sesak di dada. Dia benci dengan perasaan ini. Dia tidak mau mempunyai perasaan apapun lagi. Dia takut, dia mempunyai perasaan yang lain.
Tes!
Hahaha! Dia tertawa miris. Tawa yang membuat dia mengingat akan segalanya. Dia terkekeh, miris sekali dia ini. Dia lupa kalau ia juga manusia, dan ia lupa dia bisa munafik seperti ini. Perasaan nya membohongi otak dan fisik nya ini, hahaha.
Matanya mengedar ke sudut jendela, ia menemukan pecahan kaca yang tadi siang ia ambil di bagian cermin yang sudah retak.
Apakah Alodya sama seperti dirinya? heh, kenapa ini sangat terlihat lucu. Dia tidak pernah sepeduli ini pada siapapun,
Alodya menatap kaca tersebut dengan pandangan kosong. Dia mengarahkan kaca tersebut ke telapak tangan nya. Dia mulai menyayat sedikit demi sedikit pergelangan tangan nya, dia tertawa kesenangan hanya karena pecahan kaca itu mengenai kulitnya yang telah mengeluarkan darah.
Hanya dengan cara ini dia bisa menumpahkan rasa sakit hatinya dengan rasa sakit di fisik. Hanya ini yang bisa dirinya lakukan saat dalam situasi tak bisa mengendalikan diri.
Darah, sedikit demi sedikit mulai menetes. Alodya hanya menatapnya dengan kesenangan. Dia berhenti menyayat pergelangan tangan nya. Dia tak ingin sampai dirinya mati sekarang. Dia ingin merasakan bagaimana jadi seorang yang menyedihkan di zaman kerajaan ini.
***
Ada sepasang mata kelam yang melihat apa yang baru saja dilakukan oleh seorang gadis, ia terlihat terkejut dengan apa ia lihat.
Kenapa dia baru tahu sekarang. Apa dia selalu menyakiti pergelangan tangannya sendiri?
Hhuh..
Pria tersebut menghembuskan nafasnya, dia tidak tahu apa yang sedang ia rasakan sekarang. Rasanya dia ingin langsung menghentikan perbuatan gadis yang menyakiti dirinya sendiri.
Tapi, dia ragu. Apakah gadis itu akan menghentikan nya atau malah sebaliknya melakukan hal lebih.
Dia benci dalam situasi seperti ini. Tangan nya sedikit gemetar, dia tidak pernah merasakan tangan nya gemetar kembali, dan terakhir ia gemetar saat ia masih kecil.
"Salam hormat, Tuan muda."
Pria tersebut, langsung menghadap seorang prajurit yang menghadap dirinya sambil menundukkan kepalanya.
"Hm." Balas pria tersebut.
"Tuan Duke ingin membicarakan sesuatu pada anda."
"Dimana?"
"Tuan Duke menunggu anda di tempat kerjanya, tuan muda."
Pria tersebut melirik sebentar, tempat gadis tadi berada sebelum dia beranjak pergi meninggalkan prajurit tersebut dan menuju ruangan Duke atau Ayah nya sendiri.
Yah, dia adalah Aiden Trans Kaighar putera sulung Harven. Dan dia adalah kakak dari Alodya.
Dia masih memperlihatkan raut datar nya tapi saat ini hati dan pikiran nya sedang kacau dikarenakan perbuatan seorang gadis yang sudah lama ia acuhkan.
"Salam hormat, ayah."
Harven menatap putera sulung nya dengan datar. Aiden yang melihat sudah terbiasa dengan sifat ayahnya itu.
France yang melihat Ayah dan anak yang sama-sama saling menatap datar hanya bisa menahan diri untuk tidak mengelus dada, ini sudah biasa.
"Aiden, perbatasan kekaisaran Lotunisia yang berada pada wilayah kita sedang terjadi penyusup dari negri Chair. Aku harap kau bisa pergi untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi."
Harven menatap Aiden yang sepertinya sedang mempertimbangkan tugas darinya.
"Aku harap kau bisa menyelesaikan permasalahan ini. Ekspedisi ini sangat diperlukan, untuk keamanan para rakyat yang ada di bawah kepemimpinan kita." Jelas Harven, yang membuat Aiden hanya bisa mengangguk pasrah dengan apa yang di ucapkan ayah nya itu.
Dia biasanya akan baik-baik saja menerima perintah apapun itu tapi mengapa sekarang ia merasa berat untuk meninggalkan gadis itu sendirian.
Aiden tau iya aneh. Tapi, hatinya menolak mengatakan semua baik-baik saja.
Setelah menerima perintah dari ayahnya, Aiden pergi dari ruangan ayahnya menuju ke tempat istirahat nya.
***
Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela yang tidak ia tutup sama sekali saat tadi malam hari. Dirinya sekarang sudah siap dengan pakaian rapihnya. Dia ingat sekarang adalah jadwal ia untuk berkunjung ke istana untuk menemui tunangan nya itu.
Di kekaisaran Lotunisia, sudah menjadi kebiasaan bagi seorang tunangan dari Putera Mahkota akan menemui dan datang ke istana setiap 2 Minggu sekali. Dan yah, sekarang waktunya.
Alodya yang sudah siap dengan pakaian dress berwarna biru seperti kedua netra nya. Dengan dress berbentuk off shoulder yang mana memperlihatkan kedua bahunya.
Alodya tidak lupa, memakai sedikit riasan yang mana memperlihatkan ke anggunan seorang Antagonis utama.
Hari ini, dia akan membuat cerita yang begitu sangat menyenangkan.
Dimana dirinya sudah menyiapkan semua nya. Alodya akan membuat Putera Mahkota Lotunisia itu semakin membencinya dan membuat alur tetap berjalan di plot yang ia buat. Dia tersenyum jenaka.
Dia berjalan keluar, senyum jenakanya luntur. Saat ia melihat seorang pria yang tidak asing di ingatannya. Pria yang memiliki mata dan rambut yang sama seperti dirinya
"Salam kepada Tuan muda Kaighar."
Alodya tidak memperdulikan raut wajah tegang yang di tampilkan oleh pria yang sedang ia sapa.
"Mau kemana kau?"
Aiden menelan ludah nya gusar, saat melihat raut wajah gadis dihadapan nya yang masih tersenyum kecil.
Senyum itu,
"Saya akan pergi ke Istana, Tuan Muda."
Aiden tahu, tapi ada perasaan aneh yang hinggap. Dulu dia tidak sepeduli ini.
"Kalau tidak ada lagi sesuatu yang akan ditanyakan. Saya ijin untuk pergi terlebih dahulu." Alodya tersenyum tipis pada Aiden sebagai bentuk kesopanan pada pria yang menjadi Tuan Muda dari keluarga Duke Kaighar.
Aiden hanya diam membisu. sekarang pikiran nya sedang penuh dengan tanda tanya. Mata nya menatap fokus ke arah pergelangan tangan gadis di hadapannya. Dia masih bisa melihat bekas luka itu meski terlihat agak samar.
Alodya melanjutkan langkahnya kembali, tanpa peduli dengan Aiden yang diam membisu. Saat sampai di depan taman yang dekat gerbang dia melihat kereta kuda yang telah siap untuk mengantarkan dirinya.
Alodya memasuki kereta kuda tersebut, dia menyiapkan semua nya untuk bertemu dengan pemeran utama.
Permainan baru di mulai!
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Life
FantasyAlana hanya seorang manusia yang sangat benci akan manusia lainnya. Terlalu banyak luka yang ia dapat dari orang-orang sekitarnya. Dia tahu semua manusia egois dan munafik. Akhirnya ia memutuskan untuk bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari tebing...