03. Renjun

106 4 0
                                    

"Mark hyung tunggu," Jaemin berusaha menyamai langkahnya dengan Mark.

Sejak kemarin Mark mendiamkannya, Jaemin memaklumi itu karna ini juga salahnya, faktor tambahan juga bahwa Mark memang seorang yang mudah cemburu.

"Hyung.." cicit Jaemin pelan, matanya berkaca kaca, ia berhenti di tengah‐tengah koridor.

Mark berhenti sejenak sebelum akhirnya berbalik, menggandeng Jaemin lalu membawanya ke ujung koridor yang sepi.

Jaemin menunduk, tangannya saling bertautan, "Maafkan aku, berhenti mendiamiku seperti ini, aku tidak suka hiks,"

Mark menghapus air mata Jaemin, "Aku juga tidak suka kau pergi bersamanya dan melupakanku,"

Jaemin menatap Mark dengan mata yang berkaca‐kaca serta wajah yang memerah, membuat Mark mati‐matian menahan diri untuk tidak mencium kekasihnya itu sekarang juga.

"Maaf, aku benar‐benar ceroboh.." Jaemin kembali menunduk, lantas Mark segera merengkuh kekasihnya manisnya itu.

"sudahlah, lupakan," lantas Jaemin semakin menangis kencang.

"Nana..sudah," ujar Mark.

"A‐aku tidak tau tapi air matanya tidak mau berhenti hiks," Jaemin memberengut lucu.

Mark terkekeh lantas mencuri satu kecupan di bibir Jaemin mengundang tatapan yang menurut Mark sangat menggemaskan itu.

"Bisa bisanya kau! aish aku kesal denganmu!," ujar Jaemin lantas berlalu dari sana.

Mark terkekeh, "Kenapa sekarang jadi kau yang merajuk?" lantas berlari menyusulnya.

Tanpa mereka ketahui bahwa seseorang menatap mereka sedari tadi dengan tatapan tajam.

"Aku akan menghancurkan hubunganmu Lee"


________


Jeno memasuki rumahnya, rumahnya terasa sepi karna beberapa maid memang di liburkan selama beberapa hari, tapi dengan ada atau tiada nya maid tetap saja rumahnya terasa sepi.

Lantas Jeno berjalan memasuki kamarnya di lantai dua, melempar tas nya ke meja belajarnya, segera berbaring di kasur nyamannya.

Hari yang membosankan bagi Jeno, apalagi setelah melihat Jaemin selalu bersama Mark tadi.

"sialan kau Mark Lee, aku bersumpah akan merebut kekasihmu"

Tiba‐tiba ponsel di saku nya bergetar menandakan panggilan masuk, terdapat nama kekasihnya disana, Jeno dengan cepat mengangkatnya.

"Hmm ya?"

"Jeno-ya, kenapa belum sampai? aku mencarimu,"

Lantas Jeno memukul dahinya, bisa bisanya ia lupa menjemput kekasihnya di bandara.

"Oh astaga, maaf jun aku akan segera kesana,"

"Huh kau menyebalkan, baiklah"

"Baiklah sampai nanti," lantas mengakhiri panggilan itu, dengan cepat Jeno berganti baju segera keluar kamar.

Jeno menatap sekeliling, ayahnya itu pasti belum pulang dan ini kesempatan Jeno guna mengambil kunci mobil.

Jeno memasuki kamar ayahnya, mendekati lemari yang terdapat disana, lantas segera membukanya.

"Dimana ia menyimpannya?" Jeno mencoba membuka laci, terdapat kunci mobilnya dengan segera ia mengambilnya, atensi Jeno teralihkan terhadap sebuah foto di dalam laci, ia mengambil foto tersebut.

Terdapat dua lelaki disana yang ia ketahui salah satunya adalah ayahnya, dan juga dua anak kecil yang masing masing berada di gendongan kedua lelaki itu, Jeno mengernyitkan dahi membalik foto tersebut ternyata terdapat nama di baliknya.

"Jung Jaehyun.., Jung Taeyong.., Jung Minhyung.., Jung Jeno.." gumamnya.

"Apa ini?" Jeno benar benar tidak faham apa ini, ia mengacuhkan foto tersebut lantas memasukkan nya kembali ke laci tersebut, segera menutup lemari milik ayahnya, ia harus cepat keluar.

Dengan cepat Jeno keluar tidak lupa menutup pintunya kembali, berjalan menuruni anak tangga, lantas menuju bagasi segera mengemudikan mobil sport nya menuju bandara.

.
.
.

Jeno mengedarkan pandangannya ke sekeliling guna mencari kekasihnya, "JENO! DISINI!" atensinya teralihkan kepada pemuda manis yang tersenyum melambaikan tangan ke arahnya, Jeno tersenyum tipis segera mendekatinya.

"Kenapa lama sekali? aku lelah tau" pemuda tersebut mengerucutkan bibirnya lucu.

"Maaf aku lupa Renjun-ah"

"Baiklah tak apa, ayo" lantas mereka pergi dari sana.

💬💬💬


"Oh astaga aku sangat merindukanmu," Renjun menyandarkan kepalanya di pundak Jeno.

"Kau juga merindukanku bukan?"

"Hmm ya.. aku merindukanmu, kenapa sangat lama?" pandangan Jeno tetap fokus ke jalanan.

"Hahaha aku hanya pergi sebulan saja Jeno‐ya, itu juga karna permintaan nenek ku yang sakit dan minta ditemani, kalau tidak aku tidak akan pulang ke China" Renjun memejamkan matanya.

"Baiklah, tidurlah nanti akan ku bangunkan"

"Hmm.. Yaa"

Sesampainya mereka di kediaman Renjun, Jeno membangunkannya, "Renjun bangunlah, sudah sampai" Jeno menepuk pipi Renjun.

"Hngg, sudah sampai? Baiklah" Lantas ia segera turun dari mobil menunggu Jeno mengeluarkan barang barangnya yang terdapat di bagasi.

"Ayo masuk" ucap Renjun, Jeno hanya mengangguk segera ia menyeret koper milik kekasihnya itu.

"BABA? MAMA? RENJUNIE PULANG"

"Oh astaga sudah pulang? kemarilah Mama sangat merindukanmu" Renjun berlari kecil lantas memeluk mama nya.

"Terimakasih, Jeno" ucap Lucas kepada Jeno dibalas anggukan oleh pemuda tersebut, "Tidak masalah paman, Renjun aku akan pulang, istirahatlah besok aku akan menjemputmu"

"Baiklah, sampai jumpa di sekolah Jeno‐ya"

"Aku pergi dulu paman" Jeno membungkuk sopan lantas keluar dari kediaman Huang tersebut.




.
.
.
.
.
.

TBC.

ENEMY BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang