Genre: Adikodrati, Sci-fi, Advanture, Apokliptik, Comedy.
______________________________________MARS
8.99879 tahun.๑˙❥˙๑ ________________ ๑˙❥˙๑
Kesepakatan adalah perjanjian, dan perjanjian haruslah ditepati.
Carla mengarahkan palunya pada bongkahan batu. Batunya besar dan keras, warnanya sedikit kemerahan. Napasnya memburu dibalik masker oksigen, keringat-keringat mulai menetes dari balik baju pelindungnya.
Bersama dengan yang lain, Carla hanyalah sebagian dari mereka yang takut berada dalam kehancuran.
Justin adalah salah satu orang yang tidak terlalu peduli. Penting baginya hanya bekerja tanpa mengharapkan hal yang tidak pasti. Menurutnya, bukan salah Tuhan jika bumi binasa, selebihnya kita adalah orang yang tampak seperti musuh di dalam selimut. Bumi yang dulu dipijak sekarang seperti menginjak-injak harga diri mantan penghuninya.
Berbeda dengan Carla yang hanya mendapatkan tugas memukul batu hingga hancur, Justin mendapatkan bagian menjujung batu-batu agar dibawa menuju tempat yang disebut pengepulan. Jaraknya lumayan jauh. Di tempat ini, batu-batu dikumpulkan, orang-orang dari drugs akan membawanya dan mengolahnya hingga mereka menemukan sebuah emas. Di tempat inilah beberapa budak beristirahat sejenak.
Kepingan-kepingan emas yang telah selesai, diharapkan mungkin saja untuk tabungan mereka suatu saat kelak.
Sementara misi lain, mereka menyuruh para budak untuk berusaha mencari air dibawah lapisan panas dan membara ini.
"Apakah Tuhan adil?" kata Thomson, salah satu rekannya yang bertubuh besar.
Tato dengan gambaran hewan naga dan ular melekat di lengan kanan dan kirinya. Meskipun terlihat menyeramkan, hari-harinya di Mars hanyalah rasa bersalah. Thomson berharap agar Tuhan menjadi adil.
"Pertanyaan yang kau sudah tahu apa jawabannya," jawab Justin sembari melepaskan pakaian dan juga masker yang sudah sangat kotor itu ke atas meja.
"Kau tidak pernah merasa adil bahkan saat Tuhan memberikan tempat seperti ini kepada kita semua?" tanyanya dengan keheranan.
Mungkin Thomson terlalu depresi atau mungkin saat dia mengingat tentang kehidupan, dirinya hanya teringat akan anak-anak dan istrinya yang mati akibat tak terselamatkan ketika bumi mengalami bencana.
"Mars adalah ciptaan Tuhan. Aku tahu mungkin jawabanku merupakan sedikit konyol, tetapi apa kau tahu? Terkadang mungkin saja, Mars adalah tempat tinggal kita yang baru."
Thomson membuang muka. Dirinya hanya berharap agar tidak tinggal di tempat neraka ini. Apalagi para Drugster selalu menjadi kail dan semua budak selalu menjadi umpannya.
"Kau sama saja, Sobat! Kau bahkan tak pernah merasa bersedih hati karena semua keluargamu tidak ada di sini atau mereka sudah tentram di atas sana," ucapnya. "Tetapi mereka meninggal karena sakit. Kedua anakku dan istriku berteriak dibawah sana dan aku bahkan seperti pecundang tanpa harus bisa menyelamatkan mereka!" Tangannya mengepal dan memukul meja dengan keras.
Justin memegangi pundak Thomson. Laki-laki itu menepuk bahunya yang keras seperti batu. Justin berkata," Kau harus sabar, mereka bukan meninggal karenamu."
๑˙❥˙๑
Justin dipanggil untuk menemui Drugster karena sebuah kecerobohan kecil. Ia lupa untuk mengambil kembali peralatannya yang ia tinggalkan di tempat kerja.
"Ambil!" ucap para Drugster. Para pelayan Drugs itu juga sama cerobohnya, tetapi karena mereka berkuasa, sudah tentu mereka tak akan bersalah. Drugs selalu benar.
Justin mengenakan kembali pakaiannya dan dia hanya melayang sebelum sampai di titik. Pakaian itu cukup membantu walaupun sepatu beralas besinya membantu gravitasi masih tetap dalam kendali.
Ia mengambil keranjang dan juga palu, menatap langit dan langsung tertuju pada planet yang bisa ia lihat dengan mata telanjang. Bumi bewarna kusam dan dengan jelas sekali keadaannya kacau-balau. Walaupun tempat ini kemungkinan besar akan menjadi tempat tinggal baru, jauh di lubuk hatinya, Justin juga menginginkan agar bumi menjadi tempat tinggal yang aman. Tuhan pasti adil.
Jauh sebelum ia dan masyarakat bumi bermigrasi, jajaran tentara Drugster berjejer dengan senjata mereka. Alih-alih mengisi apa yang mereka katakan, mereka menyebut bahwa semua orang yang datang pada saat itu disebut sebagai Beta—Drug.
Kita adalah pejuang, yang bertahan menjunjung tinggi evolusi, Mars merupakan sumber kehidupan dan air yang tersembunyi merupakan impian kita. Akhirnya waktu telah tiba, Mars merupakan tempat di mana kita bekerjasama sebagai pencari keadilan.
Perkataannya pada saat itu, membuat orang-orang menjadi menaruh harapan besar.
Di bawah langit yang selalu gelap gulita, Justin bahkan tidak pernah merasa harus menguntungkan dengan menggunakan prinsip tersebut. Pada hakikatnya, semua orang hanyalah pencari keadilan atas bencana yang terjadi.
๑˙❥˙๑
"Aku bahkan sudah lupa apa rasa dari ayam dan ikan," ucap Carla sembari memakan bubur gandum di atas meja.
Rooth, laki-laki yang bekerja sebagai si penyedia kehidupan yang bisu, hanya tersenyum membenarkan apa kata Carla. Dirinya juga mungkin saja bisa membuat itu jika persediaan di dapur bukanlah bubuk gandum atau roti yang hanya ditaburi dengan garam.
Jari Rooth bergerak membentuk sebuah simbol-simbol, dan Carla yang mengerti, mengangguk otomatis.
"Iya! Aku juga suka dengan pizza!"
Di kantin yang ramai, ruangan ini seperti basecamp. Orang-orang hanya berisi para Beta—Drug yang sedang beristirahat. Tidak ada jam atau waktu di Mars, tetapi kita hanya harus beristirahat saat bel berbunyi.
Laki-laki itu tertawa tanpa suara dan mulai mengambil piring-piring yang kosong. Ketika semua orang sibuk bekerja, para koki di sini akan sibuk untuk membersihkan dapur dan pergi untuk melayani para Drugster yang kelaparan.
Mereka sama lelahnya, itulah yang Carla lihat dari Rooth."Kau laki-laki yang luar biasa, Rooth," katanya sambil tersenyum.
Rooth tersenyum membalasnya. Dia juga menaruh tangan kanannya di dada kirinya sambil membungkuk.
๑˙❥˙๑
Drug mengambil gelas kaca di atas meja. Pemimpin tertinggi di Mars itu menyesap dalam dan terpejam setelahnya. Seolah-olah inilah kehidupan yang lebih baik jika saja kalian berada di neraka.
"Sesuai dengan impian kita, kuakui berada di dalam sini bukanlah hal yang mudah," ucapnya sambil berdiri. Berjalan menuju tempat di mana orang-orang terutama Drugster berkeliling melihat dirinya.
"Oleh karena itu, aku mengalihkan perhatian dan membujuk agar kalian dapat hidup makmur."
Erland pemimpin divisi pertahanan menatap tegas ke arah Drug. Bukan karena ia takut dan harus gila hormat, tetapi kebencian harus terus berbohong, membuatnya berada dalam amarah yang tinggi.
"Bergabunglah, karena setiap saat, Drugs akan memberikan kehidupan. Tuhanmu yang abadi."
Dibalik topeng besinya yang rapat, Drugs berceloteh mengenai masa, mengenai tuhan, dan mengenai kehidupan. Akan tetapi Erland tahu, itu semua hanyalah manipulasi untuk menghancurkan peradaban manusia.
Catatan.
Drugster: para pengabdi Drugs.
Drugs: pemimpin (mutasi antara manusia dan alien)@Cerita_kita
______________________________________
Silahkan kritik dan saran, Kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARS (HELL IN THE GALAXY )
Ficção CientíficaPeganglah pedangmu, kita bertarung sekarang! Bumi sekarang hanya tinggal nama. Cerita-cerita tentang dunia hijau dan penuh udara segar, sekarang hanya menjadi dongeng tidur yang menyedihkan. Justin seorang budak, pekerja paksa yang berada dibawah ju...