Langit mendung dan hujan turun dengan derasnya membasahi kota Seoul. Beruntung Yuna bertemu dengan Jisung hendak melintas menuju ke jalanan tanpa ada orang memimpinnya. Dan sekarang, suhu udara di dalam toko serba ada itu cukup menusuk kulitnya, dingin.
Yuna sudah menawarkan berbagai macam meminta pemuda itu masuk ke dalam mobil tetap ditolak mentah-mentah, dengan berat hati Yuna mengikuti setiap kata Jisung dan ya-mereka berada di toko serba ada dipantau oleh orang bawahan sang ayahnya.
"Hati-hati," tegur Yuna menggeser mi instan pada lelaki tersebut mencoba meraba benda itu justeru sang hawa memegang tangannya untuk menggapai mi instan tersebut. Lembut, satu kalimat berada di benaknya.
Yuna tersenyum meski Jisung tak bisa melihat senyuman hangatnya itu. Masing-masing berada di akal pikiran mereka, atau lebih tepatnya melamun. Yuna menopang dagunya, mengerling laki-laki yang terus menatap lurus ke depan.
Entah setiap kali Yuna melihatnya, hatinya tenang. Bahkan masalahnya tadi pun menghilang, apakah lelaki itu malaikat menyembuhkan lukanya. Yuna mengerjap setelah kepala pemuda itu berputar padanya. "Jangan melirikku terus."
Oh, bagaimana dia tahu?! Yuna merapatkan bibirnya, dia merasakan kehangatan setiap sisinya, tak hanya itu, pipinya terasa panas sekali.
Dan manik indahnya kembali guna melirik lelaki itu yang membuka penutup mi instan, Yuna ingin bantu tetapi penutup itu sudah terbuka dan Yuna mengurungkan niatnya. Dia juga membuka penutup mi instannya.
Hanya beberapa orang di dalam toko tersebut, yang lain setelah membeli barang langsung keluar tidak ada tinggal menunggu hujan mereda, mereka mengejar waktu, atau terlambat datang ke suatu tempat-Yuna tidak tahu.
Hembusan tiupan dari bibir nipis sang adam terdengar jelas memenuhi ruangan itu, dan Yuna layaknya seperti anak kecil mengikuti setiap langkah sang adam.
Yuna sebenarnya ... pertama kali berada di toko serba ada ini, itupun Jisung ada, dia akan mengikutinya. Meski pertama kali, setidaknya itu merupakan pengalaman pertamanya.
Yuna selalu sarapan pagi di rumah atau makan di dalam kelas dengan bekal dibuat oleh pembantunya. Katanya, dia dalam bahaya jika ia keluar sendirian tanpa ada orang mengawasinya.
Saat pertama kali melahap mi instan itu, mata Yuna melebar, seutas senyuman lebar muncul. "Wah, ini sungguh enak!"
"Sudah aku katakan, makanan di sini semuanya enak," komentar Jisung kembali memasukkan mi ke dalam mulutnya.
Yuna tak menyahut-; terlalu sibuk akan memakan makanannya hingga tanpa tersisa. Ia kemudian meraih sebotol mineral dan meneguknya. Dia merasa kenyang, berkat Jisung lagi, dia mencoba hal-hal baru ia ketahui. Dia menoleh samping, menggeser tubuhnya pada lelaki itu untuk menyeka sisa mi di bibirnya.
Jisung tertegun dan perlahan menoleh ke samping, meski dia tidak bisa lihat, hembusan napas Yuna buat dia bisa merasakan mereka berdua terlalu dekat. Yuna mengunci matanya, memerhatikan betapa indahnya paras rupa sang adam buatnya bercuit seketika.
"Y-Yuna ..."
"Ah, maaf!" Yuna secepat mungkin mundur tubuhnya, mengigit bibir bawahnya saat darahnya menindih meningkat memerahkan wajahnya sekarang. Yuna menepuk dahinya, kemudian menutup wajahnya dengan malu.
;
"Tanganmu, kemari." Yuna menggenggam tangannya erat, seiring langkahan kaki melangkah menuju ke sesuatu tempat begitu ketukan tongkat kayu terdengar.
Setelah hujan mereda, orang bawahan mengajaknya pulang dan Yuna bersikeras ingin meluangkan waktunya bersama Jisung. Bahkan sekarang mereka kabur pun mereka mengawasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain, Umbrella And You • Jisung Yuna ✓
Fanfic[selesai] ❝Permisi, bisakah aku menumpang sekali?❞ - RAIN, UMBRELLA AND YOU Karya Theonives © 2022