.
.
.
Carena bergeser mencari tempat nyaman dan kembali menutup matanya.Sudah hampir pukul dua dini hari,ia masih belum juga tidur.
Niat hati untuk beristirahat tapi apa daya, selalu ada pikiran-pikiran menghantui yang membuatnya beroverthinking ria.
Lagi, Carena lagi-lagi memikirkan hal yang seharusnya terjadi jika sang Ayah tidak menikah untuk yang kedua kalinya.
Mungkin hidupnya akan lebih baik dari ini.
Ah,atau mungkin berkali-kali lebih baik.Ingatannya kembali pada malam itu.Saat umurnya menginjak usia delapan tahun.Yang ia lihat hanyalah sang ibu yang terus menangis setelah rumah mereka didatangi seorang wanita berperut buncit.
Dan yang terjadi setelahnya adalah hilangnya seluruh kebahagiaan Caren.Ia tidak lagi mendapatkan perhatian dari sang ayah, ataupun dukungan sang ibu.
Ibunya benar-benar terpuruk.Untung saja kandungannya baik-baik keadaannya begitu kacau, padahal Carena juga sama kacaunya.Ibu yang seharusnya memberikan semangat itu malah bertolak belakang.
Tidak ada yang perduli dengannya.Baik ayah maupun ibu,yang ia rasakan hanya kosong dan hampa.
Menangis adalah satu-satunya cara yang dapat membuatnya tenang,setidaknya pada saat itu.
🌑
"Enak banget yaa jadi kak Caren, selalu dapet barang-barang baru"
Caren tersenyum kecut pada Jia,adik tirinya yang berusia tujuh tahun.Hari itu Jia berkunjung ke rumah.
"Enak banget yaa lu, dinafkahin ayah gue tanpa harus ngerasain susahnya dulu"
Ingin rasanya Carena menimpanya seperti itu,tapi ia selalu ingat kata-kata ibunya "Yang salah bukan mereka,mereka gak punya salah apa-apa sama kita.Gak pantes kalau kita ngebenci anak-anaknya.""Itu kan Ayah beli karna hp kakak rusak kalian mainin game mulu huuuu"
Tak ingin pembicaraan ini berlanjut,Carena melangkah kaki menuju kamar.Baru saja ingin merebahkan tubuhnya di kasur, Ibunya tiba-tiba masuk ke dalam kamar."Kak,Jia mau pulang anterin gih, ayah lagi ada urusan"
Carena menghela nafasnya.Baru saja Carena ingin beristirahat sejenak setelah seharian ia di kampus, sudah ada tugas tambahan untuk mengantar Jia pulang.Bukannya apa,ia terlalu lelah untuk terlihat baik-baik saja di depan Mama yang tidak lain adalah ibu kandung Jia.
Dan disinilah ia berada.Di halaman rumah yang dibeli dengan uang hasil keringat Ayahnya.
Ah,kedua ibunya tinggal di rumah yang terpisah dan keduanya dibeli dengan jerih payah sang Ayah.Tempatnya tidak terlalu berjauhan agar memudahkan sang Ayah ketika salah satunya dalam keadaan genting.
"Mampir dulu kak?"
Caren menggeleng."gak dulu deh,kakak mau bantu ibu beres-beres rumah dulu."Carena memutarkan motornya, menancap gas menikmati perjalanan menuju rumah.Tugas rumah sudah menunggunya.
Selalu ada alasan untuk Caren menolak memasuki kediaman ibu tirinya.
Ia sangat benci rumah itu, rumah yang dibangun dengan tangisannya.
Menjadi parasit mungkin menyenangkan untuk sebagian orang,yah sama seperti ibu tirinya itu yang tiba-tiba saja datang saat keadaan ekonomi keluarganya mulai membaik..
.
.
Tolong dukung cerita ku
Jangan lupa vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we be happy?
Fanfiction"Kalau ada masalah tu cerita, bukannya malah nyayat tangan lu sendiri"Yogi menutup kembali lengan wanita itu dengan sweater yang ia kenakan "Percuma gue cerita,lu gak bakalan ngerti"Lagi Carena menepis lengan sahabatnya itu. "Sebagai sesama anak bro...