Dua Puluh Empat

8 1 0
                                    

Lagi-lagi hati ini dirundung nelangsa,
Keluhan tiada hentinya,
Seperti yang sudah lalu,
Tetap terjaga dalam memori lama hingga menimbulkan banyak kesakitan.

Jiwa ini,
Pikiran ini,
Rasanya kacau bak air tenang yang diterpa angin kencang.

Hati terasa gundah,
Bukan hanya soal harta yang tak berpunya,
Namun juga usia yang menua.

Di antara banyaknya puan-puan yang memiliki tuan,
Mengapa terasa hanya diri ini yang tak bertuan.

Kendati demikian,
Rasa syukur ini tak lepas dari basahnya bibir,
Salah satunya nikmat atas zaman yang tak menghakimiku,
Kala usia masih kepala dua,
Sungguh tak mengapa,
Belum ada yang mampu menghujamku,
Tidak tahu kalau esok lusa.

Kuserahkan semuanya pada Sang Kuasa,
Atas segala hal,
Segala mukjizat-Nya,
Syafaat-Nya,
Dan qadar yang telah ditetapkannya.

Asalkan selama aku di dunia,
Masih sanggup aku untuk berbuat baik,
Masih mampu aku menjadi hamba yang bijak,
Dan masih dalam karunia Sang Pencipta Semesta.
Semoga saja,
Aamiin.

Tikasw, 31 Mei 2022

Seuntai KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang