Sejak pembicaraan pada saat makan malam lima hari yang lalu, hubungan Melody dan Damian terlihat berjarak. Maya yang mengamati hal itu tidak bisa berbuat banyak, karena sang suami melarang untuk ikut campur urusan anak muda.
"Mom, Dad, Ody berangkat sekolah dulu" pamit Melody pada kedua orang tuanya, mengabaikan Damian yang duduk bersebrangan dengan dirinya.
"Tunggu, kau berangkat dengan ku" ucap Damian tiba-tiba, menghentikan langkah Melody.
"Eh, tidak usah kak. Aku berangkat bersama Andri, dia juga sudah menungguku di depan" tolak Melody halus.
Memang, sejak malam itu. Melody bertekad untuk menghilangkan perasaannya pelan-pelan, salah satunya menghindari Damian. Dan dirinya berhasil, selama lima hari itu Damian disibukkan dengan persiapan sidang dan sidangnya kemarin, yang itu berarti sekarang semuanya sudah selesai.
"Suruh dia berangkat duluan, kau tetap berangkat bersamaku" kekeuh Damian membuat Melody mendengus kesal.
"Dam" tegur Maya.
"Aku hanya ingin memastikan bahwa Ody sampai di sekolah dengan selamat Mom"
Melody mendongak mendengar panggilan Damian yang disematkan padanya. Apa itu tadi, Ody? Itu pertama kalinya dia dipanggil seperti itu oleh Damian.
"Cepat, bilang pada temanmu. Kau denganku"
Melody mengerucutkan bibir sebal, tak urung dirinya tetap melangkah ke depan menuruti perintah kakaknya. Sedangkan Damian, tersenyum penuh kemenangan, berseru senang dalam hati.
Kedua orang tuanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anak-anak mereka.
"Mom, Dad. Damian pergi dulu"
"Hati-hati. Jangan apa-apakan adikmu" peringat Danuar.
"Dia bukan adikku. Dan tentu saja aku akan menjaganya" sungut Damian tidak terima, setelah itu melenggang pergi mengambil mobil.
"Dia persis dengan mu jika seperti itu" canda Danuar melirik Maya yang sedang menatapnya tajam.
___
Sedari mobil yang keduanya kendarai meninggalkan pelataran rumah, tidak ada yang berniat membuka suara. Beberapa kali juga Damian diam-diam melirik Melody yang sejak tadi hanya memandang ke luar jendela.
"Apakah pemandangan jalanan lebih menarik dari pada yang ada di dalam mobil ini?"
"Huh?"
Melody yang sejak tadi melamun menoleh mendengar pertanyaan itu.
"Tidak. Lupakan"
Melody kembali mengamati jalanan, membuat Damian mendengus kesal.
"Apa kau sebegitu marahnya padaku, karena tidak mengizinkanmu berangkat bersama dengan bocah tengil itu?"
Melody melirik Damian sekilas, mengernyit bingung "Bocah tengil?"
"Andri maksudku"
Melody menggeleng "Aku tidak marah, lagipula aku tidak punya hak"
Tunggu.
Jawabannya terdengar ambigu. "Maksudku, buat apa aku marah""Kau kenapa? Sakit?" tanya Damian lembut, sembari meletakkan tangannya di dahi Melody.
Perlakuan Damian yang mendadak, membuat tubuh Melody menegang seketika, jantungnya juga berdetak dengan kencang. Ia tidak aman sekarang. Kontan saja Melody menepis tangan Damian, yang berhasil membuat Damian terkejut dengan reaksi Melody yang terkesan kasar. Emosi Damian terpantik, sehingga menaikkan nada bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Melody [END]✓
Historia CortaMemendam perasaan kepada kakak angkatnya selama bertahun-tahun bukan lah hal yang mudah. Dan itu yang harus dirasakan Melody Safiana Rudolf (17 tahun) pada kakak angkatnya Damian Regantara Rudolf (22 tahun), yang baru bisa menganggap kehadirannya se...