~02~

16 3 1
                                    

"Reno! Lo apain HP gue anjir?"

"Maap jen, gue ga sengaja sumpah" ucap Reno sambil mengangkat kedua jarinya membentuk tanda piece.

"HP gue rusak anjing! Dan juga, bisa stop panggil gue jen? Panggil gue Jey!" zenjey menatap Reno kesal. Gimana ga kesal coba kalo HP nya di Cemplungin ke bak mandi?

Reno tersenyum lebar "Selow bos kuh, nanti kita beli lagi ya.Tapi pake duit lo"

"Dahlah, lo emang anjing"

Azka hanya menyimak pertengkaran kedua temannya itu. Setelah dari rumah Adira ia langsung bergegas pulang ke apartemen, fyi Azka memang tinggal di apart. Dan apartement nya ini sering di jadikan tempat kumpul Teman-temannya, seperti sekarang ini.

"Azka, lo tadi dari mana?" tanya Reno.

"Dari rumah ayang lah! Pake di tanya" bukan Azka yang menjawab, melainkan Jey.

"Emang iya, ka?" Reno menuntut jawaban azka.

"Iya" jawab azka

"Tumben banget, biasanya kan lo paling males berurusan sama cewe. walaupun cewe itu tunangan lo"

"Terserah Azka lah! Cerewet amat" celetuk Jey.

"Dih lo masih marah sama gue? Ngambekan kek cewe" balas Reno.

"Tapi kalo kata gue, mending lo jangan terlalu cuek deh sama Dira. Dia itu cantik, sopan dan ga pernah macem-macem. Dia juga tetep sabar kan, ngadepin sifat lo yang kaya triplek ini? Kalo dia mau, dia bisa aja cari cowo lain yang lebih menghargai dia."

Jey sempat melongo mendengar ucapan Reno, tumben banget omongannya bener "Gue setuju sih, apa yang di omongin Reno emang bener Ka. Kita cuma ga mau lo nyesel nantinya."

Azka diam sambil memikirkan ucapan sahabatnya. memang benar, selama ini Dira tak pernah menuntut hal yang merugikannya, Dira juga selalu sabar menghadapi sikap nya. Dira juga masih mau mempertahankan per- tunangan mereka walaupun Azka tau Dira belum mencintainya.

"Apa gue keterlaluan ya?" Tanya Azka.

"Iya!" ucap Reno dan Jey bersamaan.

"Hargai selagi ada, bos!"

****

Dinginnya angin malam tak membuat Azka beranjak dari tempatnya. Ia sedang berada di balkon kamarnya, dengan ditemani segelas kopi.

Ucapan kedua sahabatnya tadi mengganggu pikirannya. Apa lagi ucapan Reno yang mengatakan jika Adira mau mencari pria lain yang bisa menghargainya.

"Gue kenapa sih?" Tanya Azka pada dirinya.

Azka merasa aneh pada dirinya sendiri, ini pertama kalinya ia memikirkan tentang Adira.

Pandangan Azka jatuh pada ponsel yang berada di sampingnya. Ia pun memainkan ponsel itu, setelah bergulat dengan pikirannya, Azka memutuskan untuk menghubungi Adira.

"Hallo?" ucap Adira ketika panggilan tersambung.

"Kenapa Nio?" tanya Adira karna Nio tak kunjung bicara.

"Lagi apa?" Azka merutuki dirinya, kenapa pake tanya gitu sih!

"Ngerjain tugas"

"Oh, Besok sibuk?"

"Engga, kenapa emang?" Tanya Adira penasaran.

"Kerumah gue! Bunda nanyain lo" ujar Azka cepat, sebenarnya ini hanya alasannya saja.

"Oke deh"

"Hm, good night" Ujar Azka sebelum Azka mengakhiri sambungan telepon.

***

Tepat pukul 06:05 Adira telah bersiap untuk berangkat sekolah.

Ia tersenyum di depan cermin, memperlihatkan wajahnya yang cantik. Tak mau membuang waktu, Adira melangkahkan kakinya menuju ke meja makan.

"Morning ma" sapa Adira ketika melihat mamanya sudah ada di meja makan.

"Morning, sayang" balas Desi, mama Adira.

Adira memperhatikan penampilan mamanya yang sudah rapih, "Mama mau berangkat sekarang?" tanya Adira.

"Iya, sebelum meeting mama mau ketemu client dulu" ujar Desi. "Kamu gapapa kan, di tinggal lagi?"

Dira menghela napas, "aku okay, ma."

semalam mamanya pulang, tapi hanya untuk mengambil berkas yang tertinggal. Dan pagi ini sang mama sudah mau berangkat lagi.

Sebenarnya Adira sering merasa kesepian, tapi ia mencoba memaklumi kesibukan orang tuanya.

"Permisi non, di depan ada den Azka" ujar bi Surti memberitahu.

"Azka? Suruh masuk aja bi" balas Mama.

"Baik bu" Belum sempat bi Surti melangkah, Azka sudah berada di ruang makan.

"Pagi ma, apa kabar?" sapa Azka.

"Pagi, alhamdulillah mama baik kamu gimana?"

"Baik juga ma"

"Syukur deh, ayo sarapan bareng" ajak Desi.

"Azka udah sarapan di rumah ma" tolak Azka halus, Desi pun menggangguk mengerti.

"Kamu kok ga ngasih tau kalo Azka bakal jemput?" Tanya Desi pada Adira yang dari tadi hanya menyimak.

Mengerti kebingungan Adira,Azka membantu menjawab. "Azka sengaja ga ngasih tau Dira, ma"

"Oh gitu"

"Yaudah ma, Dira berangkat dulu ya" pamit Adira.

"Ayo nioo" ajak Dira pada Azka.

"Kita berangkat dulu ma, assalamu'alaikum" pamit Azka.

"Iya, Hati-hati. Waalaikumsalam"

Azka dan Adira langsung menuju halaman, tempat mobil Azka berada. Tumben banget bawa mobil, batin Adira.

"Nio, kok lo jemput gue?" Tanya Adira penasaran. Jarang jarang Azka mau menjemputnya.

"Emang salah jemput cewe sendiri?" ucap Azka dengan mengangkat alisnya.

"Cewe?"

"Lo masih tunangan gue, kalo lo lupa" ujar Azka tanpa menoleh ke Dira. Ia tengah fokus mengemudi.

Adira menatap Azka "Sejak kapan lo nganggep gue?"

"Maaf" Azka meresa bersalah pada Adira. Dulu dirinya tak pernah peduli pada Adira, tapi sekarang dia akan berusaha memperbaiki hubungan mereka.

Azka telah menyadari, bahwa ia sebenarnya telah jatuh hati kepada Dira. Maka dari itu, ia tak akan membiarkan Adira mencari pria lain.

"Lo aneh. jangan buat gue semakin berharap, Azkanio."

AZKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang