Dua puluh empat kali, itu total Hyunjin menghela napas. Dia hanya mengaduk-aduk makanan tak berselera, rasanya dia lemah, letih, lesu, lunglai, macam penderita anemia. Sejatinya, dia Cuma bermasalah dengan otak. Di antara banyaknya yang bisa diwariskan Minho, mengapa dia tak dapat warisan otak pintar sang ayah. Dia jadi kesulitan mendekati sang pujaan hati.
"Ada apa denganmu?" ini acara makan pagi. Hyunjin harus menghabiskan supnya ditambah dengan segelas susu agar Minho dapat pergi bekerja dengan tenang hari ini. Namun, apa yang mau dikata, dia mau bolos lagi melihat gelagat Hyunjin.
"Bukan urusanmu." Hyunjin jadi tumbuh sebagai anak durhaka. Dia kalau sedang dalam masa kesal karena keadaan tak sesuai ekpektasinya, maka Minho pastilah menjadi sasaran. Anak egois. Wajar, dia tak punya orang lain selain sang ayah. "Kenapa kau melahirkanku seperti ini."
"Rhino itu ayahmu, Sam." Seungmin mengoreksi dialog Hyunjin. Minho bukan orang yang melahirkan Hyunjin, itu bukti ilmiah. Hyunjin menatap tajam pada Seungmin, tentu tak suka keluhannya diinterupsi—apalagi dikoreksi. Harga dirinya jadi semakin tercoreng. "Dia tidak bisa melahirkan."
"Aku tahu!" Suara Hyunjin menggelegar. Minho kaget. Seungmin juga. Kalau Seungmin kaget karena Hyunjin berubah jadi anak yang sangat durhaka dan membentak di meja makan, kalau Minho kaget ternyata suara anaknya sudah memberat. Dia jadi riang, ternyata Hyunjin sudah dewasa. Dia merasa sedikit sukses. "Aku tidak pintar seperti Rhino! Aku jadi susah PDKT dengan gebetanku."
Masalah remaja. Beginilah kalau jadi ayah dari remaja puber. Bersyukur, masalah puberti Hyunjin sebatas gagal PDKT dan bersikap seenaknya. Kalau Minho dulu, dia menghamili ibunya Hyunjin. Namun, sampai sekarang wajah ibu Hyunjin masih blur.
"Jadi, alasan kau masuk kelas sains karena gebetanmu?"
Minho yang sedang menyesap kopinya hampir saja menyembur. Dia terbatuk-batuk dengan mata melotot tak percaya menatap Hyunjin yang memasang wajah masam. Seungmin sigap menepuk-nepuk punggung si atasan, jelas pakai tenaga, dia sedang balas dendam atas kerepotan yang diberikan Minho padanya.
"Aku baik-baik saja, Sky." Minho mengaduh sakit setelah mendengar suara plak keras dipunggungnya. "Apa kelas Sains itu terlalu susah?" Tentu saja susah, Minho meringis membayangkan Hyunjin yang lemah dalam menganalisis dan berhitung harus mengikuti kelas itu. Anak itu memang sudah benar berada di kelas seni saja.
Hyunjin mengangguk, dia seolah sedang mengadu pada ayahnya kalau dia mau ganti otak. "Kau masuk kelas itu hanya untuk mendekati orang yang ada di kelas sains?"
Hyunjin mengangguk lagi.
"Lalu untuk apa kau perlu pintar?"
Seungmin tersedak ludahnya sendiri. Kesimpulan macam apa itu?
"Kau kan masuk kelas sains untuk mendekati dia, bukan juara satu." Benar juga, kok tak terpikir di otak Hyunjin. Dia tak perlu pintar, dia Cuma perlu buat Felix jatuh cinta padanya. Cengiran lebar terlihat di wajah Hyunjin.
"Sekarang, habiskan makananmu, untuk PDKT, kau juga butuh energi." Seungmin mengomandoi agar Hyunjin melanjutkan sarapannya. Tentu, pemuda hobi makan itu langsung menyuap sup ke dalam mulutnya.
============================================================
Remaja tinggi dengan rambut pirang itu melangkah ceria memasuki gedung sekolahnya. Senyumnya bertengger indah, dan tak lupa membungkuk sopan pada yang lewat. Yang dia dengar, membungkuk itu tanda sapaan—sama seperti jabat tangan di Amerika—dia hanya mencoba beradaptasi.
Tatapan kagum kaum hawa tak terlalu menjadi atensi, dia tak sabar lewat dari ruang guru dan menemukan Felix di sana. Namun, baru sampai depan pintu dia sudah dipanggil Mr. Killa—begitu Han Jisung menyebutnya saat mereka berkeliling dan Jisung memperkenalkan semua bagian detail sekolah mereka—dia guru paling garang di antara guru laki-laki. Asli Korea, tapi nama panggilannya sangat kebaratan. Jelas, karena guru itu selalu bermasalah dengan siswa asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Professor! [END]
FanfictionFelix seorang guru di sekolah menengah atas yang menjadi objek pengejaran seorang siswa sinting. Hwang HyunJin tak pernah sekalipun mencetak prestasi penting memutuskan mengambil kelas science demi mengejar lelaki idamannya. ⚠️ BxB Felix lebih tua