[Besok aku jemput pulang sekolah ya, jangan kemana-mana sebelum aku datang.]
"Huh! Manusia ini. Bisanya merepotkan orang saja. Dia kira, dia siapa bisa ngatur-ngatur aku!" Gerutu Naya saat membaca pesan yang baru saja ia terima.
Tak lama, ponselnya bergetar.
"Halo! Ada apa lagi sih!"
"Kamu belum membalas pesanku, jadi untuk memastikannya, aku meneleponmu saja."
"Tidak perlu, makasih tawarannya!"
Tut!
Panggilannya Akar tutup sepihak dengan tak sopan. Jelas itu membuat emosi Naya semakin menggebu-gebu, "Dasar cowok gila! Sudah menganggu saja malam-malam begini." Maki Naya pada ponselnya.
Setelahnya Naya beranjak, berniat membereskan tas sekolahnya. Bodoh amat dengan pesan yang beberapa menit lalu ia terima dari Akar. Dirinya sudah cukup pusing menghadapi sifat lelaki yang baru tadi siang ia temui. Ralat, tak sengaja bertemu di kedai kopi tadi siang.
Selesai dengan tas sekolahnya, ia beranjak naik ke atas kasurnya dan segera berlayar ke alam bawah sadarnya.
***
"Kenapa kamu? Kok senyam-senyum begitu?" Naya menyentuh dahi Anke, "Tidak panas."
Tangan Naya langsung di tepis oleh Anke, "Aku tidak gila, aku masih waras!"
"Terus kenapa itu? Masih pagi lho ya, jangan kumat dulu."
"Nay... Aku tidak seperti yang kamu pikirkan, hanya sedang bahagia saja," jedanya, "Memangnya ngga boleh?"
"Boleh, tapi karena apa?"
Anke memang aneh, bukan menjawab pertanyaan Naya, tapi malah menyodorkan ponselnya ke depan wajah Naya.
Mata Naya berhasil membulat sempurna, "An... Terlalu cepat, kamu baru kenal sama dia."
Anke memutar matanya jengah, "Bodoh amat, aku mah ngga peduli ya. Selagi aku bahagia kenapa ngga? Kenapa kamu ngga sama temannya aja tuh, kan lumayan oke juga."
"Aku bukan kamu ya!" Naya menoyor kepala Anke, "Ngga usah mikir aneh-aneh tentang aku sama manusia gila itu."
"Asal kamu tahu, dia tadi malam telepon aku, tapi dia juga yang mutusin panggilan teleponnya!" Ujar Naya dengan nada kesal.
Anke memang paling bersemangat kalau Naya sudah bercerita begini. Dia saja sampai membenarkan posisi duduknya, agar nyaman mendengar cerita yang keluar dari mulut sahabatnya itu.
"Terus?"
"Sebelumnya dia ngirim pesan, kalau hari ini dia mau jemput aku."
"Terus-terus?"
Naya meraup wajah Anke, "Belok, jangan terus-terus melulu. Bisa nabrak nanti kalau ngga belok!"
"Ish! Nay... Aku serius ini, terus kamu bilang apa?"
"Aku bilang aku ngga mau," jawab Naya santai dengan mengangkat kedua bahunya.
"Bego!" Anke benar-benar pusing melihat kelakuan sahabatnya ini. Di jodohkan? tidak mau. Disuruh mencari sendiri? juga tidak mau. Giliran ada yang menawarkan diri begini? Juga tidak mau. Sebenarnya apa yang Naya mau sih, kenapa susah sekali untuk memahami gadis Taurus yang satu ini.
***
Naya menghela napasnya saat kedua matanya menangkap sosok yang sangat tidak ia harapkan kedatangannya, justru sekarang sedang tersenyum menatap kearahnya.
Kalian mau tahu siapa dia? Ya, dia Akarra Arunika Panca.
Lelaki yang sejak semalam mengusik ketenangannya, kini sedang duduk manis di atas motornya dan menatap ke arah Naya dengan senyum termanisnya, tapi bagi Naya itu adalah senyum paling menyebalkan yang pernah ia temui.
Anke yang kebetulan sedang menunggu jemputan dengan Naya, tersenyum puas melihat Akar ada di depan matanya. Ia pun menyikut lengan Naya, yang justru di hadiahi tatapan tajam seakan siap membunuh.
Lelaki itu turun dari atas jok motornya dan melangkah mendekati Naya. Yang ingin di hampiri justru ingin melarikan diri, tapi kalah cepat dengan langkah lebar lelaki jangkung itu.
"Eits, mau ke mana? Sudah kubilang, jangan ke mana-mana saat aku belum datang. Berhubung aku sudah datang, kamu juga ngga boleh ke mana-mana, kita akan segera pulang." Akar mencekal lengan Naya yang hendak melarikan diri.
"Kamu tuli ya? Ngga dengar tadi malam aku bilang apa ke kamu? Perlu aku ingatkan sekali lagi?" Naya berteriak di depan wajah Akar yang menurutnya semakin menyebalkan.
Akar justru terdiam, "Oke, sepertinya memang harus aku ingatkan lagi sama kamu." Lanjut Naya.
"Aku bilang! Aku tidak mau pulang bareng kamu! Makasih atas niat baiknya!" Teriak Naya.
Anke menyikut lagi lengan Naya, "Nay... Ngga boleh begitu, kasian Akar," ucapnya berbisik.
"Tuh, kamu tahu kalau itu niat baik, kenapa malah di tolak?"
Sekarang gantian, malah Naya yang terdiam, "Niat baik seseorang ngga boleh di tolak, sudah ayo. Hari ini aku jadi tukang ojek kamu, seharian. Bebas mau ke mana aja."
"Iya kamu tukang ojek, ojek gila!" Akhirnya Naya pasrah. Percuma pikirnya, berdebat dengan manusia menyebalkan ini tidak akan merubah keputusannya.
Akar hanya terkekeh menanggapi segala omelan tak jelas dari Naya. Karena postur tubuh Naya yang lebih pendek dari Akar, justru di mata orang lain mereka sepasang kekasih yang sangat serasi. Padahal kenyataannya mereka seperti anjing dan kucing, hanya Anke lah yang tahu bagaimana hubungan keduanya.
"Anke, kamu di jemput Liam 'kan?" Tanya Akar yang di balas anggukkan kepala oleh orang yang ia tanyai.
Akar terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya berpamitan pada sahabat dari gadis yang akan ia antar pulang itu, "Kalau begitu, aku sama Naya pulang duluan ya? Aku takut dia akan mengamuk dan berubah menjadi reog," pamit Akar dengan jenaka.
Anke melihat ke arah Naya yang mendengus kesal dengan tatapan menggoda, "Hati-hati. Jagain sahabat aku ini ya, jangan sampai lecet. Aku pinjamkan dia sehari untukmu."
Akar membentuk tangannya seperti sedang hormat kepada seorang prajurit, "Siap! Akan aku kembalikan dalam keadaan utuh," ucap Akar dengan nada bercanda.
Bugh!
Naya memukul lengan Akar menggunakan botol minum yang ia pegang sedari tadi, "Memang aku mau kamu apakan, hah!" Emosi Naya semakin menjadi-jadi ketika melihat keduanya tertawa.
Bersambung...
☁️☁️☁️
Sampai jumpa di bab selanjutnya!!
Terima kasih karena sudah berkenan membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akar and Naya
Teen FictionBercerita tentang seorang perempuan Taurus sejati bernama Naya. Perempuan biasa yang terjebak di sebuah perayaan. Dan perayaan ini membawanya ke dalam dua pilihan. Dua pilihan yang sangat jelas perbedaannya, tapi sama-sama menjanjikan akhir bahagia...