Clingy

788 90 5
                                    

Jeno menyantap roti panggangnya dalam diam. seperti biasa, dia selalu hidup dengan ketenangan. Berbeda sekali dengan Haechan yang saat ini sedang sibuk menyiapkan buku-buku yang harus ia bawa.

"Kenapa semalem nggak disiapin dulu?" Tegur Johnnyㅡ sang kepala keluarga.

"Echan ketiduran, pa."

"Kamu kebiasaan banget deh, ayo mulai sekarang biasain hidup di siplin kayak Jeno."

Haechan menatap Jeno sebal. Semenjak mereka tinggal serumah, Ayahnya sering menyuruhnya menjadi anak mandiri dan disiplin seperti Jeno.

"Sini mama bantu, kamu udah pakai dasi belum?" Tanya Doyoung menghampiri Haechan.

"Belum ma."

"Mulai besok belajar pakai dasi ya sayang. Kamu udah gede loh, udah SMA." Ucap Doyoung sembari memakaikan dasi untuk Haechan.

"Iya, maaf.."

"Its ok, udah. Buruan sarapan gih."

Jeno tidak jarang mencuri pandang ke arah Haechan.

Manja banget.

Benerin dasi aja nggak bisa?

Dari kecil diajarin main layangan doang kayaknya. Pantes kayak kecap sampe gede.

"Papa berangkat dulu ya, soalnya mau meeting sama divisi marketing. Takutnya jalanan macet."

"Iya, hati-hati ya. Anak-anak biar aku yang nganter."

Johnny tersenyum, mempercayakan segalanya kepada istrinya. Ia segera mengecup kepala sang istri lalu mengusak rambut kedua putranya. Ya, termasuk Jeno.

"Ish! Papa.. kebiasaan deh." Gerutu Haechan merapikan rambutnya.

"Ayo, lanjutin sarapan kalian. Mama siap-siap dulu."

"Bunda." Panggil Jeno.

"Iya sayang?"

"Jeno berangkat dulu."

"Loh, naik apa ke sekolah? Ini bunda anterin kamu sekalian pakai mobil."

"Sepeda."

"Beneran nggak mau dianter?"

Jeno menggeleng sambil tersenyum, "Bunda anterin haechan aja."

Doyoung tersenyum lembut, lalu memeluk dan mencium kening putranya. Entah mengapa dia semakin merasa bersalah ketika melihat sikap Jeno yang seolah mampu hidup tanpa bergantung dengannya. Tapi, kata maaf pun hanya akan membuat Jeno risih mendengarnya.

"Jeno, wait. Gue ikut."

"Eh?"

"Ma, aku bareng Jeno ya. Mama istirahat aja di rumah. Hehe." Haechan mengecup pipi Doyoung lalu keluar bersama Jeno.

"Lo ngapain ngintilin gue?"

"Gue mau naik sepeda."

"Ya udah naik sendiri."

"Gue maunya bonceng."

Idih!

Nguras tenaga gue dong kalau dia bonceng.

"Gamau, ntar gue keringetan."

"Pelit banget sih. Gue bilangin ke mama nih."

"MAㅡ"

Suara Haechan yang melengking terbungkam dengan telapak tangan Jeno.

"Lo! Diem."

Haechan tersenyum, "ayo."

Puzzle Piece | Nohyuck✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang