Bagian 3: Pertengkaran

1.5K 182 8
                                    


Disinilah Langit dan Rajandra berakhir, ruang BK.

"Siapa yang mulai?" tanya guru BK ber-name tag Mahardika, tegas.

"Langit, pak!"

"Raja, pak!"

Dua anak remaja itu menjawab berbarengan, saling menyalahkan satu sama lain. Langit menyalahkan Rajandra, begitupun sebaliknya.

"Yang jelas, siapa?! Bapak mau kalian jujur!" tanya Dika sekali lagi, namun mereka malah menunjuk pada satu sama lain, membuat guru muda itu geram.

"Langit, pak. Bapak gak lihat muka saya bonyok gini dihajar dia? Sementara dia mukanya masih mukus kaya pantat bayi?" sungut Rajandra, membela diri.

Langit yang tidak terima disalahkan membela diri, "dia yang duluan mancing saya pak."

Dika menghela nafas berat, raut wajahnya sudah lelah karena menghadapi dua murid yang selalu terlibat masalah di depannya. Bukan sekali dua kali hal ini terjadi, sudah sering. namun baru kali ini ia melihat Langit melawan sampai membuat Rajandra babak belur.

Yang lebih mengherankan adalah, Rajandra sama sekali tidak melawan dan memukul balik Langit, ini patut dipertanyakan mengingat Dika sangat mengenal anak itu yang tidak biasa menerima kekalahan.

Mendatangkan saksi juga percuma, karena siswa yang mengetahui kejadian sebenarnya adalah orang terdekat mereka, teman-teman Rajandra dan adik Langit sendiri yang sudah pasti masing-masing akan memihak.

Dika mengurut pelipisnya, pusing dengan kelakuan murid-murid ini yang tidak ada habisnya bertengkar.

"Kalau gitu bapak ubah pertanyaannya, kenapa kalian bertengkar?"

"Kami gak bertengkar pak, Langit tiba-tiba nonjok saya tanpa alasan!" Rajandra duluan memberi jawaban, mencoba mengkambing hitamkan Langit.

"Bohong, dia duluan berusaha menyerang adik saya pak, makanya saya balas," bantah Langit.

Dika mengangguk mengerti, mereka bersikeras artinya tidak akan ada yang mengalah. tetapi Dika sebagai seorang guru mempunyai sudut pandang sendiri, menurutnya Langit tidak mungkin menyerang tanpa alasan, dan untuk Rajandra, Dika sangat tahu bagaimana perangai anak ini. Kemungkinannya adalah Rajandra memang memprovokasi Langit, sengaja membuat anak itu agar menghajarnya untuk membuat Langit terkena masalah.

Namun, tentu saja Dika tidak bisa begitu saja menghakimi tanpa bukti, dan ia harus mencarinya.

"Baiklah, karena kalian bersikeras bapak akan cari kebenarannya sendiri, " putus Dika.

"Ngomong-ngomong kalian tau kan ada cctv di kantin sekolah?" selorohnya.

Matanya menatap menyelidik pada dua murid itu, menanti reaksi mereka atas perkataannya. Langit menggeleng namun tampak lega, sedangkan Rajandra ekspresinya tidak terbaca, dia terlalu santai seperti tidak peduli apapun yang akan terjadi.

"Lebih baik kalian kembali saja ke kelas, setelah kejelasan masalah ini terungkap, bapak akan memanggil kalian lagi bersama orang tua kalian," kata Dika menjelaskan.

Mendengar kata orang tua, membuat Langit terkejut. Ia menatap Dika, "apa harus memanggil orang tua pak?" tanyanya, terlihat cemas.

I'm In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang