13. Stranger

894 113 48
                                    

Ialah Hyunjin dengan senyum sumringah melambai dari jendela ruang guru pada sang kekasih—rahasia—membuat si Professor salah tingkah. Dia melihat ke kiri ke kanan, tersenyum kecil sebelum fokus kembali pada tumpukan tugasnya. Dia malu sekali kalau berhadapan pada pacarnya yang kelewat semangat.

Hubungan mereka harmonis, walau Felix harus sabar-sabar dengan tingkah ajaib Hyunjin yang suka meletakkan susu pisang di mejanya dan bertingkah seperti murid teladan agar bisa sering ke ruang guru.

Hyunjin menunjuk susu pisang yang baru diletakkannya di meja Felix, tak lupa sebuah note kecil. "You are my sunshine." Ringan sekali jarinya menulis dengan tulisan jelek. Untung Felix terlatih untuk baca tulisan jelek berbagai jenis. Namun, bukannya protes, Felix tersenyum cerah.

"Dari siswa?" Aduh! Felix memucat mendengar pertanyaan Suzy yang melirik note di jemari Felix. "Gadis-gadis itu memang dalam masa puber, tapi sisi baiknya kalau mereka suka gurunya, mereka akan rajin ke sekolah. Aku cukup pusing dengan yang suka absen. Terima kasih karena punya wajah tampan, Sir Felix."

Felix senyum canggung. Sialnya, yang ngasih bukan gadis, tapi siswa dengan kasus paling banyak di sekolah. "Hyunjin banyak berubah belakangan, aku bersyukur juga dia dekat dengan Jisung. Dua bermasalah lainnya juga jarang menemuiku." Trio langganan—Hyunjin, Changbin, Jeongin—sedang mengalami siraman kebaikan dari malaikat Jisung. Suzy bahagia.

"Namun, aku agak malu, karena tidak mengetahui Jisung mengalami kesulitan sebesar itu. Hyunjin benar-benar anak baik."

Kalau bagian ini Felix jadi bangga. Dia tahu kekasihnya itu punya hati baik luar biasa walau luarnya mirip bajingan tengil. "Kudengar-dengar di sekolah ini, mereka berpacaran." Wajah Felix berubah masam. "Aku bukan tipe homophobic!" Suzy menggoyangkan tangannya ribut.

"Aku bersyukur bahwa hubungan romantic bisa membuat mereka menjadi lebih baik dan saling melindungi. Hyunjin yang terlalu powerful dan Jisung yang terlalu rendah diri. Mereka pasti bisa saling menutupi."

Tidak. Pacarnya Hyunjin itu Felix.

"Aku jadi teringat Hyunjin selalu suka mengganggumu. Syukurlah, sekarang sudah berkurang. Mungkin, Jisung melarangnya."

Felix jadi sakit hati.

====================

Pukul enam kurang seperempat sore, Felix sedang menunggu jemputannya. Bukan Hyunjin, remaja itu sudah sedari bel pulang berbunyi ngacir bersama Jisung ke kafe tempat part time mereka. Sebuah rutinitas, keduanya hanya off di hari Sabtu dan Minggu. Mobil sedan hitam berhenti di depan Felix.

Felix membuka pintu, menemukan Seungmin yang tersenyum tampan dengan rambut klimis. Penampilannya lebih keren dari biasanya. "Kau sedikit berbeda."

"Aku kan mau berkencan denganmu."

Felix tertawa. "Lebih baik kau jangan tertawa, suara beratmu buat menciut." Felix tertawa lebih keras. "Aku dari menemui klien, dia wanita, suka laki-laki tampan. Jadi, yah..." Bagian ini Felix paham.

Seungmin melajukan mobilnya. Keduanya berjanji hari ini untuk mengunjungi kafe Hyunjin bekerja. Terakhir kali, saat Hyunjin mengatakan bahwa dia bekerja, Seungmin terkejut. Namun, saat tahu alasannya dia hampir meneteskan air mata. Sah! Seungmin merasa Felix memberikan pengaruh paling baik di antara semua mantan kekasih Hyunjin. Felix adalah favorit yang direstui Seungmin—dan Jihyo. Pasangan asisten-sekretaris itu mendadak tak mendapatkan permintaan aneh sejak Hyunjin berpacaran dengan Felix.

Perjalanan sekitar lima belas menit dari sekolah, Seungmin bisa menemukan motor sport Hyunjin di parkiran kafe. "Bisa-bisanya mereka menerima pegawai yang kenderaannya semahal itu." Seungmin tak habis pikir. Kalau dia jadi pemilik toko, dia ogah sekali menerima anak orang kaya tersesat yang cari uang tambahan padahal bisa jual motor.

Hello, Professor! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang