⁰⁶ dipta

955 150 2
                                    

"Lo kenapa slek sama Dipta deh?" Jerico bertanya sambil mencomot ciki di tangan Hanan.

"Gak papa, dia nyebelin."

"Kata gue sih lo lebih nyebelin. Sama gue dia biasa aja tuh, malahan baik."

"Ya kan kalo sama lo, kalian sering bareng emangnya?"

"Iya, kenapa?"

"Gak sih, nanya aja."

"Lo gapapa gitu gue deket sama dia?" Jerico mulai penasaran, seluruh atensinya difokuskan pada Hanan seorang.

"Ya emang harus gimana, lagian yang musuhan juga gue lo gak perlu ikut jauhin lah. Kecuali kalo dia ngelakuin hal yang jelek ke lo. Lagian ngapain juga gue larang, lu pacar gue aja bukan."

Hanan ditempeleng kepalanya oleh pria seumurannya ini.

"Lo ngeselin."

"Salah lagi kah gue?"

"Iya, lo kan couo."

"Lo juga dong?"

"Iya." Jerico mengangguk. Memang obrolan mereka bisa serandom ini.

"Gue masih penasaran kenapa kalian berantem, kasi tau dong. Kalo nggak nanti gue gak bisa tidur nyenyak." Pinta Jerico sambil sedikit memelas.

"Dih, nggak dulu."

"Yaudah gue tanya Dipta aja, sekalian main gak sih."

"Udah malem, gak usah keluar lagi. Suruh kesini aja."

"Ogah, ntar lo berdua tumbuk-tumbukan rumah gue hancur."

Hanan mengambil gelas Starbucks yang ada di sebelah Jerico. Iya satu berdua, kere memang mereka. "Gak lah, gue juga mau balik."

"Kok cepet banget?"

"Ya ngapain juga lama-lama?"

Jerico menutup matanya sejenak, lalu menghembuskan napas perlahan.

"Yaudah, sekarang?"

"Bentar lagi." Jawab Hanan lalu merebahkan diri di ranjang Jerico.

"Yaelah malah boboan lagi, kalo gitu mah tiga jam lagi juga lo masih disini."

"Yaudah sih, gapapa."

"Lo aneh."

"Makasih, seneng deh dipuji sama yang lebih."

"Freak."

"Lo juga."

"Modelan gini banyak yang demen."

"Sama gue juga heran kok anak Angkasa demen sama anoa amazon, gak ada yang lebih bagus apa, cih."

"Emang ada anoa di amazon?"

"Gak tau."

"Oke, nice ingfo ma bro."

"Hp lu geter, Jer." Hanan berguling ke sisi kanan ranjang, menjauh dari Jerico.

"Gue turun dulu ngambil flashdisk tugas yang dibawa Dipta. Lo diem disini aja."

"Iya gak nanya juga."

"Sialan." Jerico keluar dari kamarnya, sedangkan Hanan memilih untuk menjelajah sementara sang tuan kamar sedang sibuk dengan orang lain.

Dua puluh menit kemudian, Jerico kembali ke atas dengan Dipta di belakangnya.

"Bentar ya gue cari dulu bukunya, lo masuk aja dulu."

"Beneran gapapa nih?" Dipta merasa agak ragu untuk memasuki kamar Jeri.

"Ya iya emang kenapa?"

"Siapa tau kamar lo privasi." Tawa Jerico mengudara membuat Dipta kebingungan.

"Nggak kok, masuk aja duduk dulu di sana." Jerico menunjuk sofa yang ada di sudut ruangan, dia sedang membelakangi sofa tersebut untuk mencari buku tugasnya.

"Eh, ada Hanan, toh?" Suara Dipta terdengar kaget saat mendapati Hanan yang tertidur dengan posisi telentang di sofa. Awalnya tidak yakin karena wajahnya tertutup sebagian, tapi dari cincin di tangannya yang sering ia lihat, itu memang Hanan.

"Astaga ini orang kenapa dah malah tiduran disini bukannya di kasur aja. Sorry Ta, nih bukunya udah ketemu. Mau langsung balik atau main dulu?"

"Langsung aja deh, udah malem juga. Lagian lusa ketemu di sekolah. Thanks ya, Jeri."

"Iya, santai aja. Hati-hati, lo."

"Eh, Jeri." Panggil Dipta sesaat sebelum keluar dari ruang tamu rumah Jerico.

"Lo sama Hanan pacaran ye?"

"Hah, mana ada? Itu dia emang suka main kesini, gak tau diri anaknya."

"Oalah, oke deh. Gue balik, lo masuk aja." Jerico mengangguk, Dipta tersenyum dengan penuh makna tersirat. Satu hal yang pasti, dia senang.

Players [ a hajeongwoo story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang