Syafiq tengah berada di tempat favorit nya, apalagi kalau bukan bangku kerja nya. Namun, kali ini pikirannya bukan tentang pekerjaan melainkan melayang ke kejadian beberapa hari lalu, saat nama panggilan nya untuk Ghina lolos dari mulut istri nya.
Syafiq bukan pria bodoh, ia jelas tau niat Ghina saat ini adalah Merayu nya, namun kejadian itu membuatnya sedikit khawatir, Jelas Ghina tau bahwa Syafiq memiliki istri di rumahnya, lalu untuk apa dia menggunakan panggilan sayang dari Syafiq yang mereka pakai (saat masih berpacaran) ? Jelas jelas ia tahu yang mengangkat adalah istri nya. Maka dari itu, Syafiq berencana akan menegaskan kepada Ghina bahwa dia tidak tertarik untuk berhubungan dengan nya lagi. Syafiq tidak mencintai Adra, namun bagi nya Adra cukup. Atau sebenarnya ia tidak ingin disakiti Ghina untuk yang kedua kalinya
....
Panasnya matahari tidak menghalangi Adra untuk merawat tumbuhan kesayangan nya yang berada di teras rumah, ia lengkap dengan perlengkapan berkebunnya mulai dari topi, sarung tangan, sepatu boots, dan juga Gunting di tangannya , ia sibuk merapikan tanaman tanamannya dari rumput liar yang tidak sengaja tumbuh.
Adra tidak pernah merasa bahwa perkerjaan rumah adalah hal yang begitu melelahkan, karena baginya sudah semestinya ia melakukan hal itu, malah semua pekerjaan rumah ia lakukan dengan sepenuh hati. ia sudah terbiasa bekerja keras, maka dari itu tinggal di rumah yang lumayan mewah dan hidup serba berkecukupan ini sebuah anugerah baginya, dan tuhan memberikan itu lewat Syafiq, suaminya yang sangat ia cintai, pria yang ia temui pertama kali saat ia sedang bekerja di restoran kala itu...
Flashback Syafiq dan Adra sebelum menikah
Adra hidup sendirian.
Ayah ibu nya meninggal saat dia umur 13 tahun karena sebuah insiden, ia tinggal dengan paman dan bibi nya sampai 18 tahun, lalu memutuskan untuk tinggal sendiri karena merasa rumah paman nya sudah dipenuhi oleh ponakan ponakannya alias cucu dari paman dan bibi nya dan mereka tidur di kamar Adra, rasanya Adra tidak tahu diri jika masih menumpang di rumah itu padahal banyak anak anak yang mengeluh karena kasur yang sempit.Adra menge-kos sembari bekerja saat lulus SMA, walaupun wali nya saat masih sekolah adalah bibi dan paman nya, namun Adra sudah terbiasa melakukan apapun sendiri, bahkan Adra tidak banyak memiliki teman karena selalu merasa ia tidak diinginkan. Adra bukan anak yang bisa mencairkan suasana atau asik diajak berbicara, ia cenderung pendiam dan menghindari keterlibatan dengan siapapun di sekolah, ia tidak ingin terkena masalah atau apapun itu jika berteman atau bermusuhan dengan siapapun. Adra hanya lah anak biasa yang tidak begitu penting keberadaannya di sekolah. Ia memiliki paras yang cantik, namun cewek yang digandrungi di Sekolahnya berpenampilan jauh lebih trendi dan modis dibandingkan dirinya yang tidak menarik.
Adra anak yang rajin dan lumayan pintar dalam akademik , namun ia tau betul bahwa ia tidak bisa kuliah, kepintaran nya juga tidak mampu untuk mendapatkan beasiswa full, jadi dia lebih memilihi memulai bekerja duluan dibanding teman se angkatan nya yang memulai kehidupan baru dengan berkuliah.
Karena hanya lulusan SMA, Adra hanya melakukan pekerjaan kasar, bukan pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan. Adra melamar di banyak tempat, ia mengambil banyak part time, mulai dari bekerja di restoran, di minimarket dan juga di sebuah cafe.
Adra hanya berencana untuk mengumpulkan uang yang banyak, dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Belum pernah terfikirkan untuk menikah, apalagi memiliki keturunan. tentang percintaan, Adra belum pernah pacaran, Adra pernah menyukai seseorang, namun ia merasa pria itu tidak akan mencintai nya, jadi ia cukupkan saja dan belum pernah lagi mencintai seseorang.
Tentang kegemaran, Adra kecil terampil dan suka menggambar, namun aktivitas itu akhirnya sudah ia hentikan setelah ia sudah bisa membatu bibi nya melakukan pekerjaan rumah dan juga membantu bibi nya berjualan, waktunya hanya dihabiskan untuk membantu bibi nya dan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The "desperate love"
RomanceNamanya Adra, perempuan manis yang mencintai teman hidupnya sepenuh jiwa, selalu merasa bersyukur bahkan sangat bahagia hanya dengan melihat suaminya duduk sambil menikmati secangkir kopi buatannya, walau ia tahu pria yang sedang ia pandang itu hati...