Chapter 17: Past and confession

1.7K 268 40
                                    

Pertemuan pertamanya dengan Hinata terjadi 2 tahun lalu disebuah olimpiade sains. Sasuke ingat betul bila saat itu mereka sama-sama masih kelas 10. Masih kecil, masih naif, namun entah mengapa perasaan suka itu muncul ketika melihat siswi dari sekolah lain.

Saat itu mata hitamnya membaca nametag, kemudian tahu bahwa gadis itu bernama Hyuga Hinata–peserta olimpiade yang kemudian menjadi juara 2 dengan selisih nilai 3 angka dengannya.

Entah bagaimana caranya, akhirnya mereka menjalin hubungan walau berbeda sekolahan. Sesekali berkencan seperti anak remaja pada umumnya meski kesulitan mengatur waktu untuk bertemu.

Hanya saja, ya, hubungan mereka mulai merenggang saat nyaris menginjak dua tahun. Itu adalah saat kerap Hinata kabur dari rumah dan menjadi pacar bayaran. Kemudian disusul dengan banyak peristiwa, hingga pernikahan ibunya dan ayah Hinata menjadi klimaks dari berakhirnya hubungan mereka.

Sempurna, hubungannya hancur dengan sempurna.

Beberapa minggu setelah pernikahan orangtuanya—selepas Hinata kembali kabur dari rumah—Hiashi Hyuga menawarinya untuk pindah ke sekolah yang sama dengan Hinata. Ayah tirinya hanya ingin ia mengawasi Hinata sebagai seorang kakak, dan tentu ia mengiyakan dengan syarat bahwa marganya masih tetap Uchiha agar tak ada yang curiga.

Demi apapun, ia hanya tidak ingin memiliki marga yang sama dengan Hinata sebagai seorang kakak.

Kemudian ia pindah ke sana saat tahun ajaran baru kelas 3. Ia bisa melihat wajah Hinata yang terkejut saat itu, namun ia hanya bisa diam tanpa menyapanya sama sekali. Tidak berinteraksi dengan Hinata dan hanya mengawasinya dari jarak jauh, kemudian suatu hari gadis itu tiba-tiba menemuinya untuk memberi ancaman,

"Jika kau berlagak mengenalku di sekolah, aku lebih baik mati saja."

Dan didetik ini, Sasuke adalah satu-satunya orang yang sangat ingin bunuh diri ketika sadar apa yang sudah dilakukannya.

Bahkan bila ditanya oleh malaikat pun, Sasuke akan mengaku bahwa dirinya tidak berniat melakukan hal menjijikkan itu. Ia gelap mata, Naruto sudah merebut seluruh atensi Hinata dan ia sama sekali tidak menyukainya.

Akalnya perlahan menjelma menjadi iblis yang membisikinya untuk melakukan hal tersebut—menyentuh, mencium, menandai Hinata seolah-olah gadis itu miliknya.

Ah, ia benar-benar tidak sadar bila sudah menjadi bajingan seperti ini.

"Aku minta maaf," ujarnya, bibirnya membentuk garis lurus.

"Dan kau pikir aku akan memaafkanmu?"

Permintaan maaf Sasuke bukan ditujukan untuk Naruto, namun lelaki pirang itu menjadi juru bicara Hinata seraya masih menghalangi Sasuke mendekat.

"Apakah kau tak merasa hina atas apa yang baru saja kau lakukan?" Naruto kembali membuka suara. Fakta bahwa Sasuke dan Hinata yang merupakan kakak-beradik tentu membuatnya kian kesal. Meski tidak memiliki hubungan darah sekalipun, tak seharusnya Sasuke melakukan hal tersebut pada Hinata.

Sementara gadis yang bersembunyi di belakang punggung Naruto memejamkan mata. Akhirnya, semuanya terbongkar dihadapan Naruto. Namun tak ada sedikitpun rasa penyesalan setelah memberitahu lelaki itu. Justru dibanding menyesal, ia merasa sangat lega karena telah menceritakannya.

Jika tahu akan se-lega ini, ia akan memberitahu Naruto sejak awal agar tidak ada kesalahpahaman.

"Maafkan aku, Hinata."

Lagi-lagi Sasuke mengatakan hal yang sama, seolah-olah otaknya hanya dipenuhi kata maaf. Lelaki itu tidak peduli bila sikapnya saat ini terbilang menjijikkan. Yang diinginkannya hanyalah Hinata memaafkan kesalahannya lagi.

Heartbreaking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang