Asing

2.1K 197 2
                                    


Namanya Nattael Aporsh, panggilannya Tuan Muda Apo. Pria berkulit tan bersih yang kini tengah berdiri dengan sorot mata kesedihan. Tangannya mengusap pelan pajangan foto didepannya. Senyumannya yang tersimpan banyak kesedihan muncul saat tangannya berhenti pada foto seorang pria bermata sipit dengan senyuman khas menatap kearahnya.

Apo mengambil salah satu bingkai foto yang dimana menampilkan dirinya tengah menyuapi buah cherry kepada pria bermata sipit yang memandangnya dengan senyuman khas yang akan selalu ia ingat itu.

"P'MILE...P'MILE...CHERRY...CHERRYY..."

"AAAA.."

"AAAA..."

"Chup.."

"P'MILEEEE."

Moment saat foto itu diambil muncul dengan jelas dibenak Apo, bagaimana ia yang dengan semangatnya memanggil pria bermata sipit yang ternyata bernama Mile itu untuk menunjukkan betapa besar buah cherry yang berada ditangannnya.

Apo meletakkan foto itu lalu mengambil foto lainnya yang Kali ini, menampilkan dirinya yang tengah tertidur di paha Mile dan Mile yang tengah fokus pada tabletnya.

"Aku tidak keberatan."

"Hm?"

"Aku tidak keberatan P' selalu bekerja di sela kencan kita."

"Apo." 

"Tidak-tidak, jangan meletakkan tabletnya. Aku benar-benar tidak masalah."

"Bukannya kamu sedang menyindir?"

"Aku? TIDAKKK."

"Maaf."

"P'Mile cium dulu."

"Chup."

Tangan yang awalnya tenang, kini  mulai  bergetar. Air mata yang awalnya tersembunyi kini mulai bermunculan bersamaan dengan memory yang terus menerus muncul kepermukaan.

Apo mengembalikan foto itu dengan perlahan, takut-takut jika tangannya yang kini bergetar hebat dapat menghancurkan bingkai foto.

"AAAAAAAAAA"

"AAAAA"

"AAAA....HIKSSS...HIKSS....HIKSS.."

"Bagai...mana....HIKSS...HIKSS...aku...bisa...kehilanganmu..."

"Bagaimana....AAAAAA..."

"BRUK.."

"PENJAGA...PENJAGAAA..."

"PENJAGAAA...TOLONGGG...TUAN MUDA APOO..."

Beberapa bodyguard yang tengah berjaga didalam rumah seketika berhamburan memasuki ruangan yang dimana  Apo berada. Mereka menemukan Mbok Rahmi yang kini tengah menompang kepala Apo didadanya dengan panik.

"TUAN.."

"TUAN.."

🤟🏻

"Apa yang terjadi?" Tanya seorang pria kepada salah seorang bodyguard yang tengah berdiri dengan panik di pintu belakang rumah.

"Tuan muda pak." Ucap sang bodyguard dengan nada panik.

"Kenapa dengan tuan muda?" Tanya si pria dengan tidak sabar.

"Pingsan pak." Tanggap si bodyguard dengan raut wajah prihatin.

"Em, kamu berjaga disini bersama Tony." Perintah sang pria meninggalkan seorang bodyguard yang sejak tadi ternyata berada dibelakangnya.

"Baik pak." Balas Em sigap dan berjalan ke arah Tony, si bodyguard yang tadi menjawab pertanyaan atasannya.

🤟🏻

"Bagaimana dokter?" Tanya seorang wanita paruh baya dengan khawatir kepada dokter yang kini tengah memeriksa Apo.

"Sejak dulu saya sudah sarankan untuk Tuan Muda Apo pergi berkonsultasi." Ucap sang dokter sambil menggantungkan stetoskopnya dileher setelah selesai memeriksa Apo.

"Anda tau sendiri bagaimana Tuan Muda." Balas wanita itu semakin khawatir.

"Mbok Rahmi, apakah obat yang saya berikan sudah anda masukkan kedalam makanan tuan muda?" Tanya si dokter kepada wanita paruh baya yang ternyata bernama Mbok Rahmi itu.

"Sudah dok." Balas Mbok Rahmi cepat.

"Bagaimana tuan muda?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba muncul diantara Mbok Rahmi dan si dokter.

"Ruangan ini adalah patah hati terbesarnya, dia tidak akan bertahan jika dia masih berada di ruangan ini." Ucap si dokter tidak menjawab pertanyaan si pria.

"Tuan Muda Apo tidak akan membiarkan siapapun mengunci kamar ini." Tanggap sang pria sambil mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan yang penuh akan bingkai foto Apo dan Mile.

"Kita semua tau bagaimana Tuan Muda Apo mencintai Tuan Mile." Ucap Mbok Rahmi dengan nada sedih.

"Dan kita juga tau bagaimana Tuan Mile mencintai Tuan Muda Apo." Sambung si pria.

"Kita semua tau bagaimana Tuan Mile menyerahkan hidupnya, dan kini Tuan Muda Apo melakukan hal yang sama." Ucap Sang dokter menatap Apo yang tengah tertidur damai.

"Hikss...Hiks.." 

"Mbok." Panggil sang pria sambil mengusap lengan Mbok Rahmi yang mulai menangis.

"Mbok merawatnya sejak ia kecil, mbok mengenalnya lebih dari orang tuanya sendiri. Saat jatuh cinta, mbok adalah orang pertama yang ia beritahu. Tuan Muda Apo sangat bahagia, dia sangat bahagia saat bersama Tuan Mile. Kehadiran Tuan Mile benar-benar mengubah Tuan Muda Apo.  mbok tidak tahan melihatnya seperti ini..hiks...hiks..mbok sudah menganggapnya sebagai anak mbok sendiri....hiks..mbok tidak bisa melihatnya hancur seperti ini..hiks..." Ucap Mbok Rahmi menatap Apo dengan sedih.

"Mbok, dia akan kembali. Tuan Mile tidak akan senang melihat Tuan Muda Apo seperti ini. Tuan Muda Apo akan kembali seperti dulu, dia akan baik-baik saja mbok." Ucap si pria menenangkan Mbok Rahmi.

"Bagaimana dia bisa kembali baik-baik saja disaat dunianya sudah tidak ada lagi?." Imbuh sang dokter dengan tatapan yang sulit diartikan kepada Apo.

"Dokter Earth." Tegur sang pria.

"Anda mungkin tidak merasakannya Pak Vegas, karena pete masih ada didalam dekapan anda. Kehilangan seseorang yang merupakan dunia bagi orang yang dia cintai itu berat." Ucap dr. Earth dengan tatapan dingin kepada pria yang ternyata bernama Vegas itu.

"Saya  pamit undur diri." Pamit dr Earth.

"Tuan Earth, mbok rasa selain seorang dokter, Tuan Muda Apo juga butuh sosok abangnya. Pulanglah. Mungkin seorang abang lebih baik daripada seorang psikolog." Ucap Mbok Rahmi menghentikan langkah dr Earth yang sudah hampir mencapai pintu kamar.

"Saat itu, bukan salah Tuan Muda Apo. Saat itu dia hanyalah anak remaja yang masih bergantungan dengan abangnya. Dia sama sekali tidak tau bahwa dr Mix akan.."

"Mbok, saya tidak pernah menyalahkan Apo. Karena kejadian itu adalah salah saya." Potong dr Earth dengan menantap lantai berusaha menahan bulir-bulir air mata yang mulai bermunculan.

"Luka saya mungkin lebih lama dari Apo, tapi saya belum sembuh mbok. Rumah ini adalah saksi dari banyaknya memory. Saya masih belum bisa bernafas dengan baik setiap kali saya kembali mbok. Saya Pamit." Lanjut dr Earth lalu berlalu dengan cepat meninggalkan mbok rahmi dan Pak Vegas yang kini menatapnya dengan iba.

"Mbok." Panggil Pak Vegas kepada Mbok Rahmi.

"Mbok baik-baik saja." Ucap Mbok Rahmi meninggalkan kamar Apo dengan wajah yang sedih.



Back To UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang