Damian tidak tahu saja apa efek yang ditinggalkan lelaki itu padanya setelah mengatakan ucapan selamat malam yang begitu manis terdengar ditelinga pada malam itu.
Jantung Melody harus berdetak tidak karuan hingga menyebabkan ia baru bisa tidur menjelang pagi, yaitu pukul setengah tiga dini hari. Menyebalkan memang.
Karena ucapan itu pula, Melody tambah menjaga jarak. Takut rasa tidak tahu malunya semakin menggebu hingga membuat ia berbuat nekat merebut Damian dari calon istrinya. Oh, jangan hal itu sampai terjadi.
Beruntungnya ujian kelulusan ini bisa menjadi alasan jitu untuk Melody menghindari Damian, yang juga tengah sibuk dengan persiapan pernikahan lelaki itu.
Hari ini hari terakhir ujian dilaksanakan. Ada rasa lega beberapa hari terakhir dirinya bisa melewati ujian dengan lancar, walaupun Melody tidak yakin dengan hasilnya. Tetapi berkat pesan Mommynya yang diberikan padanya setidaknya ia tidak terlalu mengambil pusing.
"Kau sudah belajar, Dy?" tanya Andri yang memang duduknya kebetulan bersebelahan dengan Melody.
"Ya. Walaupun aku tahu seberapa keras aku belajar, hitung-hitungan adalah kelemahanku"
Andri terkekeh "Nanti aku beri contekan jika kau tidak bisa"
Melody mendengus pelan, "Kau lupa ya soal yang dibagikan itu berpaket-paket. Kau berada disebelahku, sudah dipastikan bahwa paket kita akan berbeda"
Andri tergelak dan mengangguk menyetujui. "Hm, kau benar. Yasudah ikuti saja kata hatimu jika sudah diujung, atau kau bisa menghitung jumlah kancing di seragammu"
Saran Andri memang tidak membantu, tetapi setidaknya kegugupannya berkurang karena mata pelajaran yang diujikan dihari terakhir ini merupakan fisika.
___
Hari pernikahan Damian semakin dekat. Sudah ada di depan mata, namun sampai sekarang lelaki itu masih saja bungkam mengenai calon istrinya di media. Bahkan pernikahan nya saja dibuat privat yang hanya dihadiri keluarga besarnya, sahabat dan para kolega keluarga Rudolf. Hal ini Damian lakukan semata-mata untuk membuat calon istrinya nyaman. Karena sejak dulu ia tahu bahwa calon istrinya itu tidak suka terekspose oleh media.
"Kau akan terus merahasiakan semua ini dari Melody?" Danuar membuka suaranya melihat sang putra sedang sibuk dengan berkas-berkas dihadapannya.
"Iya Dad. Setidaknya hingga hari h pernikahan kami dilaksanakan"
"Bagaimana jika dia tahu nanti? Dia pasti akan terkejut dengan semua rencanamu. Bahkan bisa jadi dia malah menolakmu"
"Itu tidak akan terjadi" jawab Damian lugas.
"Justru jika aku mengatakannya sekarang, ada kemungkinan dia akan menolakku dengan alasan belum siap. Oleh karena itu aku harus mengikatnya dulu. Dia akan mengetahuinya dipernikahan kami"
Danuar menghela nafas pasrah dengan keputusan sang anak. Melihat kegigihan putranya membuatnya seperti bercermin di masalalu. Damian yang sekarang persis seperti dirinya dulu.
"Terserah. Aku hanya tidak mau, putriku merasa tersakiti karena rencana mu ini"
"Dad tenang saja. Aku bahkan akan membuat Melody tidak akan melupakan moment ini seumur hidupnya"
"Oh iya, hari ini hari terakhir ujian Melody dilaksanakan. Dan Mommy mu berencana untuk merayakannya dengan mengajak kita makan malam diluar"
Dahi Damian mengernyit "Dirayakan? Bahkan dia belum pasti lulus" celetuk Damian disertai kekehan yang disambut sama oleh sang Ayah.
"Huss kau ini. Entahlah, Mommy mu terlalu bersemangat mengetahui anak perempuan kesayangannya sudah berhasil melewati ujian kelulusan dengan lancar"
Damian mengangguk membenarkan, "Iya, saking senangnya jadi lupa bahwa Mom masih punya anak laki-laki yang malah belum pernah dirayakan saat selesai ujian kelulusan" ujar Damian pura-pura merajuk sedangkan Danuar terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Melody [END]✓
Kısa HikayeMemendam perasaan kepada kakak angkatnya selama bertahun-tahun bukan lah hal yang mudah. Dan itu yang harus dirasakan Melody Safiana Rudolf (17 tahun) pada kakak angkatnya Damian Regantara Rudolf (22 tahun), yang baru bisa menganggap kehadirannya se...