Siang hari ini terik, udah bungkus es teh keempat yang Juan buang ke tong sampah. "Kusut banget muka." Ejek Sena. Juan menatapnya sinis, "Lo tau gak. Gue coba built conversation bareng Kak Julio, tapi malah canggung anjir. He's exactly avoiding me. And it shows."
Sena ngabisin jasjusnya yang tinggal dikit sebelum ngomong, "Of course he did, Juan? Lo abis confess ke orang yang nolak lo, please deh. Mending daripada chat langsung aksi aja dah lo, katanya mau pdkt."
"Nah itu, gue gak tau mau mulai darimana. Gue kan ngechat sekalian nyari ide, Sen. Ini dia bales gue sesempetnya dia aja, ya gue gak tau lah." Jelas Juan panjang lebar.
Sena menghela nafas, "Hadeeeh, makanya gue bilang langsung ketemu orangnya aja lu ajak ngomong kek apa kek. Gak usah chat-chat yang ada makin gak kekejar tuh si ganteng."
"Gue udah mikir dari awal kayak gitu kali, Sen. Tapi lo tau consent gak sih, dia tuh udah nolak gue. Ntar gue gegabah yang ada dia makin risih. Elu mah!" Juan merengut, berdiri dan berjalan meninggalkan kantin berhubung bel pun sudah berbunyi.
Sena mengikuti, "I know Juan lo sangat mementingkan hal kayak gitu, tapi kan kalo ketemu lo bisa minta maaf atau apa kek? Kalo gini-gini aja yang ada gak ada kemajuan lo nya elah."
"Coba aja kali ya?" Juan menimang pernyataan Sena, layak dicoba walau akhirnya tak sesuai pun tak apa.
Sena mengangguk, namun Juan berhenti dan meraih lengannya, "One more thing, lo masih pdkt sama Kak Satria kan? Tolong tanyain dia udah pacaran sama cewek itu apa belum..."
"Kenapa bukan lo yang nanya?"
Juan menggeleng, "Gue udah nanya, tapi dia selalu just read doang."
"Berarti belum, Ju. Dengan dia gak mau jawab either gak mau buat lo sakit hati atau ngasih lo akses buat pdkt ke dia, kan?"
"Well... Just ask his friend please? If he's already in relationship then you know... I know what boundaries is, Sen."
"Okay." Ucap Sena final sebelum mereka duduk kembali ke bangku bertepatan pelajaran selanjutnya dimulai.
—
"Julio masih single." Ketus Sena.
BEST DAY EVER!
Itu tulisan crewneck yang Juan pakai hari ini. Sekolah udah selesai, dia berniat nyamperin Julio yang ternyata masih dikampus rapat (info ordal alias Satria).
Pintu cafe berdenting, Juan masuk dengan senyum terpatri, menyapa barista. Ia memesan dan menunggu namanya dipanggil, sambil sesekali membalas chat dari Sena.
"Atas nama Kak Juan!" Panggilan itu ia datangi, "Chicken sandwich 2, red velvet cake 3, vanilla latte 3, dan air mineralnya 1 ya, Kak?" Juan mengangguk, mengambil pesanannya dan mulai berkendara menuju kampus yang dituju.
Jam menunjukkan pukul 16.00 namun namanya Universitas, malah tambah ramai. Untung Juan pakai crewneck, walau celana abu-abunya masih keliatan. Ia mencari kontak Satria untuk ditelpon, tapi pundaknya ditepuk pelan, ia berbalik dan mendapatkan fisik yang mana jadi alasannya mampir.
"Juan? Ngapain? Kok gak ngabarin mau kesini?" Tanya Julio bertubi-tubi, sambil memegang map. Juan nyengir, pipinya menunjukkan semburat merah, "Nyamperin Kakak!"
"Ikut sini." Julio menuntun jalan, ternyata Juan diajak ke Himpunan. "Gapapa kah, Kak?" Tanya Juan, Julio mengangguk, "Gapapa, udah selesai kok rapatnya daripada di parkiran."
"WADUH SIAPA NIIIIHHHHHH???" Teriak heboh Satria, Jake disampingnya cekikikan. Isa menoleh, "Eh temennya cewek gue tuh! Sini meng duduk!"
"Ribut dah lu pada." Adu Julio lalu duduk disamping perempuan yang Juan baru pertama kali lihat rupanya.
Juan menyapa teman-teman Julio, duduk disamping Isa setelah menaruh paper bag yang ia bawa, "Bawa apa mengggg?" Tanya Isa ramah, yang ditanya membuka paper bag dan mengeluarkan sandwich, vanilla latte juga air mineral yang lurus diberikan kedepan Julio.
Yang diberi menukikkan alis heran, jelas wajahnya tak bisa dibilang ramah, tapi Juan tetap pada pendiriannya. "Kak Julio biasanya gak sarapan atau lunch. Seingatku kakak selalu makan sore gini, jadi aku bawain ini in case, kakak belum makan hehe."
Keempat orang lainnya menahan senyum, perempuan disamping Julio terlihat ingin membuka suara, tapi Juan berdiri menarik perhatian, "Aku kesini cuma mau bawain itu aja kok, Kak Julio kalo abis ini mau ditemenin nugas atau apapun bilang aja. Kalo sungkan, ntar sampe rumah aku chat ya. Aku mau balik dulu!"
Jake menahan lengannya, "Ntar dianter Julio, Meng." Meng. Panggilan teman-teman Julio untuknya, karena rupanya bak kucing. Kata mereka cocok, lucu.
"Gak usah kak, gue bawa motor kok! Balik ya!"
"Hati-hati menggg!"
Sepergian Juan, meja tersebut ribut bak mendapat lotre. Isa cekikian, Hesa ketawa, Satria dan Jake yang terus mengejek,
"ADEK SIAPA TUH PERHATIAN BANGEEEET?"
"KIWWWWW MENG LUCU BGT GUE YANG PACARIN AJA GAK SIHHHH!"
"GAK BISA KAKAK, MENGNYA UDAH DEMEN SAMA ORANG TOLOL WKAKWKAKAKKWKA."
Julio mendengus, "Anjing lu pada!"
"Lah lu kenapa dah? Emang lo ngerasa? HAHAHAHAHAHAHAHAHA." Telak Satria lalu terbahak bersama Jake.
Perempuan yang daritadi hanya diam akhirnya menoleh kearah Julio meminta penjelasan, "Cuma temen kok, Nin. I swear dia udah kayak adek aku."
Nin, atau yang akrab dipanggil Nindya mengacuhkan pundaknya acuh tak acuh, "Akrab banget ya pake aku-kamu. Pas Jake dia gue-lo kok. But, well... if you say so."
Iya... Juan pake aku-kamu, it's not usual but it's so cute tho...
Julio menghela nafas, ada Satria yang mendengarnya mencibir sambil memakan cake yang dibawa Juan,
"Makan itu yang dibawa Juan, dia masih SMA udah beliin lu sebanyak ini buat apa coba? Karena dia peduli sama lo, anjenggggg!" Julio menatapnya sinis pun memakan yang diberi Juan, sementara Jake hanya cekikikan memikirkan bahwa ternyata Julio emang sebodoh itu ya.
—
pendek bgt sorry, for anyone waiting for this short story im soooo sorry i have to read it all again cuz i totally forgot the plot, what a clown🤡 hope you guys like this part, I'll be back for everyone who's waiting juan & julio. 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Around
KurzgeschichtenMereka bisa gak peduli satu sama lain, mereka bisa terus jalan tanpa berhenti untuk menunggu yang lain, mereka bisa untuk melanjutkan hidup mereka tanpa kehadiran masing-masing, tapi mereka lebih memilih untuk peduli dan jalan bersama. a jaywon sho...