Chapter 3

96 17 0
                                    

Gadis itu masih saja berlari tidak perduli akan umpatan orang-orang yang marah akibat gadis itu menabrak mereka . Hanya satu tujuan gadis itu saat ini bersembunyi . Gadis itu bukannya takut , gadis itu hanya merasa kehidupan nya mulai terancam .

Entah dimana sekarang gadis itu berada , merasa dirinya telah jauh dari tempat yang menurutnya terkutuk itu gadis itu menghentikan aktifitas berlarinya . Nafas gadis itu tersenggal , lututnya kini telah menyeluruh diatas rerumputan.

Gadis itu kembali mengingat kejadian yang beberapa jam lalu ia alami . Disaat tangannya dicekal orang asing , adanya seseorang yang mengikutinya saat di pemakaman dan kemunculan seorang brengsek yang telah berani membuka identitasnya .

Gadis itu merasa tidak asing dengan wajah pemuda itu , pikirannya kembali melayang saat tangannya dicekal . Gadis itu berusaha menghentikan kejadian didalam pikirannya , seperti saat tengah memutar video .

"Arrrgggghhh" teriak gadis itu frustasi hingga suaranya terasa menggema disekitarnya . Gadis itu ingat , dia telah ingat . Wajah yang sama saat di jalan dan ditaman itu .

"Siapa lo sebenarnya hah!?" Teriaknya lagi dengan mengacak rambutnya . Gadis itu tahu bahwa tidak akan ada yabg mendebgar teriakannya . Jacket dan masker yang ia kenakan sedari tadi pun telah hilang entah kemana .

"Gue hanya ingin hidup tenang !" Suaranya terlihat lirih .

"Lo siapaaa hah? Lo br****k , S*tan, b*ngsat !" Gadis itu menaik kan oktaf suaranya dengan umpatan dibelakangnya.

"Ya gue emang B*NGST , S*TAN , DAN BR*NGSK , ucapan lo benar . Gak ada yang perlu di ralat" suara yang dingin ,dan penuh amarah terdengar dari ujung tanah kosong ini.

Gadis itu terkejut , gadis itu merasa usahanya gagal , berlari berpuluh puluh meter demi bersembunyi tapi akhirnya ketahuan. "Sungguh gadis yang malang" peri gadis itu berbicara , seakan mengatakn realita kehidupan gadis itu .

Gadis itu hendak kembali berlari , namun suara seseorang yang menurutnya pemuda itu menghentikan langkahnya .

"Lo nggak usah lari , sejauh mana pun lo berada , gue tetap bisa menemukan lo . Entah itu diujung dunia. Ingat M.E.N.E.M.U.K.A.N" ucapnya dengan menekankan kata menemukan pada kalimatnya.

"Apa yang lo mau hah?" Ucap gadis itu dengan emosi yang telah mencapai puncaknya . Gadis itu berputar putar seakan ia harus kembali menemukan sosok pria brengsek itu.

"Tenang aja , gue gak minta yang aneh aneh , gue hanya pengen jadi TEMAN lo . Itu aja " ucap pemuda itu santai sambil berteriak , agar gadis itu dapat mendengar apa yang ia katakan. Mengingat mereka berada dijarak yang tidak bisa dibilang dekat . Jauh . Seperti ujung pangkal ujung .

Gadis itu mendengus , memutar bola matanya . Memandang rumput itu dengan tersenyum meremehkan seakan pemuda itulah yang akan ia musnahkan .

Pemuda itu merasa diabaikan oleh gadis itu , meskipun dengan jarak yang berjauhan pemuda itu masih dapat mengawasi nya melalui sebuah benda . Ya . Teropong.

Gadis itu memutar arahnya , kembali berjalan meninggalkan tanah kosong itu dengan senyum yang tidak dapat diartikan sama sekali . Senyum yang terasa hanya kalangan iblis lah yang mengetahuinya .

Sementara mata pemuda itu menatap tajam pemandangan yang tersaji di teropong itu , melihat punggung gadis itu menjauh dari tanah kosong itu . Tempat yang pertama kalinya mendengar suara gadis itu . Saat Pemuda itu hendak mengejarnya kembali , dan saat langkah pertama tiba tiba ia mengurungkan niatnya .

"Gadis itu pasti lelah dan haus " batin pemuda itu .

Pemuda itu mulai meninggalkan tanah kosong itu , tidak ada lagi yang perlu ia lakukan disana . Mendengar gadis itu membalas ucapannya pemuda itu sudah sangat bersyukur .

Laisse Moi[edit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang