5.

961 131 30
                                    

Ini agak singkat, but kalo dibablas takut kepanjangan dan ngebosenin. So i wish you'll enjoy this!

🐾🐾🐾🐾🐾

Tanpa terasa, seminggu berlalu begitu cepat tanpa Wooyoung sadari.

"Begini, Woo. Kau geser sedikit siku-mu agar tidak kena talinya. Kemudian, setelah kau yakin dengan arah sasaran, lepaslah", ujar Mingi di belakang Wooyoung.

Alpha bertubuh besar itu sedang mengajari si omega cara memanah dengan benar. Terlihat lucu karena tubuh besar Mingi seperti menenggelamkan Wooyoung di depan tubuhnya.

Woosh!!

Anak panah itu melesat tepat ke papan targetnya.

"Wah!!", pekik Wooyoung senang.

"Haha bagus! Kau cepat mempelajarinya, Woo!", puji Mingi sambil mengusak pelan rambut Wooyoung.

Senyuman manis terukir di wajah Wooyoung, "terimakasih, Mingi!"

Dari jauh, San menatapi keduanya dari pelataran istana.

Selama seminggu si omega disini, ia merasa suasana istana jadi lebih hidup. Ibunya juga semakin sering tertawa. Hal yang sudah lama tidak ia lihat, karena peristiwa San dan Arin jadi salah satu penyebabnya.

San mulai memikirkan penobatannya yang hanya tinggal beberapa hari, ia pikir tidak ada salahnya jika Wooyoung benar-benar matenya.

Pribadinya baik dan menyenangkan, dia juga seorang pemikir cepat dan penyelesai masalah yang cukup handal, berani, juga dari kemanpuan klan hybridanya yang kemungkinan akan turun ke penerusnya nanti. Kerajaannya akan semakin lebih kuat.

Ia hanya butuh keturunan, seperti yang sang ratu inginkan.

Sayangnya, yang mengetahui kalau Wooyoung adalah seorang late bloomer hanyalah sang ratu.

🐾🐾🐾🐾🐾

San bangun dari bathtub nya. Seharian berkeliling istana dan ikut rapat dengan tetua klan membuatnya lelah dan memutuskan untuk berendam dengan air hangat. Dan telah jadi sebuah kebiasaan baginya untuk menatap bayangannya di cermin sebelum berpakaian.

Namun ia menyadari sesuatu, ada sebuah tulisan di paha kanannya. Dia berjongkok untuk memastikannya.

'Amicus ad Aras?', bacanya dalam hati.

Inikah tato yang jadi penanda matenya?

Bergegas ia berpakaian dan merapikan penampilannya. Ia lalu berjalan menuju kamar Wooyoung.

Ya, hanya omega itu yang hadir dalam benaknya.

Tok! Tok! Tok!

"Wooyoung, kau di dalam?", panggil San. Tangannya mengetuk-ngetuk pintu kamar si omega.

Klek!

"Ada apa, yang mulia?", si mungil muncul dari balik pintu dengan hanbok putihnya, rambutnya tergerai indah membingkai wajah.

Kecantikan Wooyoung sejenak membuat San terpana, sampai sang pangeran menggelengkan kepala.

"I-itu, aku bukan bermaksud kurang ajar. Anu.. Em.. bisakah aku memastikan sesuatu?"

Wooyoung terlihat bingung namun tetap mengiyakan.

"Bisakah aku mengecek kaki kananmu?"

"H-hah?"

Wooyoung sedikit membulatkan matanya, yang mulia secara tidak langsung memintanya membuka pakaian?!

San yang menyadari kalimatnya begitu ambigu langsung melambaikan tangannya di depan wajah Wooyoung.

"M-maksudnya kau mengeceknya sendiri! Maaf jika terdengar aneh. Tapi tato mateku baru muncul hari ini, desa ini juga belum menerima tamu asing selain dirimu. Jadi, aku minta tolong, hanya untuk memastikan", jelas San dengan sedikit panik.

Wooyoung terlihat menghela napas dan mengangguk pelan, "baiklah, aku akan ke ruang ganti dulu. Yang mulia duduklah dulu", omega itu bergeser dan memberi jalan kepada sang pangeran.

Akhirnya San masuk ke kamar si omega, duduk di sebuah zabuton yang berada tak jauh dari tempat tidur. Sembari menunggu si mungil, ia menikmati sebuah aroma yang melekat di ruangan ini. Feromon Wooyoung.

Omega itu memiliki aroma yang didominasi chamomille dan sedikit aroma teh hijau. Harumnya menenangkan. San sendiri memiliki feromon yang didominasi aroma cendana(sandalwood) dan sedikit bercampur dengan kayu manis.

"Yang mulia?"

Panggilan itu menarik perhatian San.

"A-aku.. memilikinya. Itu bertuliskan Amicus ad Aras, benar?", omega itu menatap lekat sang alpha penasaran.

San mengangguk, kemudian ia membuat isyarat tangan agar Wooyoung duduk di zabuton yang ada di hadapannya. Sekarang, keduanya hanya dipisah sebuah meja kecil.

"Begini, penobatanku akan dilakukan dalam beberapa hari, kau tahu pasti aku membutuhkan seseorang di sisiku sebagai permaisuri atau kanselir kan?", San menatap Wooyoung serius.

"I-iya..", Wooyoung terbata-bata karena mereka belum pernah bicara sedekat ini sebelumnya.

"Kau pasti sudah dengar dari Mingi bahwa aku pernah memiliki seseorang yang kucintai di masa lalu.. Jadi aku ingin membuat kesepakatan denganmu", San meletakan kedua tangannya di meja, "sekarang kita adalah mate, itu menguntungkan bagi kita berdua. Aku butuh pasangan dan kau butuh tempat tinggal, benar?"

Wooyoung mencerna tiap kata yang lolos dari mulut sang putra mahkota, "maksudnya.. Yang Mulia akan menikahiku?"

San menjentikan jarinya, "tepat sekali. Kita bisa bekerja sama untuk membuat semua ini berjalan dengan baik. Aku dapat tahta dan kau dapat segalanya"

"Apapun..? Aku boleh meminta apapun?", tanya Wooyoung tidak percaya.

Sang putra mahkota mengangguk pasti, "apapun, jika aku sanggup akan kuberikan padamu"

Wooyoung tergiur dengan tawaran itu, ia pikir mungkin inilah bayaran dari segala penderitaannya dulu.

"Aku akan mengumumkannya di acara makan malam nanti", San bangkit dan sedikit merapikan pakaiannya. Langkahnya membawa tubuhnya keluar dari kamar Wooyoung.

Si omega berdiri dan mengantarkan sang calon raja itu keluar kamarnya.

Namun sebelum yang lebih muda menutup pintu, San kembali berucap.
















"Semoga nantinya kau tidak terlalu membayangkan kehidupan penuh cinta, karena hatiku masih milik orang lain. Dan semua ini ku lakukan semata-mata untuk kerajaanku, aku harap kau memahaminya"

🐾🐾🐾🐾🐾

Thanks for reading, sorry for any mistake(s) and typo(s), have a great day!❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Howling; SanWooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang