Juan kali ini gak berhenti senyum, dari awal bangun. Sekarang dia lagi pakai seragam sekolahnya sambil sesekali cek hape apakah chat yang dia tunggu udah masuk atau belum.
Ting!
Kancing baju masih setengah, tapi dia lebih dulu nyambar hapenya yang masih di cas dan bales chat yang udah bikin senyum dari awal matahari terbit.
Kak Julio
Udah sarapan belum lo?Juan
Belum sih heheh males sarapan gue kak ntar mulesssKak Julio
Katanya mau ngelatih anggota baru? Harus sarapan laaahJuan
Bentaran yaa disekolah aja gue gada sarapan dirumahhKak Julio
Gue jemput yokkk sekalian nyari makannnJuan
Sekarang kan kamisss, ada kelas pagi kan lo KakKak Julio
Hafal banget matkul gue ya lo hahahaha
Dosennya gak masuk sih anaknya lagi wisudaa jadi gabut nih gueeeJuan
Yah datengnya ke gue pas gabut doangKak Julio
Elah bocaaah
Siap2 ya gue udah otw nihJuan
Siap! Takecare kak!
Sudah berapa lama ya? Sudah terhitung kurang lebih berjalan hampir 3 minggu Julio dan Juan rajin bertukar pesan seperti tadi. Rasanya kayak jadi rutinitas. Semua bermula dari dibawa ke rumah Julio dan dianter pulang, dari situ Juan mencoba chat duluan dengan basa-basi, "Udah sampe, Kak? Makasih ya udah nganterrr."Juan kira bakalan dibales simple dengan sama-sama aja, tapi ternyata Julio built the conversation and Juan surprisingly replied the chat and he feels so excited after that.
Juan kali ini berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dan pakaiannya sekali lagi sebelum turun memakai sepatu. Dia sadar diri kok he feels different with Julio. Dirinya sadar betul bahwa perasannya valid, he knows him self than anyone else dan mau tidak mau ia harus mengungkapkan perasaannya ini agar merasa lega.
Tapi apakah ia mampu? Ia pikir tidak... Ia terlalu takut.
Tin! Tin!
Suara klakson mobil udah kedengeran, itu tandanya Julio udah tiba. Bener aja, hapenya pun ikut berdering, "Bentar ya kak, pake sepatu nih!" Teriak Juan dari atas balkon kamarnya.
Julio yang berdiri didepan rumah Juan tertawa dan mengacungkan jempolnya, "Ada-ada aja bocah." Celetuknya.
Pemilik rumah keluar dengan senyum yang terpatri di wajah mungilnya, Ia mengunci gerbang dan menepuk pundak Julio, "Let's go!"
Gantian Julio mengacak poni tipis yang Juan punya, lalu mereka siap cari sarapan sebelum mengantar si anak SMA ke sekolah.
—
"Julio mau kemana?" Tanya seorang cewek yang jadi primadona jurusan Julio, Isa namanya. Mirip kucing.
"Meong dulu baru dijawab." Celetuk Julio membuat Isa memukul lengannya keras, "I don't meowing except for my girlfriend."
Julio terkekeh pelan, "Lo ngapain disini?"
"Abis kelas sih gue, sekarang nungguin Satria katanya mau kantin bareng." Jawab Isa.
Julio cuma "Oooooh." doang tanpa bertanya lebih lanjut. Tak lama Satria datang dan duduk di depan Isa dan Julio yang sibuk sama urusan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Around
Short StoryMereka bisa gak peduli satu sama lain, mereka bisa terus jalan tanpa berhenti untuk menunggu yang lain, mereka bisa untuk melanjutkan hidup mereka tanpa kehadiran masing-masing, tapi mereka lebih memilih untuk peduli dan jalan bersama. a jaywon sho...