Bagian 5: Insiden

1.5K 176 2
                                    

Setelah semua kenyataan pahit yang didapatinya, Rajash pergi untuk menenangkan diri, menenggelamkan dirinya dalam pengaruh alkohol, berharap cairan memabukkan itu dapat membantunya melupakan semua yang terjadi.

Melupakan pengkhianatan Laras, dan kenyataan bahwa bayi di kandungan wanita itu bukan miliknya. Namun, ternyata seperti yang banyak orang bilang. Melupakan tidak semudah membalikkan telapak tangan, bukannya membaik, ingatannya tentang kejadian itu malah semakin terbayang jelas.

Brengsek!

"Lo yakin bisa nyetir sendiri Jash?" tanya seorang pria yang merupakan temannya. Brian, pemilik Bar yang selalu menjadi tempat langganannya menghabiskan waktu diakhir pekan.

"Ya, bisa. Gue cuma minum sedikit tadi, jangan khawatir," jawab Rajash seraya menepuk pelan bahu Brian, yang terlihat jelas sedang meragukannya.

Raut waja Brian tampak tidak percaya, karena dia sendiri melihat, temannya itu tadi sempat minum lumayan banyak, ia takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Gue anterin," tawarnya.

"Gak usah, kalo lo pergi, ini kelab siapa yang jaga? udah, udah sono lu masuk. Gue gak apa-apa kok, jangan bawel kayak emak-emak." tolak Rajash seraya mendorong bahu Brian agar masuk lagi ke dalam.

"Orang khawatir malah dikata bawel, ya udah, baek-baek lo nyetirnya," kata Brian akhirnya, tidak bisa lagi memaksa, karena perkataan Rajash ada benarnya, ia tidak bisa meninggalkan pekerjaan begitu saja.

"Yoi," sahut Rajash, kemudian masuk ke dalam kendaraannya. menyempatkan memberi klakson tanda dia pamit pergi, kemudian meninggalkan pelataran parkir kelab Brian tanpa menoleh lagi ke belakang.

Percuma saja mabuk-mabukan jika sang pembuat patah hati tidak bisa hilang dari pikirannya, Rajash tidak bisa lupa begitu saja, apalagi setelah semua kenyataan pahit tentang pengkhianatan Laras terus menari-nari dalam benaknya, seolah mengejek. memperlihatkan seberapa bodoh dirinya karena terperdaya oleh wanita itu.

Jadi Rajash memutuskan untuk pulang dan menenangkan dirinya di rumah, mungkin beberapa butir obat tidur bisa membuatnya lupa sejenak.

Sepanjang jalan, Rajash memikirkan kembali semuanya. Sejak awal semua memang salahnya, percaya pada wanita begitu saja dengan memberikan seluruh hati juga kepercayaannya tanpa memikirkan kemungkinan dikhianati.

Ya, ini semua salahnya yang begitu bodoh percaya sepenuhnya pada Laras, padahal sejak dulu wanita itu hanya memanfaatkannya. Tepat, seperti apa yang dulu kakeknya katakan.

Tiba-tiba saja pikiran Raja melayang pada sang kakek yang memaksanya mati-matian untuk menikahi gadis pilihannya, Kirana. Masih teringat jelas perkataan Hutomo saat itu bahwa Kirana adalah gadis terbaik untuknya, sedangkan Laras hanya wanita mata duitan yang akan memoroti uangnya.

Sudah berkali-kali Hutomo memperingati bahwa Laras bukanlah gadis baik-baik. Namun, Rajash saat itu masih dibutakan cinta hingga tidak mempercayai ucapan kakeknya. Kini, semua perkataan sang kakek terbukti benar.

Tapi kenapa? Kenapa harus selama ini kebenaran itu terbongkar, setelah ia melakukan kebodohan, setelah ia kehilangan semuanya? Tolol! Apakah ini yang dinamakan karma?

Rajash tertawa tanpa suara.

Kehilangan Kirana dan kedua anak mereka, Langit dan Bintang. keluarga kecil yang baru ia sadari telah disia-siakannya demi wanita binal itu, kini Rajash memikirkannya dan sikap buruknya selama ini dalam memperlakukan mereka. Ia acuh, tidak pernah ada waktu untuk mereka, lebih tepatnya memang tidak ingin menyempatkan, tidak pada saat senang ataupun susah, tidak saat mereka sakit, tidak juga saat mereka membutuhkan perlindungan dan semua itu karena kedunguannya.

I'm In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang