•••
Drrrtttt ...
Ponsel berlogo apel yang tergeletak di atas laci berdering beberapa kali. Dengan segera sebuah tangan kekar mengambil dan mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?"
"Halo, Ran! Gue Carlos. Gue sama yang lain udah satu jam nungguin lo di bawah."
"Terus?"
"Lo turunlah temuin kita. Buruan!"
"Gak sopan nyuruh-nyuruh saya kayak gitu!"
"Ya siap salah, maaf."
Tuttt tuttt ...
Ran memutuskan panggilan.
Masih dengan wajah-wajah bangun tidur, Ran berjalan ke kamar mandi.
Tak butuh waktu lama, Ran sudah siap. Ia memakai pakaian seragam sekolah yang terlihat begitu rapih dan segera menemui teman-temannya.
"Gercep banget lo, Ran."
Ran tidak bergeming, ia hanya tersenyum kecil. Cuman saking kecilnya senyuman itu sampai tidak kelihatan sama sekali.
"Salut gue. Padahal baru aja tadi gue telepon, tapi gak sampe lima belas menit udah di sini aja."
Yaiyalah, mereka gak tau aja kalau Ran tadi hanya mencuci muka dan gosok gigi alias enggak mandi.
"Ya udah sebelum pergi, lo gak ada yang ketinggalan kan, Ran?"
Ran bergeleng. "Cabut sekarang!" Perintahnya.
"Let's go, komandan!"
☁️☁️☁️
Satu persatu anak tangga Rein lewati. Menghampiri sang mama yang sedang sibuk memasak di dapur."Selamat pagi, Ma!"
Rina menengok pada sang putri. "Pagi, anak mama yang paling cantik!"
"Rein berangkat sekarang ya, Ma?"
"Gak mau sarapan dulu? Mama udah masak nasi goreng lho ini."
"Di bekel aja deh, Ma. Nanti aku makan di mobil bareng sama Deon." Kata Rein.
"Ya udah. Mama siapin dulu."
Sembari menunggu Rein berjalan ke arah kulkas, membuka dan melihat isinya.
Terlihat banyak sekali susu kotak berjejer memenuhi sebagian isi kulkas. Hal itu membuat Rein tersenyum lebar.
Wah, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Rein pun mengambil dua susu kotak rasa strawberry kesukaannya dengan antusias.
"Kamu itu minum susu terus gak bosen apa? Mama aja yang liatnya bosen." Ucap Rina.
"Lagian salah mama juga sih, sedia-in susu mulu di kulkas. Ya udah tiap hari Rein minum aja, kan mubazir kalo gak ada yang minum."
"Iya deh. Tuh bekalnya udah mama taruh di atas meja makan. Kamu ambil aja ya, sayang."
"Makasih, Ma." Balas Rein sambil berpamitan lalu sekilas mencium pipi sang mama.
"Iya, hati-hati di jalan. Bilang sama Deon gak boleh ngebut-ngebut."
"Siap, Ma!" teriak Rein sambil berjalan keluar dari rumahnya.
☁️☁️☁️
Gerombolan motor sport, pengendara berjaket hitam dengan logo dua belah sayap di dada kiri dan tulisan Amoran di belakangnya, memasuki gerbang depan SMA Cakrawala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Polarlicht
Teen Fiction"Kamu itu persis seperti Aurora. Indah, menakjubkan namun sulit untuk saya dapatkan." -Ran Abizar Pratama ____________________________________________________ Note: Cerita ini murni dari pemikiran saya. Jika terdapat kesamaan nama, tokoh atau latar...