Hinata bukan gadis manja, bukan pula gadis dingin dengan sejuta misteri yang menjadi ciri khas. Hinata adalah gadis mandiri berperangai lemah lembut, namun bisa menjadi tegas dan angkuh di waktu berbeda. Tergantung situasi dan kondisi, gadis itu memang pandai menyesuaikan diri.
Orang asing akan menilai bila siswi di tingkat akhir itu apatis terhadap sekitar. Cenderung pendiam dan tak jarang meninggalkan orang lain di saat berada ditengah pembicaraan.
Disisi lain, tak sedikit pula yang memandang gadis itu sebagai siswi yang baik. Hanya saja, Hinata memang kurang pandai bersosialisasi hingga membuat kebanyakan orang memandangnya sebagai gadis yang masa bodoh akan segala hal.
Hinata tutup telinga, membiarkan orang lain menilainya sesuka hati. Selama ia tak terusik, maka bukan masalah bila orang-orang membincangkan perihal itu.
Mata sewarna perak miliknya menatap sepatu sekolah yang baru saja dibeli dengan uang bayaran dari Gaara kemarin, pria yang memakai jasanya. Senang rasanya saat bisa membeli sesuatu dengan uang hasil kerjanya, sangat membanggakan meski ini bukan pertama kalinya ia mendapatkan uang dari pekerjaannya.
Pacar bayaran. Pekerjaan simple yang tak menguras banyak tenaga namun mendatangkan uang yang berlimpah dalam waktu singkat. Didukung fisik yang terbilang sempurna membuat Hinata bisa memanfaatkannya dengan leluasa. Tentu dengan menjaga kodrat serta kehormatannya, gadis itu enggan bertindak diluar batas.
Hanya berlagak seperti kekasih nyata, memperhatikan orang yang memesan jasa layaknya seorang kekasih, menemani kemanapun mereka ingin pergi lalu menerima bayaran.
Sudah Hinata bilang, ia tidak bertindak diluar batas dengan hal berbau keji. Hubungan seksual dan kontak fisik berlebihan adalah salah satu larangan dalam kontrak yang tertulis, bila melanggar, maka ada konsekuensi atas hal tersebut.
"Masih sepi?" Ia bergumam pelan seraya mengedarkan pandangan. Gerbang sekolah baru saja terlewati, langkah kakinya tidak memelan hanya untuk menatap sekitar.
Pagi ini, ia berencana untuk menghabiskan waktu di perpustakaan sembari menunggu bel masuk. Namun sepertinya rencana itu harus ditunda.
"Selamat pagi!" Naruto tersenyum lebar sembari melambaikan tangan. Lelaki itu berlari dari parkiran lalu menghampiri Hinata yang balas melambai. "Apa kau selalu datang pagi?"
Hinata mengangguk singkat lalu kembali melanjutkan langkah dengan Naruto berjalan di sebelahnya. Ia tersenyum tipis saat Naruto menoleh padanya. "Ada yang salah dengan penampilanku?" tanyanya merasa kikuk.
"Tidak ada, kau cantik."
Lelaki itu tak berbohong ataupun membual mengenai pujiannya barusan. Ia memang tak mengenal Hyuga Hinata sejak tiga tahun bersekolah di sini, hanya sekedar berpapasan saja tanpa pernah menyapa. Ironis, namun itu memang benar. Sungguh, baru diketahuinya bila Hinata sangat cantik.
Kemana saja ia selama ini?
"Mulut lelaki buaya memang menakjubkan." Hinata balas memuji seraya tertawa pelan, berusaha membuat rona merah segera menghilang dari wajahnya dengan cepat.
Sementara Naruto mencibir, sikap gadis itu memang melembut pagi ini, tapi tetap saja menyebalkan. "Aku sudah menandatangani kertas kontrak yang kau berikan kemarin," ujarnya dibalas anggukan kepala oleh Hinata. "Lalu, apa yang akan kita lakukan?"
Hinata diam, bibirnya mengulum senyum. Tubuhnya mengikis jarak di antara mereka lalu menautkan tangannya dengan tangan Naruto. Digandengnya lengan lelaki itu lalu menatapnya hangat. "Mau sarapan bersama?" tawarnya sembari menghentikan langkah.
Naruto menahan senyum. Sialan, mengapa Hinata bertambah cantik jika sedang tersenyum seperti ini?
"Tentu, ayo. Aku juga belum sarapan." Genggaman mereka mengerat, kini Naruto tahu bila telapak tangan Hinata jauh lebih kecil dari bayangannya. Atau mungkin mungil?
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaking [END]
FanfictionBermula ketika Naruto meminta Hyuga Hinata menjadi pacar bayarannya selama satu bulan, dengan tujuan membuat Shizuka cemburu lantaran memutus hubungan mereka. Hingga pada satu titik, pemuda itu terjatuh pada permainannya sendiri. Namun dihari-hari...