2.

719 109 7
                                    

"Bawa barang secukupnya saja", titah seorang pengawal klan hybrid kepada Wooyoung.

Hari ini, ia akan dibawa pergi. Entah kemana masih belum pasti. Yang si Jung tahu, ia akan diobati agar heat yang seharusnya dia alami cepat datang. Sebenarnya, ada perasaan mengganjal dalam hatinya. Namun apa daya, dia tidak mungkin membantah.

Dalam sebuah tas kain berwarna cokelat milik mendiang ayahnya, dia hanya membawa sebuah mantel, sebotol air, tiga buah roti isi daging, dan sebuah senter.

Pemuda Jung itu takut kegelapan, makanya senter adalah hal yang akan selalu berada dalam tasnya saat bepergian.

"Woo-ya.."

Panggilan itu memenuhi telinganya, sang sahabat berdiri di depan pintu rumahnya. Terlihat dengan raut wajah yang... suram.

"Masuklah, Jun-ah"

Tungkai panjang itu memasuki rumah Wooyoung, Yeonjun mendekati pria yang lebih mungil, tangannya terkepal menyodorkan sesuatu untuk sang sahabat.

"Woo-ya, peganglah ini bersamamu sampai kau kembali", sebuah kalung berliontin kristal berwarna biru yang Wooyoung tahu selalu dipakai Yeonjun, kini ada didepannya.

"Kenapa kau memberikan ini padaku? Bukankah ini penting untukmu?", tanya Wooyoung bingung.

Yeonjun menggeleng, "ini kalung pelindung dari ibuku. Aku ingin kau menjaganya sampai kita bertemu kembali. Berjanjilah kau akan kembali dengan cepat dan selamat, ya?", kedua lengan Yeonjun melingkari leher Wooyoung dan memakaikan kalung itu ke lehernya.

"Aku janji, Jun-ah. Akan ku kembalikan secepatnya", ujar Wooyoung dengan anggukan pelan.

Keduanya berpelukan dan menghabiskan waktu sampai siang hari, hingga Wooyoung dipanggil oleh para pengawal untuk segera meninggalkan pemukiman packnya.

🐾🐾🐾🐾

"Aku tidak mengerti apa guna seorang omega jika tidak bisa menghasilkan keturunan?"

"Sama saja menjaga sesuatu yang tidak berarti"

"Bagaimana dia masih punya muka dalam pack?"

"Aku kasian pada siapapun yang jadi matenya"

Bisikan-bisikan itu telah Wooyoung dengar sejak ia berangkat dari rumahnya. Mereka semua dalam mode serigalanya. Tiga alpha, dua beta, dan ia sendirian sebagai Omega.

Ia mencoba menulikan telinga, masabodo apapun yang dikatakan mereka. Toh, katanya ia akan mengunjungi seorang tabib, kan? Orang-orang akan berhenti menggunjingkan dirinya, kan?

Setidaknya begitulah harapannya.

Pikirannya melayang jauh membayangkan para warga yang akan menyambutnya jika ia berhasil menjadi omega seutuhnya cukup menghangatkan hatinya. Hanyut dalam pikirannya, ia melihat semua anggota berhenti berjalan.

"Sudah 3 jam, langit mulai gelap. Kita istirahat disini"

Usai sang pemimpin kelompok mereka berkata, semuanya langsung merubah wujud ke dalam mode manusianya dan memakan bekal mereka.

Wooyoung duduk di sebuah akar pohon beringin raksasa, memakan satu roti dagingnya dan menyimpan kedua lainnya untuk besok, takut perjalanan masih panjang. Dari mata almondnya, ia melihat para alpha dan beta asik bercengkerama, menyisakan dirinya yang tidak pernah diajak bicara.

Sembari mengunyah, pria mungil itu menatap sekeliling. Hanya ada hamparan pohon sejauh matanya memandang. Ia tidak yakin bisa kembali ke packnya jika hanya seorang diri, ini sudah sangat jauh.

Sudah sejam mereka habiskan untuk duduk beristirahat. Matahari mulai terbenam, membuat langit kian temaram. Lima orang yang mengawal Wooyoung berkumpul dan membicarakan sesuatu dengan serius. Hingga 10 menit kemudian mereka mulai bersiap-siap.

Melihat itu, si Jung juga berdiri dan merapikan pakaiannya. Namun seorang beta menghentikan gerakannya.

"Wooyoung, ini sudah hampir larut, kami para beta akan mencari kayu bakar, para alpha akan berburu. Kau jaga tempat ini saja", ujarnya.

Omega itu memiringkan kepalanya bingung, "T-tapi, bagaimana jika ada rogue disini? Aku hanya sendirian", jawab Wooyoung cemas.

"Kau tidak bisa berburu, jadi tunggulah disini. Kau hanya akan jadi beban jika ikut dengan kami", ucap seorang alpha dengan kasar bahkan tanpa menoleh ke arah Wooyoung.

Si Jung menundukan kepala, rasa sedih itu kembali menghampiri saat dirinya disebut 'beban'. Akhirnya, ia mengangguk pelan. Pasrah saja dengan semua keputusan.

"Jangan kemana-mana"

Itu adalah kalimat terakhir sebelum mereka semua meninggalkannya di tengah hutan. Sendirian.

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Clang!

"Pangeran aku—"

Clang!

"Hei—"

Clang!

Wush!

"Kau mau membunuhku atau apa?!"

Teriakan Mingi mengundang tatap tajam dari sang putra mahkota. Ia menatap tangannya yang kosong karena pedangnya terlempar jauh akibat ulah sang pengawal.

Ia masih dalam mood yang buruk setelah percakapannya dengan sang ratu tadi malam. Ia memang pemarah, namun tidak ada yang mampu membuatnya lebih marah ketimbang pembahasan tentang masa lalunya.

Arin.

Gadis omega yang pernah dan masih mendiami hatinya.

Perempuan omega yang berhasil merebut atensinya itu adalah satu-satunya orang asing yang berhasil membuat San tergila-gila padanya.

Sejak awal, Alpha Choi tahu bahwa mereka berdua bukanlah mate. Tidak ada Soulmate tattoo yang timbul meski mereka telah berada dekat selama berbulan-bulan.

Namun keduanya merasakan hal yang sama. Mereka jatuh cinta, dalam waktu dan tempat yang tidak seharusnya. Keduanya tahu akan ada resiko jika melanggar takdir. Tetapi mereka nekat.

Hubungan keduanya ditentang setelah Arin dan San mengalami sakit luar biasa yang membuat keduanya harus dirawat berminggu-minggu akibat pendarahan hebat. Kemudian, keduanya dipisahkan.

Berkat bantuan tetua disana, Arin dipertemukan dengan matenya yang berasal dari pack lain. Sementara San harus merasakan sakit dan pahitnya sendirian karena sang tetua tidak mampu menemukan matenya.

San berjalan ke arah pedangnya yang menancap di tanah dan memasukannya kembali ke sarung pedangnya.

Bisa San rasakan sebuah tepukan pelan di bahunya.

"Kau tahu, aku tidak memihak ratu, namun kupikir itu agak wajar jika ratu terus mengungkit mengenai kapan kau akan menikah. Beliau sudah tua dan kau akan segera naik tahta. Tanpa seorang mate disisimu, resiko kudeta juga akan semakin besar, San", jelas Mingi.

"Aku tahu. Tapi kalau aku memang belum menemukan mateku, apa yang harus kulakukan?", suaranya terdengar frustasi walau wajahnya tanpa ekspresi.

"Kau tidak berusaha keluar dari sini. Besok ikutlah aku berburu ke hutan barat, Tuan Kim bilang ada rubah yang mengganggu hewan ternaknya"

San menatapnya aneh, "sungguh? Kau menyuruh seorang calon raja untuk mengurus hewan ternak?"

"Buang sifat sombongmu dan carilah hiburan!"

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Thanks for reading, sorry for any mistake(s) and typo(s), have a great day!❤

The Howling; SanWooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang