Part 4

9.2K 562 2
                                    

Sejak tadi Melody hanya bisa menekuk wajahnya saat memasuki toko perhiasan. Bukan apa-apa, ternyata kakaknya mengajaknya berbelanja karena membutuhkan dirinya sebagai ajang uji coba cincin. Damian benar-benar menyebalkan dan tidak peka. Melody sudah memilih cincin kesukaannya tadi, dan pas dengan ukuran tangannya. Ia kira lelaki itu akan membelikannya karena sempat berkata 'pilihlah cincin yang kau suka'. Tetapi tiba-tiba kakaknya yang malah memesan cincin itu untuk calon istrinya dengan ukuran dan model yang sama. Sialan!

Melody kira, ia yang akan dibelikan perhiasan, ternyata dia hanya dibutuhkan jarinya untuk mencoba cincin mana yang cocok. Mood nya benar-benar hancur hari ini. Dan itu semua ulah orang yang sama. Damian.

"Kak, kenapa kakak malah mengajakku untuk mencoba cincin itu. Kemana calon istri kakak? Bagaimana jika ternyata jariku lebih mungil dari jarinya, atau lebih besar"

Saat ini mereka sedang menunggu cincin itu dikemas dan ditambahkan inisial pasangan. Damian yang ditanya hanya tersenyum, menggeleng. "Kakak yakin cincinnya tidak akan kebesaran ataupun kekecilan. Ukurannya akan pas" terang Damian dengan percaya diri.

Melody berdecih pelan, "Kau bilang ingin mengajakku berbelanja. Tetapi sejak tadi malah aku yang menemanimu berbelanja untuk persiapan pernikahanmu, apalagi aku yang harus memilihkan semuanya. Lebih baik aku menonton film saja di rumah tadi"

Damian terkekeh, mengacak rambut Melody gemas. Kenapa gadisnya itu tidak peka-peka sih. "Seleramu bagus, Ody. Jadi aku memanfaatkannya sebaik mungkin"

Mereka sedang duduk bersebelahan, Melody mendongak "Jadi selera calon istrimu jelek"

Damian menggeleng. "Tidak juga"

"Tapi kak, kau belum mengenalkan calon istrimu padaku. Sedangkan dua minggu lagi kau akan menikah. Bukankah itu jahat?"

"Nanti juga kau akan tahu"

Saat akan membalas perkataan sang kakak, sebuah suara mengurungkan perkataannya. "Atas nama Damian, cincinnya sudah dapat diambil"

Damian berjalan mendekat meninggalkan Melody yang juga enggan untuk beranjak dari duduknya. Lelaki itu membuka kotak beludru berwarna biru, dan mengambilnya, mengamati inisial yang tertera disana. D & M. Sesuai dengan permintaannya. Lelaki itu tersenyum puas, kembali memasukkan cincinnya kedalam kotak dan membayarnya.

___

Sudah menjelang malam Melody dan Damian baru menginjakkan kaki dirumah. Disambut dengan Maya dan Danuar yang sedang menonton televisi di ruang tengah sembari mengobrol.

"Oh kalian sudah pulang"

Maya terlihat antusias saat melihat Damian membawa banyak belanjaan, sedangkan Melody terlihat hanya menenteng satu paperbag dengan wajah datar. Putranya memang benar-benar serius tentang niatnya.

"Tidak disini dulu Ody?" tawar Maya yang disambut gelengan.

"Tidak mom. Ody lelah ingin mandi setelah itu istirahat"

Saat akan melangkah, langkahnya terhenti kala sang ayah membuka suara. "Sudah makan malam?"

Bukan Melody yang menjawab malah Damian yang menyahuti "Sudah, tadi dia makan malam bersamaku"

Melody mengangguk, dan memilih melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Sampai dikamar, Melody baru menyadari bahwa dirinya membawa paperbag yang diberikan Damian padanya, yang tidak tahu apa isinya. Tiba-tiba lelaki itu memberikan sebuah paperbag padanya dengan dalih hadiah karena sudah menemani Damian berbelanja.

Semoga saja makanan enak, atau hadiah yang lucu. Membayangkannya saja membuatnya tersenyum sumringah. Setidaknya, Damian masih mengingat dengan siapa lelaki itu pergi tadi, sehingga membelikannya dia buah tangan.

My Melody [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang