⁰⁷ you're precious

948 144 0
                                    

Jerico Ivander kini sedang duduk bersebelahan dengan pria yang entah bagaimana bisa dekat dengannya sejak dua minggu lalu. Padahal Pradipta hanya iseng menawarkan Jerico tumpangan tapi malah berakhir sering ngantin bersama.

Sebenarnya Jerico ini susah lepas dari dua teman monyetnya. Tapi berhubung mereka berdua sekarang pacaran, daripada jadi nyamuk mending sama Dipta ganteng paripurna.

"Jer liat deh," bisik Dipta setelah mendekat ke telinga Jerico.

"Apaan, Dip?"

"Noleh mulu makanya, pause dulu itu game. Tuh liat arah angka dua, ngeliatin lo mulu noh."

"Mana ada, ngeliatin lu itu dia."

"Jangan ditatep gitu juga anaknya anjrit, tuh kan salting dia lo liatin."

"Yaudah sih, kasi aja. Tau kok gue ganteng."

"Iya sih, gue aja ngefans sama lo dulu."

"Hah seriusan lu? Gak percaya sih gue." Jerico terlonjak kaget denger langsung dari orangnya.

"Serius lah, anjir."

Jerico mulai ketawa keras, tangannya gak jarang nabok bahu Dipta, "Ngakak banget, ada-ada aja dah lo, Dip."

"Diem bego, diliatin orang."

"Yaudah sini, lo pasti pengen foto sama gue." Jerico menarik bahu Dipta lalu memencet aplikasi kamera pada hpnya.

"Senyum, Dip." Dipta menurut, tapi bukannya ganteng, wajahnya malah terlihat tertekan.

"Hee–, kok komuk lo aneh gini. Ini mah berasa gue yang jadi fans maksa lo foto."

"Ya kan emang gitu?"

"Dah lah males sama you, gue cabut duluan." Jerico berdiri dan melangkah pergi. Dipta yang ditinggalin udah ketar-ketir.

Semenit kemudian, anak itu balik lagi dengan senyum tengilnya.

"Gue sebenernya udah kebelet, tapi gue rela balik demi lo." Jerico mengeluarkan pulpen dari saku bajunya, menarik tangan Dipta dan menyoretkan tanda tangannya disana.

"Heh maksud lo apaan anakonda!" Panggil Dipta kebingungan, karena Jerico langsung ngibrit ke toilet. Takut cepirit.

Setelah selesai dengan panggilan alamnya, bel pulang sudah berbunyi. Jadi Jerico langsung saja balik ke kelas untuk mengambil Tasya eh maksudnya tasnya.

"Jeri, lo pulang naik apa?"

"Napa, mau nebeng lo?" Sewot Jerico yang dihadiahi pukulan gratis di punggungnya dari Yudha.

"Nanya doang anjir, gue juga pulang sama David."

"Iya deh yang udah pacaran, tapi gak peje. Gue doain putus lo."

"Heh sialan lu, nyet." Kali ini David menoyor kepala Jerico.

"Kok kalian KDRT gini sih ke gue?"

"Yang ber-rumah tangga siapa deh perasaan?" Yudha tuh heran sama pemilihan kata-kata Jerico.

"Kita lah, lo emak bapaknya, gue anak kalian."

"Ogah banget punya anak macem situ." David bergidik ngeri, terlalu lebay sih.

"Udahlah malah pada bacot, gue balik dulu."

"Dijemput Hanan, Jer?" Tanya Yudha (lagi).

"Yang ada gue jemput itu kingkong."

"Yaudah, sana gih. Udah keluar kayaknya dia juga."

"Baik-baik kalian berdua, jangan kecelakaan."

"Iyee lo juga." Jerico melambaikan tangannya tanpa menoleh, agak kurang dihajar. Gak lupa dia senyum ke setiap incerannya yang dia temuin. Mau cewek mau cowok semua deh pokoknya.

"Heh kok lo lama banget?" Tanya Hanan begitu masuk mobil. Tidak ketinggalan, grasak-grusuk lemparin barangnya ke jok belakang.

"Yang rapi anjir, mobil gue ini."

"Iya aduh, maaf. Lo biasanya juga berantakan ya."

"Langsung aja ya?"

"Makan udah belum lo?"

"Lom, napa emang?"

"Yaudah, makan dulu entar disitu." Jerico hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Gue rada deg-degan gitu dijemput naik mobil sama lu." Memang ini pertama kalinya Hanan dijemput pakai mobil sama Jerico. Jericonya baru dibeliin mobil soalnya.

"Berdamage ya bro?"

"Bukaan, gue takut lo nabrak sih lebih tepatnya."

"Walah sialan." Umpat Jerico yang membuat Hanan tertawa. Jujur Jerico jadi ketar-ketir setiap Hanan ketawa keras, soalnya kebiasaan Hanan gak bisa kontrol kebiasaan nabok orang. Kan gak lucu mereka kecelakaan.

"Udah, Nan. Lo ngeri kalo ketawa."

"Minta diketekin ya lo?" Ancamnya.

Jerico menggeleng dan kembali fokus pada jalanan. Matanya kemudian menangkap seseorang yang membuat dia menepikan mobilnya.

"Ambilin jaket gue di belakang lo, tolong." Hanan menatap bingung Jerico yang keluar dari mobil, tapi tetap menurut.

Jerico membuka bagasi mobilnya dan menutupnya kembali setelah mengambil sesuatu.

Hanan menyodorkan jaket kulit berwarna hitam yang tadi diminta Jerico lalu mengamati bagaimana cowok itu memasangnya dengan cekatan, padahal tangannya memegang kantong plastik berukuran sedang yang Hanan tidak tahu entah apa isinya.

"Tunggu sebentar."

Mata Hanan menangkap jelas bagaimana Jerico tersenyum tulus saat memberikan kantong plastik tadi  pada seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu jalanan. Tanpa aba-aba senyuman Hanan ikut terbentuk.

Jerico mengobrol beberapa saat dengan wanita itu, beberapa kali juga wanita itu berusaha membungkuk untuk mengucapkan terima kasih tapi Jerico mengahalaunya.

Jerico akhirnya pamit dan saat memutar badan untuk kembali ke mobil, dia dikejutkan oleh Hanan yang berdiri di sisi kemudi mobil.

"You're such a precious boy, the world needs more you, Jerico." Begitu saja, Hanan memeluk Jerico di pinggir hiruk piruknya jalanan kota yang menunjukkan kehidupan manusia yang berjalan begitu cepat.

Hanan ingin Jerico tahu kalau dia adalah seorang yang begitu berharga and that he's more than enough. Jerico-nya berharga.

Players [ a hajeongwoo story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang