05 : Menghargai waktu 1

722 74 17
                                    

Halo para reader ku tercinta~~

Ada yang rindu dengan cerita author??~~

Mohon komen sama vote nya biar author selalu semangat menulis~~

Peringatan banyak bahasa campur, typo atau kesalahan kata di mana-mana ~~

Silahkan membaca aku harap kalian suka~~ 😚😚😚💕💕
.
.
.
.
.
Di rumah sakit~~

Entah sudah berapa lama Taufan tertidur saat ia membuka matanya ia di sambut dengan langit kamar berwarna putih bau aroma obat-obatan dan antiseptik yang sangat jelas di hidung nya.

" Ukh..... Pusing." Gumam Taufan pelan sambil meraih kepalanya yang terdapat perban.

Melihat diri nya diruangan serba putih dan tangan nya yang sudah di pasang infus membuat Taufan menarik nafas berat.

" Fiks..... Sudah ketahuan nih!!.... Dengan kehebohan yang aku buat di rumah pasti sudah ketahuan oleh semua nya!!." Gerutu Taufan pelan sambil menutup matanya dengan sebelah tangan nya yang tidak terpasang infus.

Taufan lalu melirik ruangan nya yang sepi tanpa kehadiran saudara-saudara nya, ia mencoba bangun dan langsung bernafas lega saat melihat kaki dan tubuh nya sudah dapat di gerakan lagi meskipun lemah.

Setelah mencari posisi duduk yang nyaman Taufan perlahan menatap jendela yang memperlihatkan langit biru yang cerah.

" Hm??... Sudah pagi??... Berarti aku sudah seharian tidak sadarkan diri." Gumam Taufan lirih saat melihat cahaya matahari yang sudah menyinari alam di sekitar nya, ia ingat sebelum saat pulang dengan kakak nya waktu itu langit masih sore.

Tak lama kemudian Taufan mendengar suara pintu terbuka membuat nya refleks menoleh dan mendapati sosok adik nya yang super duper pemalas berdiri di ambang pintu dengan masih memakai seragam sekolah.

" Oh??.... Selamat pagi Ice~~ baru pulang sekolah apa bolos nih??~~" sapa Taufan dengan senyum cerah melihat keberadaan Ice di ambang pintu.

Setelah melihat kakak nya yang sudah sadar tanpa menjawab sapaan kakak nya sama sekali, ice langsung menghampiri ranjang Taufan dan duduk di kursi dekat ranjang nya.

Taufan yang melihat adik nya yang duduk tanpa niatan membuka suara membuat Taufan canggung, karena ia tauh kebiasaan adik nya yang satu ini tidak akan membuka suara sama sekali saat sedang marah.

" Ice.... Kau marah sama aku ya??" Tanya Taufan pelan tapi sang pemilik nama tidak menyahut sama sekali.

"...."

Taufan yang melihat itu hanya bisa menghela nafas pelan, ia tidak bisa berbuat apa-apa saat objek amarah ice adalah diri nya sendiri.

" Hebat sekali ya kak...." Kata ice dingin menatap Taufan datar membuat Taufan yang mendengar nya hanya bisa tersenyum tidak tauh harus bersikap apa.

" Kenapa kak Taufan tidak jadi aktor saja??...." Lanjut Ice sambil tersenyum sarkas menatap kakak nya yang masih terdiam.

"Selama 8 tahun...... 8 tahun kakak menyembunyikan nya kepada kami..... Bagi kak Taufan kami ini orang asing ya?? Sampai-sampai rahasia sebesar itu kakak sembunyikan kepada kami"

"Hebat sekali bagaimana kak Taufan ber akting dan mencari alasan semudah itu sehingga kami tidak menyadarinya....."

" Hebat sekali kak..... Seharusnya kak Taufan mendapat penghargaan karena menjadi aktor terbaik!!!"

Bentak ice kesal menatap kakak kedua nya penuh amarah dan kedua mata nya terdapat genangan air mata yang siap turun kapan saja.

Taufan yang melihat itu membeku, dari segala hal Taufan paling benci melihat saudara-saudara menangis,Ia tidak sanggup melihat air mata jatuh dari kelopak mata adik-adik nya.

Don't leave USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang