Disinilah mereka sekarang, toko buku. Entahlah, Naya hanya mengikuti ke mana Akar pergi saja, ia sendiri sedang khawatir, takut orang tuannya mencari dirinya yang sekarang sedang di toko buku berdua dengan Akar. Lebih tepatnya di culik dengan paksa oleh lelaki yang sedang memilih beberapa buku non-fiksi.
"Berapa lama lagi?"
Akar menoleh ke arah Naya, "Kenapa?"
"Aku takut orang tuaku mengkhawatirkan diriku yang sampai sekarang belum pulang ke rumah."
"Sini ponselmu," pintanya.
Naya mengerutkan keningnya, "Untuk apa?"
"Untuk mengabari orang tuamu lha, apa lagi?"
Naya menggeleng cepat, bisa semakin runyam masalahnya kalau Akar menelepon orang tuanya, "Tidak-tidak. Maksudku, jika sudah selesai, sebaiknya kita segera pulang. Aku sudah lelah sekolah seharian."
"Sebentar lagi. Aku masih harus memilih beberapa buku," Ucap Akar.
Setelahnya dia kembali melihat buku yang bersusun rapi, tepat di depan matanya, "Apa kau tidak tertarik untuk membeli buku juga?"
Naya kembali menggelengkan kepalanya, "Aku hanya ingin pulang."
"Maka bersabarlah," ucap Akar dengan mengelus rambut panjang Naya dan berlalu ke rak buku berikutnya.
***
"Kenapa kita mampir lagi? Katamu kita langsung pulang, ini buktinya apa?" Naya langsung mencecar Akar dengan pertanyaan yang beruntun ketika tahu motor yang dikendarai oleh Akar berhenti di kedai kopi.
"Menurutmu?" Tanyanya dengan mengangkat sebelah alisnya.
"Tidak-tidak, kita harus pulang." Naya menarik lengan baju Akar yang hendak masuk ke dalam kedai kopi.
"Langit belum gelap, Nay. Mampir sebentar tidak apa kan?"
"Aku tahu langit belum gelap, tapi bukan berarti kita tidak segera pulang. Kamu harus ingat, kalau kamu membawa anak gadis orang!"
Akar menghela napasnya, "Aku tahu. Aku hanya mampir sebentar, kamu bisa tunggu di sini saja jika tidak ingin ikut masuk."
"Ini," ucap Akar dengan menyerahkan buku fiksi, lebih tepatnya adalah sebuah novel, "Kamu bisa baca buku ini dulu sambil nunggu aku pesan kopi."
"Sama ini," ia kembali menyerahkan sebuah buku, tapi kali ini buku non-fiksi, "Jika kamu bosan baca buku fiksi terus," ucapnya dengan mengusap pelan rambut Naya yang sedikit berantakan akibat diterpa angin.
Lalu ia segera berlalu dari hadapan Naya yang masih berdiam kaku di tempatnya. Naya akui jika ia cukup pusing melihat perubahan sikap Akar yang tidak menentu. Kadang manis, kadang menyebalkan dan kadang juga bisa menjadi manusia yang sangat tenang.
Cukup lama Naya menunggu Akar keluar dari dalam kedai kopi, dengan membaca buku yang di beri oleh Akar tadi sebelum dirinya menghilang untuk memesan kopi, tapi sampai sekarang tak ada tanda-tanda bahwa Akar akan keluar dari dalam sana.
Dengan perasaan khawatir, ia bulak-balik mengecek ponselnya, takut jika orang tuanya mencari. Dengan perasaan kesal dia memilih untuk menyusul Akar ke dalam kedai kopi yang sampai sekarang belum juga menampakkan batang hidungnya.
Namun, saat kakinya sampai di depan pintu, seseorang yang membuatnya menunggu sedari tadi akhirnya keluar.
"Kamu sedang apa di sini? Tadi katanya ngga mau ikut masuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Akar and Naya
Teen FictionBercerita tentang seorang perempuan Taurus sejati bernama Naya. Perempuan biasa yang terjebak di sebuah perayaan. Dan perayaan ini membawanya ke dalam dua pilihan. Dua pilihan yang sangat jelas perbedaannya, tapi sama-sama menjanjikan akhir bahagia...