Infus

1.1K 154 22
                                    

Taeyoung dan Doyoung sudah sampai di sekolah. Kedua sahabat itu sengaja dapat lebih lambat dari biasanya karena tak mau menjadi pusat perhatian.

Bayangkan saja, Taeyoung adalah siswa tampan keturunan keluarga kaya raya, pintar, juga teladan. Dan Doyoung yang meskipun berasal dari keluarga sederhana, paras manis juga kecerdasannya yang bahkan melebihi Taeyoung, menjadikan shipper mereka bertebaran di seluruh penjuru sekolah.

"Hahaha anjir Doy lu liat mami gue tadi? "Dobby jadi anak mami aja ya? Jadi adeknya Taeyoung". Padahal yang pantes tuh, lu jadi ayang gua" ujar Taeyoung yang menirukan cara bicara sang ibu, serta sedikit niat untuk menggoda sahabat kelincinya.

Doyoung memukul pelan tangan Taeyoung. Tentu saja tidak terasa apa-apa, justru bagi Taeyoung itu tadi terasa seperti pukulan dari seorang bayi.

"A—apasih lo?! Jangan ngaco!!" kesal Doyoung.

"Hahahaha yahh ngambek si ayang" goda Taeyoung lagi.

Pipi Doyoung memanas. Iya jelas tau apa arti pipi yang memanas, detak jantung yang tak biasa ini. Tapi tidak mungkin. Doyoung menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menyangkal perasaan aneh apa yang tiba-tiba merasukinya.

"Doy? Lu okay?" tanya Taeyoung yang sudah selesai dengan sesi tertawanya.

Doyoung menganguk pelan.

"Gapapa. Gue cuma ngerasa, dari tadi kita diawasin. Tapi, kayaknya itu cuma perasaan gue aja deh hehe"

Memang. Sedari tadi Doyoung merasa seperti mereka sedang diamati oleh seseorang. Mengingat koridor yang sepi karena semua murid sudah masuk kelas. Bel sepertinya sebentar lagi akan berbunyi.

"Yaiyalah..... Lu kan abis sakit, pasti halu. Ngerasa ada yang ngawasin kita lah. Kan kata gue, kalo gak kuat gak usah sekolah dulu" oceh Taeyoung.

"Ish apaan sih Youngtae? Udah ah, tu kelas lo ini kelas gue. Dah, bye makasih udah nganterin sampe depan kelas" Doyoung mengembangkan senyum manisnya.

"Anjir!! Tau kalo gedenya si Doyoung manis kayak gini, dah gua embat dari orok biar gedenya bisa selalu jadi punya gua wahahaha" batin seorang Kim Taeyoung.

"Iya, sama-sama. Ntar istirahat ke kantin ya? Gua samper lu"

Doyoung mengangguk ragu.

Setelahnya ia memasuki kelasnya, dan Taeyoung berjalan menjauh menuju kelas pemuda itu sendiri.




































"Eh Dobby? Tumben siang?" tanya salah satu sahabat Doyoung, Ahn Seongmin.

"Hehe gapapa Min, lagi pengen aja hehe" kekeh Doyoung.

"Lo tadi bareng Taeyoung?"

"Eh? Iya Min"

Doyoung langsung mendudukkan dirinya di kursinya, samping Seongmin.

"Dob?" panggil Seongmin pelan.

"Iya?" Doyoung menoleh ke arah Seongmin.

"Gue ada rasa sama Taeyoung. Eum, lo mau kan bantuin gue buat deket sama Taeyoung?" cicit Seongmin pelan.

Doyoung membatu. Bukannya ia tidak bisa. Ia masih tidak mengerti dengan perasaannya kepada Taeyoung, apalagi pemuda Kim satu itu secara terang-terangan sudah mengungkapkan perasaannya pada Doyoung namun Doyoung menolaknya karena ia sudah memiliki kekasih. Ia hanya tak ingin, membantu Seongmin namun ujung-ujungnya Seongmin harus sakit hati.

Melihat Seongmin yang menatapnya penuh harap, terpaksa Doyoung menganggukkan kepalanya.

"Iya Min. G—gue bakal bantu lo kok, hehe"

Breakup • HaruBby-HaruYoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang